Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "NUTRISI DAN PAKAN TERNAK"— Transcript presentasi:

1 NUTRISI DAN PAKAN TERNAK
PTN 3302/2-1 Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM

2 Tujuan Matakuliah Nutrisi dan Pakan Ternak diberikan yaitu:
LATAR BELAKANG Tujuan Matakuliah Nutrisi dan Pakan Ternak diberikan yaitu: Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fungsi masing-masing bagian organ pencernaan ternak Konsumsi pakan dan air minum Nutrien unggas, non ruminansia dan ruminansia Penentuan kebutuhan ternak Pemberian pakan pada monogastrik dan poligastrik. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3 PERENCANAAN PEMBELAJARAN Nama Mata Kuliah : Nutrisi dan Pakan Ternak
Kode / SKS : PTN 3302 / 2-1 Semester : IV Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan peserta didik mampu : Memahami saluran pencernaan dan fisiologi sistem pencernaan yang terdapat pada ternak dengan benar Memahami faktor-faktor yang berpengaruh pada pakan unggas, non ruminansia dan ruminansia Memahami pengertian nutrien, penentuan kebutuhan untuk Memahami dan mengevaluasi sistem pemberian pakan yang berbasis pada kualitas bahan pakan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

4 Manfaat (Outcome) Pembelajaran :
Pengetahuan dan Pemahaman (Knowledge and Understanding) Peserta didik mengetahui dan memahami karakteristik dan komparasi saluran pencernaan ternak (polygastrik, monogastrik, dan unggas) Peserta didik mengetahui dan memahami secara benar faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan dan air minum Peserta didik mengetahui nutrien pakan dan kepentingannya untuk unggas, non ruminansia, dan ruminansia Peserta didik mengetahui cara menentukan kebutuhan nutrien unggas, non ruminansia, dan ruminansia Peserta didik mengetahui cara pemberian pakan, hewan polygastrik dan monogastrik Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

5 Ketrampilan (Practical Skill) :
Peserta didik mampu mendesain ransum serasi bagi ternak unggas, non ruminansia dan ruminansia Peserta didik mampu memprediksi konsumsi pakan dari kualitas pakan yang diberikan kepada ternak Peserta didik mampu menghitung dan mengevaluasi kualitas pakan ternak dilihat dari kualitas gizinya Kemampuan Tata Kelola (Managerial Skill/Abilities) : Peserta didik mampu memilih bahan pakan yang berkualitas baik dan mudah dicerna Peserta didik mampu mengelola pakan serta aditif pakan dengan tepat dan nir limbah Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

6 Hasil Ujian (Nilai) Mid Semester : 35 %
Penilaian : Hasil Ujian (Nilai) Mid Semester : 35 % Hasil Ujian (Nilai) Ujian Akhir Semester : 35 % Tugas (makalah, praktek penulisan, dll.) : 20 % Presensi (kehadiran) dalam kuliah : 10 % Total nilai : 100 % Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

7 PENDAHULUAN Ternak dikelompokkan menjadi beberapa macam menurut:
Ukuran tubuhnya Jenis pakannya Tipe saluran pencernaannya Asalnya Habitatnya Topografi tempat hidupnya Sistem pemeliharaannya, dll. Tujuannya: Memudahkan penanganan Memudahkan pemeliharaan Memudahkan pengembangan (budidaya) Untuk tujuan kebaikan yang lainnya Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

8 Pengelompokkan Ternak
Berdasarkan asalnya: Ternak tropis (tropical animals) Ternak sub tropis (subtropical animals) Berdasarkan habitatnya: Ternak yang tinggal di padang rumput di hutan di savvana di padang pasir, dll. Berdasarkan topografi tempat hidupnya: Ternak yang hidup di pegunungan Hidup di dataran rendah Menurut sistem pemeliharaannya: Ternak yang dikandangkan (housed) Diumbar (ranched) Diumbar terbatas, dll. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

9 Berdasarkan tipe saluran pencernaannya:
Ternak berlambung jamak (Ternak Ruminansia) yaitu ternak yang memiliki lambung dengan 4 kompartemen (ruangan): Rumen, Retikulum, Omasum, dan Abomasum. Contoh: Sapi, Kerbau, Kambing, Domba, Rusa, Unta, dll Ternak berlambung tunggal Ada 2 macam: - Ternak non ruminansia (non-ruminant animal; ternak yang tidak memiliki rumen), Contoh: Kuda, Keledai, Kelinci, Babi, - Ternak unggas (poultry) yang memiliki lambung spesifik yang berbeda dengan ternak non ruminansia pada umumnya. Contoh: Ayam, Itik, Angsa, Puyuh, Kalkun, dll. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

10 NUTRISI DAN PAKAN TERNAK LABORATORIUM ILMU MAKAN TERNAK
(NPT 3302) (NUTRISI UNGGAS) LABORATORIUM ILMU MAKAN TERNAK BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UGM 2016

11 BAHAN KULIAH NUTRISI DAN PAKAN TERNAK (NPT 3302)(NUTRISI UNGGAS) INI DIAMBIL DARI BERBAGAI ACUAN DAN LITERATUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NUTRISI DAN PAKAN TERNAK UNGGAS

12 Pakan unggas Permasalahan pakan unggas ternyata lebih rumit bila dibandingkan dengan permasalahan pakan ternak lain, hal ini disebabkan karena adanya beberapa macam faktor yang mempengaruhinya, antara lain: Proses pencernaan berjalan lebih cepat. Waktu pernapasan dan sirkulasi darah lebih cepat. Suhu tubuh 4 - 5°C lebih tinggi. Bergerak lebih aktif. Lebih sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Pertumbuhan lebih cepat. Lebih cepat dewasa. Produksi telur tinggi.

13 Dengan kenyataan di atas, maka unggas membutuhkan nutrien yang harus cukup agar pertumbuhan, pemeliharaan tubuh ataupun produksinya tetap baik. Sebaliknya bila nutrien yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka akan dapat mengakibatkan gangguan pada ketiga kondisi tersebut di atas. Tujuan pemberian pakan pada ternak (unggas) tak lain adalah untuk mengubah bahan pakan menjadi bahan pangan yang mempunyai nilai nutritif yang lebih baik, yaitu dari bahan nabati diubah menjadi bahan hewani dan dibarengi penggunaan pakan yang efisien.

14 NUTRIEN UNTUK UNGGAS Macam nutrien penyusun tubuh unggas dan telur menunjukkan adanya hubungan yang erat dengan nutrien yang dibutuhkan yang terdapat di dalam ransumnya. Lebih dari 40 macam senyawa kimia sebagai sumber nutrien terdapat di dalam ransum yang dibutuhkan untuk mengatur kehidupan, pertumbuhan dan produksi. Tinggi rendahnya jumlah nutrien yang dibutuhkan unggas secara umum dipengaruhi oleh beberapa macam faktor, anlara lain; suhu dan kelembaban lingkungan, dan keturunan. Bila suhu lingkungan berubah dari 60° menjadi 75°F dan kelembaban berubah dari 40% menjadi 60% maka diperlukan adanya penyesuaian kadar nutrien di dalam ransum, Hal ini berkaitan dengan adanya perubahan jumlah konsumsi pakan pada waktu itu.

15 Adanya perbedaan keturunan (strain) akan berpengaruh pada tingkat nutrien yang dibutuhkan. Salah satu contoh tingkat nutrien yang dibutuhkan ayam pedaging adalah berbeda dengan tingkat nutrien yaug dibutuhkan ayam petelur. Adanya variasi tingkat kandungan nutrien di dalam ransum menyebabkan para nutrisionis memberikan batas keselamatan (margin of safety) agar terhindar dari kesalahan sewaktu menyusun ransum. Tingkat kandungan nutrien di dalam ransum untuk unggas telah ada standamya, hanya saja masih tergantung pada macam dan umur serta tujuan pemberian ransum tersebut. Timbulnya masalah gangguan defisiensi nutrien masih sering juga terjadi yaitu dengan ditandai adanya pertumbuhan dan produksi telur yang kurang baik. Tingkat kandungan nutrien di dalam ransum unggas dapat diekspresikan dengan unit bobot nutrien per unit bobot ransum (kg nutrien/kg ransum) ataupun dalam persen dari bobot ransum (%) dan jarang dinyatakan dengan unit bobot nutrien per ekor per hari. Hal tersebut dikarenakan tempat pakan pada umumnya tidak untuk setiap ekor tetapi untuk setiap jumlah ekor tertentu.

16 air Air mempunyai berbagai fungsi, oleh karena itu sebaiknya selalu disediakan air minum dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu. Jumlah konsumsi air minum tergantung pada: macam ransum, suhu dan kelembaban lingkungan, umur dan aktivitas unggas. Dalam keadaan panas jumlah konsumsi air minum dapat naik mencapai dua kali dari kebutuhan dalam keadaan normal. Di samping itu jumlah konsumsi air minum mencapai dua sampai tujuh kali dari bobot konsumsi pakan. Berbagai fungsi air di dalam tubuh antara lain: Pengatur suhu tubuh yang baik, sebab air mempunyai kemampuan menyerap panas yang baik. Sebagai zat pelarut berbagai macam senyawa di dalam tubuh, dan dalam proses pencernaan termasuk: absorpsi dan transportasi nutrien, transportasi hasil dan sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Berperan dalam berbagai reaksi kimia, misalnya: hidrolisis protein, karbohidrat dan lemak. Sebagai pelicin persendian dan bantalan syaraf. Medium penghantar suara, cahaya, listrik dan sebagainya.

17 energi Ayam membutuhkan energi untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi telur, kerja atau aktivitas dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Energi tersebut berasal dari nutrien yang berupa karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat di dalam ransum. Pemberian energi sebaiknya tepat sesuai dengan yang dibutuhkannya, misalnya cukup untuk pertumbuhan, untuk produksi telur ataupun untuk produksi yang lain. Tinggi rendahnya konsumsi pakan pada hewan-hewan tertentu salah satunya dipengaruhi oleh rasa dari pakan, namun pada unggas pengaruhnya sangat kecil. Pakan yang memenuhi kebutuhan semua macam nutrien, maka konsumsi energi yang dibutuhkan akan dipertahankan setiap harinya. Tetapi jumlah absolut konsumsi pakan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain: ukuran tubuh, aktivitas, suhu lingkungan, serta apakah dalam masa pertumbuhan atau produksi ataukah hanya untuk pemeliharaan saja. Semua ini penting dalam kaitannya dengan penyusunan ransum yang menggunakan berbagai macam bahan pakan yang berbeda tingkat kandungan energinya.

18 Tidak semua bahan pakan penghasil energi dapat digunakan untuk ayam, misalnya selulosa yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk ternak ruminansia tetapi selulosa untuk ternak unggas bukan merupakan sumber energi sebab di dalam saluran pencemaan unggas hanya terdapat bakteri dalam jumlah terbatas, sehingga enzim selulase yang dihasilkan juga terbatas jumlahnya. Di samping itu juga laktosa (gula susu) bukan merupakan sumber energi yang baik sebab unggas tidak ataupun sedikit sekali menghasilkan enzim laktase. Sebagai sumber energi yang berupa karbohidrat hanyalah karbohidrat yang mudah larut, yaitu: pati, sukrosa, maltosa, glukosa, fruktosa, manosa dan galaktosa. Semua jenis karbohidrat tersebut akan dicerna terlebih dahulu menjadi monosakarida kecuali yang telah berupa monosakarida. Kemudian semua jenis monosakarida diabsorpsi dan selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi.

19 Penambahan lemak ke dalam pakan akan dapat menambah sedikit perbaikan pada pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada ayam pedaging maupun ayam petelur disebabkan karena lebih tingginya densitas kalori pada pakan yang mengandung lemak. Ayam dapat menggunakan lemak dalam jumlah yang tinggi sebagai sumber energi asal imbangan energi total dengan nutrien yang lain tetap dipertahankan dan dalam keadaan tetap serasi Pakan tanpa karbohidrat sebagai sumber energi tetapi diganti dengan lemak (trigliserida) sebagai sumber energinya ternyata ayam tetap tumbuh dan berproduksi normal. Tetapi bila ransumnya mengandung asam lemak bebas lebih dari 20% maka pertumbuhannya akan terhambat, hal ini disebabkan karena asam lemak bebas (miristat, palmitat dan stearat) sukar diadopsi. Di samping itu temyata energi termetabolis atau metabolizable energy (ME) lemak tanaman (minyak) adalah lebih tinggi daripada ME dari lemak hewan, ini disebabkan karena lemak tanaman tersusun dari asam lemak oleat dan asam lemak tak jenuh yang lain dalam jumlah yang cukup tinggi yang mempunyai tingkat absorpsi yang cukup tinggi pula. Tingkat absorpsi dari beberapa macam asam lemak bebas dan trigliserida pada beberapa tingkat umur ayam tertera pada Tabel 4.

20 Asam lemak bebas dan trigliserida
Tabel 4. Tingkat absorbsi asam lemak bebas dan trigliserida Asam lemak bebas dan trigliserida Tingkat absorpsi Umur 3 -4 minggu Umur lebih 8 minggu Asam lemak bebas: Miristat 25 29 Palmitat 2 12 Stearat 4 Trigliserida: Minyak kedelai 96 Minyak jagung 94 95 Lemak sapi 70 76

21 Kebutuhan Energi pada Unggas
Kebutuhan Energi pada Unggas, dapat dibagi menjadi 2 bagian besar: 1. Kebutuhan untuk hidup pokok: - Metabolisme Dasar - Panas untuk adaptasi - Panas untuk mencerna bahan pakan - Untuk aktifitas fisik 2. Kebutuhan untuk Produksi: - Energi dari hasil produksi - Energi untuk sintesa zat-zat lainnya

22

23

24 Energi Bruto (gross energy) GE
Energi bruto atau gross energy (GE) adalah sejumlah panas yang dilepaskan oleh satu unit bobot bahan kering pakan bila dioksidasi sempurna. Untuk mengukur EB bahan pakan, ada berapa cara: Langsung, dengan menggunakan “Bomb Calorimeter” Tidak langsung, dengan menggunakan “Persamaan matematika” tetapi: Kita harus tahu komposisi kimia bahan pakan (Analisis Proximat)

25 Energi Bruto dimakan (gross energy feed intake)
Energi bruto dimakan atau gross energy feed intake (GEi) adalah energi bruto dari pakan yang dimakan. Nilai GEi = bobot bahan kering pakan yang dimakan dikalikan dengan energi bruto (GE) per unit bobot bahan kering pakan.

26 Energi Feses (FE) Energi feses atau fecal energy (FE) adalah energi bruto (GE) dari feses. Energi feses ini berasal dari pakan yang tidak tercerna dan bahan lain yang berasal dari saluran pencernaan yang berupa mukosa, enzim dan bakteri. Nilai FE= bobot bahan kering feses dikalikan denan enegri bruto (GE) per unit bahan kering feses.

27 Energi Tercerna (Digestible Energy) DE
Energi tercerna atau digestible energy (DE) adalah energi bruto (GE) dari pakan yang dapat dicerna dan dapat diabsorpsi. Nilai DE = energi bruto dimakan (GEi) dikurangi dengan energi feses (FE).

28 Energi Urine (UE) Energi urine atau urinary energy (UE) adalah energi bruto (GE) dari urine. Energi urine ini berasal dari nutrien yang telah diabsorpsi tetapi tidak mengalami oksidasi sempurna dan bahan endogenous yang terdapat di dalam urine.

29 Energi Termetabolis (Metabolizable Energy) ME
Energi termetabolis atau Metabolizable energy (ME) adalah energi bruto dari pakan yang dapat digunakan oleh tubuh. Nilai ME = energi bruto dimakan (GEi) dikurangi dengan energi feses (FE) dan juga dikurangi dengan energi urine (UE). Pada unggas karena urine dan feses tidak dapat dipisahkan, maka digunakan istilah Ekskreta (energi ekskreta) (oleh karena itu pengukuran energi menggunakan istilah Energi termetabolis, ME)

30 Energi Kenaikan Panas (HI)
Energi kenaikan panas atau Heat increment (HI) adalah energi yang berupa kenaikan panas yang terjadi akibat pross metabolisme dan fermentasi dari nutrien. Energi ini dapat digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh, tetapi bila berlebihan akan merupakan pemborosan. Nama lain dari HI adalah calorigenic effect atau thermogenis action dan kadang-kadang disebut spesific dynamic effect

31 Energi Netto (NE) Energi netto atau net energy (NE) adalah sejumlah energi yang dapat digunakan hanya untuk pemeliharaan (maintenance) untuk pemeliharaan beserta produksi. Energi netto (NE) dapat juga diekspresikan sebagai energi bruto (GE) dari pertambahan bobot jaringan dan atau dari sintesis produk beserta energi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan. Untuk menghilangkan keraguan maka NE yang hanya untuk pemeliharaan disebut NEm, dan NE yang hanya untuk produksi NEp.

32 Energi Netto Pemeliharaan
Energi netto pemeliharaan atau net energy for maintenance (NEm) adalah bagian dari NE yang digunakan untuk tetap dalam tingkat keseimbangan. Dalam tingkat ini tidak terjadi penambahan atau pengurangan energi pada jaringan tubuh.

33 Energi Netto Produksi Energi netto produksi atau net energy for production (NEp) adalah bagian dari NE yang digunakan untuk kerja di luar kemampuan normal, pertambahan bobot jaringan (pertumbuhan atau produksi lemak), atau untuk sintesis telur, bulu dan sebagainya. Dari berbagai ketentukan diatas diartikan bahwa semua energi yang terdapat di dalam feses dan di dalam urine dianggap hanya berasal dari pakan saja, dengan demikian maka nilai DE, ME dan NE bukan merupakan nilai energi yang sebenarnya. Tetapi merupakan nilai energi semu atau nilai yang tampak atau apparent energy. Oleh karena itu untuk nilai energy pakan yang sebenarnya atau true energy harus dikoreksi terlebih dahulu dengan energi yang berasal dari bukan sisa pakan atau yang disebut energi endogenous. Dengan demikian maka akan diperoleh nilai energi yang sebenarnya atau true energy tersebut di atas.

34 Energi Di Dalam Ransum Untuk menunjukkan nilai energi biologis dari pakan unggas adalah dengan energi termetabolis (ME). Di muka telah disebutkan bahwa unggas dapat dikatakan tidak mampu mencerna selulosa sehingga ransum yang tinggi kandungan selulosanya perlu adanya tambahan minyak ataupun lemak untuk menaikkan densitas ME agar ME yang dibutuhkan dapat terpenuhi. Perlu diingat lagi bahwa ME minyak adalah lebih tinggi daripada ME lemak Di samping itu butir-butiran sebangsa padi juga mempunyai ME yang tinggi, hal ini disebabkan karena adanya kandungan dan kecernaan karbohidrat (pati) yang tinggi. Salah satu contoh yang baik adalah jagung, yaitu di samping pati juga mengandung lemak yang tinggi pula, apalagi kandungan serat kasarnya yang cukup rendah. Selain jagung sebagai sumber energi ternyata juga sebagai sumber pro-vitamin A dan pigmen kuning santofil yang dapat memberikan warna kuning pada kulit dan yolk telur.

35 Kekurangan Energi Rendahnya kandungan energi (ME) di dalam ransum akan berakibat naiknya konsumsi pakan demi untuk mencukupi energi yang dibutuhkan. Kekurangan energi bisa terjadi bila ayam diberi ransum yang begitu tinggi serat kasarnya, hal ini berkaitan dengan sifat ransum yang amba (bulky) yang akan mengakibatkan saluran pencernaan penuh berisi pakan yang tinggi kandungan serat kasarnya, sehingga ayam hanya kenyang serat kasar tetapi masih kekurangan energi. Bila ayam yang sedang tumbuh mengalami kekurangan energi sampai di bawah titik kritis maka akan mengakibatkan poertumbuhannya lambat, namun bila energi masih cukup untuk pemeliharaan tubuh maka belum tampak adanya gejala; yang jelek, tetapi bila energi turun sampai dibawah yang dibutuhkan untuk pemeliharaan fungsi tubuh yang utama maka akan mengakibakan kehilangan bobot badan.

36 Kelebihan Energi Bila kandungan energi di dalam ransum melebihi dari apa yang dibutuhkan baik kebutuhan untuk pertumbuhan yang normal, produksi, aktivitas atau untuk pemeliharaan berbagai fungsi di dalam tubuh, maka ayam akan menderita gejala kelebihan energi. Gejala ini tampak dengan turunnya konsumsi pakan, dengan demikian akan mengakibatkan turunnya konsumsi nutrien yang lain. Konsumsi energi yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak di dalam tubuh sehingga ayam akan menjadi gemuk dan dibarengi dengan gejala kekurangan protein ataupun vitamin.

37 Energi Untuk Ayam Muda Untuk menentukan jumlah energi (ME) yang dibutuhkan setiap harinya oleh ayam yang sedang tumbuh akan mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena ayam yang sedang tumbuh selalu mengalami perubahan bobot badan setiap harinya, oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ME-nya diambil suatu cara khusus yaitu dengan jalan menyesuaikan dengan jumlah ransum yang dapat dikonsumsi setiap harinya, yaitu dibuat dalam satuan kilokalori ME per kg pakan (kcal ME/kg pakan). Dari beberapa penelitian diperoleh hasil mengenai hubungan antara besarnya kandungan energi (ME) dan konsumsi pakan ayam pedaging pada kondisi lingkungan yang baik dan ransum cukup mengandung: protein, asam amino dan nutrien yang lain seperti tertera pada Tabel 5. Ayam pedaging yang mendapat ransum dengan kandungan ME-nya saja yang tinggi akan menghasilkan ayam yang lebih gemuk (berlemak) bila dibandingkan dengan yang mendapat ransum dengan ME yang lebih rendah, namun bila mendapat ransum dengan ME dan konsumsi pakan seperti tertera pada Tabel 5 tetapi dengan protein, mineral dan vitamin yang serasi maka akan didapat ayam yang sama bobotnya pada umur 8 minggu.

38 Tabel 5. Hubungan antara energi dan konsumsi pakan ayam pedaging
(kcal ME/kg) Konsumsi pakan (kg) 0 – 6 minggu 6 – 8 minggu Jantan Betina 2.800 2,57 2,14 - 2.900 2,48 2,07 1,70 3.000 2,38 2,00 1,65 3.100 2,32 1,93 1,60 3.200 2,25 1,88 1,87 1,55 3.300 2,18 1,82 1,50 3.400 1,77 1,46

39 Pemberian ransum dengan protein, kalsium, fosfor, unsur mikro dan vitamin yang serasi adalah sangat penting untuk fase pertumbuhan dikarenakan nutrien tersebut ternyata sangat kritis. Di samping itu ransum harus mengandung ME yang cukup untuk membantu lancarnya proses metabolisme selama fase pertumbuhan, untuk menjaga aktivitas fisik yang normal dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Pada fase pertumbuhan awal hanya sedikit ME yang diubah menjadi lemak tubuh. Hal ini terlihat pada ayam pedaging pada umur 6 minggu yang mengandung lemak tubuh hanya ±4% dan kemudian naik sampai pada fase akhir hidupnya. Perlemakan ini akan dipercepat bila diberi ransum yang semakin rendah kandungan proteinnya tetapi kandungan ME-nya yang semakin tinggi.

40 Energi Untuk Ayam Petelur
Energi (ME) di dalam ransum ayam petelur harus disesuaikan dengan yang dibutuhkan pada masing-masing fase kehidupan atau umur ayam, misalnya ayam petelur umur 8-22 minggu cukup mendapat ransum dengan energi yang hanya untuk pertumbuhan badan dan bulu yang normal. Bila pada fase ini sampai mendapat energi yang berlebihan maka energi tersebut akan diubah menjadi lemak tubuh. Bila kelebihan energi tersebut terjadi pada fase produksi telur maka akan terjadi penggemukan dan kondisi yang demikian ini akan mengakibatkan gangguan produktivitasnya. Khusus ayam pedaging bibit perlu diadakan pembatasan konsumsi pakannya dengan maksud supaya tidak terjadi pertumbuhan dan penggemukan yang berlebihan.

41 Pada suhu lingkungan yang nyaman, pemberian ransum yang serasi dengan ME sebanyak kcal/ekor/hari akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Konsumsi pakan akan lebih sedikit bila suhu lingkungan cukup panas dan sebaliknya bila suhu lingkungan dingin ayam akan mengkonsumsi pakan lebih banyak yaitu dapat naik sebanyak % di atas konsumsi pakan pada suhu lingkungan yang normal. Energi yang dibutuhkan untuk aktivitas alamiah tergantung dari tingkat keaktifan ayam yang bersangkutan. Anak ayam akan menggunakan ± 50% ME untuk metabolisme basal pada kondisi yang normal. Dan untuk pertumbuhan membutuhkan energi sebesar 1,5 - 3,0 kcal ME per gram pertambahan bobot badan, dan besamya ME yang dibutuhkan tersebut tergantung pada jumlah lemak dan protein yang terkandung di dalam ransum. Besarnya energi dan konsumsi pakan ayam petelur dari hasil penelitian tertera pada Tabel 6.

42 Tabel 6. Hubungan antara energi dan konsumsi pakan ayam petelur
(kcal ME/kg) Konsumsi pakan (kg) 0 – 6 minggu 6 – 12 minggu 12 – 22 minggu 2.350 1,03 2,06 5,55 2.600 - 5,42 2.700 5,22 2.800 1,07 2,42 5,05 2.900 2,33 4,85 3.000 1,00 2,17 4,70 3.100 0,97 2,10

43 Gejala Kekurangan dan Kelebihan Energi
Rendahnya kandungan energi (ME) di dalam ransum akan berakibat naiknya konsumsi pakan demi untuk mencukupi energi yang dibutuhkan. Kekurangan energi bisa terjadi bila ayam diberi ransum yang begitu tinggi serat kasamya, hal ini berkaitan dengan sifat ransum yang amba (bulky) yang akan mengakibatkan saluran pencernaan penuh berisi pakan yang tinggi kandungan serat kasarnya, sehingga ayam hanya kenyang serat kasar tetapi masih kekurangan energi. Bila ayam yang sedang tumbuh mengalami kekurangan energi sampai di bawah titik kritis maka akan mengakibatkan pertumbuhannya lambat, namun bila energi masih cukup untuk pemeliharaan tubuh maka belum tampak adanya gejala yang jelek, tetapi bila energi turun sampai di bawah yang dibutuhkan untuk pemeliharaan fungsi tubuh yang utama maka akan mengakibatkan kehilangan bobot badan.

44 Ayam dalam keadaan puasa akan menggunakan energi yang disimpan di dalam tubuh.
Penggunaan energi ini berurutan dimulai dari glikogen, kemudian lemak tubuh dan akhirnya protein jaringan. Semuanya ini tak lain bertujuan untuk membantu fungsi yang lain yang lebih penting. Bila kandungan energi di dalam ransum melebihi dari apa yang dibutuhkannya baik kebutuhan untuk pertumbuhan yang normal, produksi, aktivitas atau untuk pemeliharaan berbagai fungsi di dalam tubuh, maka ayam akan menderita gejala kelebihan energi. Gejala ini tampak dengan turunnya konsumsi pakan, dengan demikian akan mengakibatkan turunnya konsumsi nutrien yang lain pula. Konsumsi energi yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak di dalam tubuh sehingga ayam akan menjadi gemuk dan dibarengi dengan gejala kekurangan protein ataupun vitamin.

45 Protein Untuk Ayam Pedaging
Ayam pedaging membutuhkan protein antara lain untuk pertumbuhan jaringan, pertumbuhan bulu dan untuk pemeliharaan. Berapa banyak protein yang dibutuhkan dari masing-masing kondisi tersebut adalah dapat dicari sebagai berikut: Protein Untuk Pertumbuhan Jaringan Karkas ayam pedaging mengandung protein ±18%, sedang efisiensi penggunaan protein ransum adalah sebesar 64%, maka protein yang dibutuhkan setiap hari untuk pertumbuhan jaringan dapat dihitung, yaitu dengan jalan mengalikan pertambahan bobot badan per ekor per hari (ADG gram/ekor) dengan persentase protein karkas (18%) kemudian dibagi dengan efisiensi penggunaan protein (64%). Jadi banyaknya protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan setiap hari perekor adalah sebesar:

46 Protein Untuk Pertumbuhan Bulu
Pada umur 3 minggu bobot bulu ayam ± 4% dari bobot badan, kemudian naik sampai menjadi ± 7% pada umur 4 minggu dan akhirnya dapat dikatakan konstan. Telah diketahui bahwa protein bulu ± 82%, dengan demikian maka protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan balu dapat dihitung yaitu dengan jalan mengalikan persentase bobot bulu (4 - 7%) dengan pertambahan bobot badan per ekor per hari (ADG gram/ekor) kemudian dikalikan lagi dengan persentase protein bulu (82%) dan selanjutnya dibagi dengan efisiensi penggunaan protein (64%). Jadi banyaknya protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bulu setiap hari per ekor adalah sebesar:

47 Protein Untuk Pemeliharaan
Berdasarkan pengamatan, ternyata N endogenus adalah sebanyak ± 250 mg/kg bobot badan. Dan nilai ini setara dengan protein sebanyak: jumlah N kali 6,25 atau sebanyak 250 x 6,25 = 1562,5 mg dan dibulatkan menjadi 1600 mg protein. Ini berarti bahwa protein yang keluar setiap hari adalah sebanyak 1600 mg/kg bobot badan atau sebanyak 0,0016 gram/gram bobot badan, sehingga protein yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dapat dihitung, yaitu dengan jalan mengalikan bobot badan (BB gram) dengan protein yang keluar (endogenus) setiap hari kemudian dibagi dengan efisiensi penggunaan protein (64%). Jadi banyaknya protein yang dibutuhkan untuk pemeliharaan adalah sebesar:

48 Protein Untuk Ayam Petelur
Konsumsi pakan dan protein yang dibutuhkan ayam petelur dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor antara lain: ukuran tubuh, bangsa, suhu lingkungan, tingkat produktivitas, kepadatan kandang, panjang dan luas serta dalamnya tempat pakan dan air minum, potong paruh atau tidak, penyakit dan kandungan energi ransum. Bila sebagian besar dari beberapa faktor tersebut telah terpenuhi maka tinggal beberapa faktor saja misalnya: ukuran tubuh, bangsa, suhu lingkungan, tingkat produktivitas dan kandungan energi ransum yang masih harus dihadapi. Bangsa dan Ukuran Tubuh Ayam yang masuk golongan bangsa yang berat atau besar akan membutuhkan energi dan protein yang lebih banyak untuk pemeliharaan. Ayam bangsa berat dapat menghabiskan ransum sampai sebanyak 150 gram/hari dengan kandungan protein 16%, ini berarti ayam tersebut mendapat protein sebanyak 16% x 150 gram/hari = 24 gram/hari. Untuk ayam bangsa ringan hanya dapat menghabiskan pakan sebanyak 100 gram/hari dengan kandungan protein 17%, ini berarti bahwa ayam tersebut hanya mendapat prto sebanyak 17% x 100 gram/hari =17 gram/hari pada suhu normal.

49 Suhu Lingkungan Pada suhu lingkungan yang dingin, ayam petelur bangsa ringan ternyata menghabiskan ransum sebanyak 110 gram/hari, sedang pada suhu lingkungan yang panas ayam tersebut hanya menghabiskan ransum sebanyak 90 gram/hari. Dengan demikian agar protein yang dibutuhkan sebanyak 17 gram/hari tetap terpenuhi maka pada suhu lingkungan yang dingin untuk ayam yang menghabiskan ransum sebanyal 110 gram/hari harus disediakan ransum dengan kandungan protein sebesar: Dan pada suhu lingkungan yang panas, ayam yang menghabiskan ransum sebanyak 90 gram/hari harus disediakan ransum dengan kandungan protein sebesar: Keadaan ini dapat terpenuhi bila kandungan energi dari kedua ransum tersebut dibuat sama. Jadi di sini jelas bahwa yang berbeda adalah konsumsi pakan dan konsumsi energinya, sedang konsumsi protein tetap sama untuk setiap harinya.

50 Tingkat Produktivitas
Ayam yang produksi telurnya tinggi juga tinggi pula protein yang dibutuhkannya, sebab salah satu nutrien utama yang terdapat di dalam telur selain air adalah protein. Kandungan Energi Di muka telah dijelaskan bahwa semakin tinggi kandungan energi (ME) di dalam ransum akan mengakibatkan semakin turun kunsumsi pakannya. Agar konsumsi protein setiap harinya tetap terpenuhi maka protein di dalam ransum tersebut juga harus dinaikkan, sehingga walaupun konsumsi pakannya turun tetapi konsumsi protein setiap harinya tetap akan dapat terpenuhi.

51 Asam Amino Esensial Yang Kritis
Dalam menyusun ransum ayam ada beberapa macam asam amino yang betul-betui memerlukan perhatian khusus, hal ini dikarenakan asam amino tersebut masih sering defisien di dalam ransum. Dengan demikian keberadaannya di dalam ransum selalu kritis, maka disebut asam amino kritis (critical ammo acids). Asam amino kritis ini terdiri atas: metionin, sistin, lisin dan triptofan. Metionin dan Sistin Metionin dan sistin keduanya adalah asam amino yang mengandung belerang (S). Jumlah asam amino mengandung S yang dibutuhkan ini adalah cukup tinggi disebabkan antara lain: Kadar asam amino yang mengandung S pada bulu cukup tinggi. Asam amino yang mengandung S dapat berfungsi untuk mengurangi toksin. Asam amino metionin menyediakan grup metil yang aktif. Asam amino metionin sering terdapat dalam bentuk tak tersedia sehingga yang dibutuhkan dari sumber alamiah menjadi naik. Asam amino yang mengandung S merupakan sumber utama untuk memenuhi S anorganik yang dibutuhkan. Asam amino metionin dapat diubah menjadi taurin yang merupakan senyawa penting di dalam tubuh.

52 Untuk mencukupi jumlah asam amino metionin yang dibutuhkan di dalam ransum dapat dilakukan dengan jalan menambahkan asam amino metionin sintetik yang telah banyak diperjualbelikan di pasaran. Lisin Asam amino sintetik yang kedua yang juga sering ditambahkan ke dalam ransum untuk menghindari terjadinya defisiensi adalah asam amino lisin. Lisin mempunyai berbagai kegunaan di dalam tubuh. Lisin tidak stabil oleh pengaruh panas dan dalam suasana asam disebabkan karena pada keadaan tersebut gugus amoninya akan lepas. Triptofan Asam amino triptofan merupakan asam amino kritis yang berikutnya. Triptofan merupakan sumber asam nikotinat, dan dibutuhkan vitamin Be sebagai kofaktor untuk pembentukan asam nikotinat tersebut. Dengan penambahan asam nikotinat ke dalam ransum unggas maka akan dapat menghemat penggunaan asam amino triptofan.

53 Untuk memenilhi protein atau asam amino yang dibntuhkan dapat digunakan berbagai macam sumber, yaitu: Bahan pakan asal hewan. Bahan pakan asal tanaman. Bahan pakan asal mikroba. Asam amino sintetik. Proiein murni. Protein nabati (tanaman) pada umumnya mempunyai nilai yang kalah baik bila dibandingkan dengan protein hewani (hewan), hal ini disebabkan karena pada umumnya protein nabati mempunyai kekurangan satu atau lebih asam amino esensial terutama kelompok yang disebut asam amino kritis (critical amino acids) yang telah dijelaskan di muka. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa bahan pakan asal tanaman hanya sedildt mengandung mineral.

54 Untuk menghindari terjadmya kekurangan asam amino kritis tersebut dapat dilakukan dengan jalan:
Menambahkan asam amino sintetik yang sesuai ke dalam ransum Menggunakan bahan pakan yang tinggi kadar proteinnya, Menggunakan kombinasi dan berbagai macam bahan sumber protein, sehingga adanya kekurangan salah satu macam asam amino dari protein yang satu dapat dilengkapi dengan asam amino dari protein yang lain. Pengaruh ini sering disebut dengan istilah efek melengkapi dari protein atau lebih dikenal dengan supplementary effect of protein.

55 Kekurangan Protein dan Asam Amino
Bila ayam mendapatkan ransum yang kekurangan protein atau asam amino esensial maka ayam tersebut akan menunjukkan berbagai kondisi fisiologis antara lain: pertumbuhan tubuh lambat, kemunduran reproduksi, bulu jelek, peningkatan sintesis lemak, penurunan efisiensi pakan, peningkatan jumlah protein 'di dalam hati, peningkatan ketahanan terhadap aflatoksin. Pertumbuhan Tubuh Lambat Gejala pertama kekurangan protein atau asam amino adalah terjadinya pertumbuhan yang lambat, hal ini disebabkan karena kurangnya pembentukan sel baru dan kurangnya retensi nitrogen. Asam amino juga memainkan berbagai fungsi yang lain di dalam tubuh, antara lain sebagai komponen hormon dan enzim. Tanpa adanya hormon dan enzim jelas tidak akan terjadi pertumbuhan dan kehidupan.

56 Kemunduran Reproduksi
Telur mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga bila ransum unggas kekurangan protein atau asam amino maka unggas tersebut tidak mampu memproduksi telur, hal ini disebabkan karena proses reproduksi telur hanya dapat berjalan bila kandungan protein di dalam ransumnya komplit dan cukup. Ini juga berarti bahwa kandungan protein di dalam ransum tidak langsung mempengaruhi konposisi nutrien yang ada di dalam telur Bulu Jelek Beberapa macam asam amino mempengaruhi pertumbuhan dan pigmentasi bulu. Kekurangan asam amino tertentu dapat mengakibatkan pertumbuhan bulu yang sangat lambat, bentuknya jelek dan patah-patah serta terjadi depigmentasi. Terjadinya depigmentasi pada bulu ayam salah satunya akibat dari kekurangan asam amino lisin.

57 Peningkatan Sintesis Lemak
Bila satu atau lebih asam amino esensial yang dibutuhkan di dalam ransum berada dalam keadaan kekurangan maka di dalam tubuh akan terjadi deaminasi dari asam-asam amino yang telah tersedia, dan selanjutnya rantai karbonnya akan digunakan untiik energi. Tetapi bila tubuh tidak segera memerlukan energi maka rantai karbon tersebut akan disintesis menjadi lemak. Pelemakan umumnya terjadi bila diberi ransum yang rendah kandungan proteinnya atau diberi ransum yang kekurangan asam amino yang dibutuhkan tubuh. Penurunan Efisiensi Pakan Kekurangan asam amino atau protein akan menghasilkan kenaikan sintesis lemak dan oksidasi asam amino yang lebih banyak Efisiensi pakan ditunjnkkan sebagai kebutuhan pakan per unit pertambahan bobot badan, sehingga kemunduran pertumbuhan akan menunjukkan efisiensi pakan yang mundur atau turun.

58 Peningkatan Jumlah Protein di Dalam Hati
Bila ransum kekurangan satu macam asam amino esensial maka tubuh ayam akan mengedarkan asam amino kekurangannya tersebut dari jaringan tubuh ke organ pencernaan untuk direabsorpsi bersama-sama dengan asam amino yang lain dari ransum untuk disintesis kembali menjadi protein di dalam hati, sehingga akan terjadi keseimbangan yang negatif dari asam amino di dalam tubuh. Peningkatan Ketahanan Terhadap Aflatoksin Aflatoksin merupakan substansi yang larut di dalam lemak, oleh karena itu semua reaksi biokimia yang menaikkan sintesis lemak akan memberikan perobahan yang lebih baik untuk menghadapi adanya aflatoksin. Aflatoksin tidak segera dimetabolismekan di dalam hati, tetapi disimpan di dalam sel lemak dari hati. Energi, Protein dan Efisiensi Pakan Ayam dapat menyesuaikan konsumsi pakannya sesuai dengan jumlah energi yang dibutahkan. Pada masa pertumbuhan optimal, ayam pedaging membutuhkan pakan yang mengandung energi sebesar kcal ME/kg pakan. Berdasarkan hal tersebut maka berikut ini adalah hubungan antara kandungan energi dan protein kasar dengan konsumsi pakan dan efisiensi pakan atau konversi pakan (Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9).

59 Tabel 7. Energi (ME), Protein Kasar (PK) dan konsumsi pakan (KP)
untuk ayam petelur WL ME (kcal/kg) Umur 0 – 6 minggu 6 – 8 minggu 12 – 20 minggu PK (%) KP (kg) 2700 19,4 1,10 15,8 2,42 12,6 4,00 2800 20,0 1,06 16,3 2,33 2,25 3,86 2900 20,8 1,02 16,8 13,6 3,72 3000 21,5 0,99 17,5 2,18 14,0 3,60 3100 22.2 0,96 18,0 2,11 14,5 3,48

60 Tabel 8. Energi (ME), Protein Kasar (PK) dan konsumsi pakan (KP)
untuk ayam produksi ME (kcal/kg) PK (%) KP (gram/ekor/hari) Tidak bertelur Bertelur 2600 14,5 105 135 2750 17,0 100 128 2900 18,0 95 122 3050 19,0 90 115 3200 20,0 85 110

61 Tabel 9. Energi (ME), Protein Kasar (PK) dan konsumsi pakan (KP)
untuk ayam pedaging ME (kcal/kg) Umur 0 – 6 minggu 6 – 8 minggu PK (%) KP (kg) 2800 21,00 2,00 - 2900 21,70 1,93 18,1 2,27 3000 22,50 1,87 18,7 2,19 3100 23,40 1,80 19,3 2,13 3200 24,00 1,75 20,0 2,05 3300 24,80 1,70 20,5 1,99 3400 21,2

62 Kecepatan pertumbuhan ayam petelur fase I (starting) dan fase II (growing) adalah tidak sekritis seperti ayam pedaging, oleh karena itu energi di dalam pakan ayam petelur adalah di bawah energi pakan ayam pedaging. Efisiensi penggunaan protein pada fase I ayam petelur hanya sekitar 55%, oleh karena itu konsumsi protein per hari juga sekitar 55% saja yang digunakan untuk pertumbuhan jaringan, bulu dan pemeliharaan atau pengganti N endogenus. Tetapi hal ini berlainan dengan ayam pedaging yang efisiensi penggunaan proteinnya dapat mencapai 64% pada fase pertumbuhan.

63 Mineral Untuk Unggas Di dalam ransum unggas hanya ada beberapa macam mineral saja yang betul-betul harus mendapat perhatian, yaitu: Enam macam mineral makro (Ca, P, K, Na, Cl dan Mg) dan; Enam macam mineral mikro (Fe, Zn, Cu, Mn, I dan Se). Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) Ayam yang sedang tumbuh atau pada masa pertumbuhan membutuhkan Ca dan P terutama untuk pembentukan tulang, sedang ayam dewasa masa produksi membutuhkan Ca terutama untuk pembentukan kerabang telur. Di samping itu mineral Ca bersama-sama dengan mineral Na dan K berfungsi dalam pengaturan kontraksi otot, denyut jantung dan keseimbangan asam-basa cairan tubuh. Mineral P juga penting dalam proses metabolisme karbohidrat dan lemak serta pengangkutan Ca dalam proses pembentukan kerabang telur.

64 Tinggi rendahnya ketersediaan Ca dan P tergantung dari adanya vitamin D di dalam pakan, karena vitamin D mempunyai fungsi dalam membantu proses penyerapan kedua mineral tersebut. Yang juga perlu diperhatikan adalah ketersediaan P anorganik, sebab P dalam bentuk senyawa anorganiklah yang dapat dicerna dan diserap dengan baik oleh unggas, walaupun hal ini juga tergantung dari kelarutannya. Dari beberapa penelitian temyata P total asal tanaman hanya ± 30% yang dapat dimanfaatkan oleh anak ayam dan ±75% oleh ayam dewasa. Kalsium dan fosfor di dalam ransum tidak hanya cukup dalam batas minimal, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah imbangan antara Ca dan P total. Imbangan antara Ca dan P di dalam ransum pertumbuhan (starter dan grower) adalah 1,5 : 1,0 sampai 2,0 : 1,0. Tetapi akan lebih baik bila imbangan tersebut merupakan imbangan antara Ca dan P tersedia di dalam ransum, yaitu: Ransum Ca: P tersedia starter ,2 : 1,0 grower ,5 : 1,0 layer : 1,0

65 Imbangan yang tertera di atas adalah hanya merupakan angka imbangan secara umum, sedang jumlah Ca dan P yang dibutuhkan di dalam ransum ayam adalah sebagai yang tertera dalam Tabel 10. Tinggi rendahnya jumlah Ca yang dibutuhkan tergantung pula pada suhu lingkungan dan umur. Semakin tinggi suhu lingkungan dan semakin tua umur ayam maka jumlah Ca yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula.

66 Tabel 10. Jumlah Ca dan P yang dibutuhkan di dalam ransum ayam
P total (%) P tersedia (%) Starter 0,9 0,6 0,40 Grower 0,35 Layer (telur) 3,5 – 4,0 0,5 0,42 Layer (daging) 2,9 – 3,1

67 Kalium (K) Beberapa macam bahan pakan telah cukup mengandung mineral K sehingga suplementasi secara umum jarang dilakukan. Kalium dibutuhkan untuk fungsi normal dari jantung, homeostatis seluler bersama Na dan Cl, metabolisme karbohidrat bersama Na terutama dalam proses pengambilan glukosa oleh sel, metabolisme asam amino dan lain sebagainya. Akibat defisiensi mineral K pada ayam akan menunjukkan gejala kelemahan otot. Jumlah mineral K yang dibutuhkan di dalam ransum adalah sebagai berikut: Ransum K(%) starter 0,20 grower 0,16 layer 0,10

68 Natrium (Na) dan Khior (Cl)
Penambahan gram dapur (NaCI) ke dalam ransum ayam akan dapat memperbaiki performan yang berupa pertumbuhan dan produksi telur asalkan penambahannya tidak sampai berlebihan. Penambahan NaCI yang berlebihan akan mengakibatkan naiknya konsumsi air, feses menjadi encer dan bila berlanjut akan mengakibatkan keracunan yang akhirnya mendatangkan kematian. Akibat defisiensi NaCI akan terjadi penurunan performan reproduksi dan kemunduran pertumbuhan, di samping itu dapat pula terjadi apa yang disebut kaniblisme pada sekelompok ayam. Sebagai pedoman, jumlah garam dapur yang digunakan di dalam ransum ayam secara umum adalah sebanyak 0,2 - 0,5%, dan garam dapur yang digunakan sebaiknya garam dapur yang beryodium.

69 Magnesium (Mg) Ransum ayam pada umumnya telah cukup mengandung Mg, sebab bahan pakan penyusun ransum ayam yang berupa bekatui dan kacang-kacangan merupakan sumber Mg yang baik. Mineral Mg erat sekali hubungannya dengan mineral Ca dan P, baik dalam distribusinya maupun dalam metabolismenya. Sebagai contoh terlihat yaitu bila sampai terjadi pemberian Mg yang berlebihan maka akan mengakibatkan turunnya absorpsi Ca dan P. Oleh karena itu untuk menghindarinya harus diikuti pula dengan penambahan mineral Ca dan P. Akibat defisiensi Mg pada ayam akan menunjukkan gejala antara lain: pertumbuhan lambat, kondisi lemah dan bila berlanjut akan mengakibatkan hyperirritable, konvuisi, koma dan akhirnya terjadi kematian. Jumlah Mg yang dibutuhkan di dalam ransum adalah sebanyak ± 500 ppm.

70 Besi (Fe) dan Tembaga (Cu)
Mineral Fe dan Cu keduanya penting dalam hal pencegahan terjadinya anemia, sebab keduanya mempunyai sifat dan kegunaan yang sama dalam pembentukan Hb. Besi merupakan bagian dari Hb dan Cu terdapat di dalam plasma sebagai seruloplasma dan di dalam eritrosit sebagai homokuprein. Akibat defisiensi Fe dan Cu akan terjadi pengecilan ukuran sel eritrosit sehingga menurunkan kapasitas angkut O2 Sebagai pedoman, sebaiknya ransum ayam mengandung 80 ppm Fe dan 6 ppm Cu.

71 Seng(Zn) Setiap jaringan tubuh mengandung Zn, danjumlah Zn yang paling banyak terdapat pada tulang kemudian pada kulit dan rambut atau bulu. Seng merupakan bagian dari enzim anhidrase karbonat, dibutuhkan untuk aktivitas beberapa macam enzim, memperbaiki pertumbuhan badan dan bulu, memperbaiki produksi dan daya tetas telur. Akibat defisiensi Zn akan menunjukkan gejala: 1). tulang menjadi tebal dan pendek, 2). persendian siku membesar, 3). pertumbuhan badan lambat, 4). bulu tumbuh sedikit 5). parakeratosis pada kulit kaki. Ada hubungan antara Zn dan Ca, yaitu bila kandungan Ca di dalam ransum tinggi maka kandungan Zn harus ditinggikan pula agar tidak terjadi defisiensi Zn. Bahan pakan pada umumnya rendah kandungan Zn-nya, sehingga penambahan Zn selalu dikerjakan walaupun kebutuhannya rendah yaitu tidak lebih dan 50 ppm di dalam ransum. Bahan yang biasa digunakan adalah seng karbonat (ZnCO3) dan seng 0ksida (ZnO).

72 Mangan (Mn) Fungsi utama dari Mn adalah untuk pencegahan terjadinya perosis (slipped tendon), yaitu suatu kelainan yang ditandai dengan adanya pembesaran dari sendi loncat, lepasnya tendo gastroknemius dari kondilusnya dan bila berjalan terpaksa manggunakan sendi sikunya. Di samping itujuga dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, pembentukan kerabang telur, produksi dan daya tetas telur, dan pencegahan hilangnya keseimbangan tubuh. Ransum yang tersusun hanya dari bahan pakan alamiah pada umumnya masih kekurangan Mn, oleh karena itu di sini selalu diberi tambahan garam Mn, misalnya: MnCl 2, MnC03, MnO ataupun MnS04. Pemberian Mn cukup sebanyak 55 ppm untuk ransum ayam masa pertumbuhan dan tak kurang dari 25 ppm untuk masa produksi.

73 Yodium (I) Yodium mempunyai hubungan yang erat dengan kelenjar tiroidea dan hormon tiroksin. Kelenjar tiroidea berfungsi untuk memproduksi hormon tiroksin yang mengandung yodium. Yodium mempunyai berbagai fungsi metabolik selama masa pertumbuhan maupun masa dewasa, bahkan juga dibutuhkan sewaktu masih dalam tingkat perkembangan embrio. Ransum ayam pada umumnya menggunakan tepung ikan yang telah cukup kandungan yodiumnya, namun kenyataannya masih perlu adanya tambahan yodium. Tambahan yang biasa digunakan adalah dalam bentuk garam yodium (Kj),ataupun garam dapur beryodium. Akibat defisiensi yodium pada masa produksi akan terjadi penurunan daya tetas telur. Jumlah yodium yang dibutuhkan di dalam ransum untuk masa pertumbuhan maupun masa produksi adalah sebanyak ±0,30 ppm.

74 Selenium (Se) Mineral Se tidak hanya penting untuk memenuhi jumlah Se yang dibutuhkan, tetapi Se juga dibutuhkan untuk mengurangi timbulnya gejala akibat defisiensi vitamin E. Misalnya diatesis eksodatif pada ayam akibat defisiensi vitamin E ternyata dapat diperingan dengan memberikan mineral Se. Ensefalomalasia akibat defisiensi vitamin E temyata memerlukan pengobatan dengan vitamin E yang lebih banyak bila di dalam ransumnya juga kekurangan mineral Se. Kandungan Se di dalam tanaman erat sekali hubungannya dengan kandungan Se di dalam tanah. Bila tanah defisiensi Se maka tanaman yang tumbuh di situ juga akan mengalami defisiensi Se. Akibat defisiensi Se akan terjadi penurunan produksi dan daya tetas telur serta terjadi anemia. Sebaliknya jika sampai Se berlebihan maka akan bersifat racun, di samping juga akan mengakibatkan pertumbuhan dan daya tetas telur turun serta terjadi cacat pada embrio. Jumlah Se yang dibutuhkan di dalam ransum ayam sangat kecil yaitu hanya 0,1 ppm. Sebagai bahan sumber Se yang biasa ditambahkan ke dalam ransum adalah sodium selenite.

75 Vitamin Untuk Unggas Unggas membutuhkan semua macam vitamin, baik yang larut di dalam lemak maupun yang larut di dalam air kecuali vitamin C, sebab vitamin C dapat disintesisnya di dalam tubuh. Di samping itu vitamin K juga dapat disintesis di dalam usus oleh bantuan mikroorganisme walaupun jumlahnya terbatas. Vitamin A (Retinol) Vitamin A hanya terdapat di dalam bahan pakan asal hewan kecuali karoten yang terdapat di dalam bahan asal tanaman. Karoten di dalam tanaman akan diubah menjadi provitamin A yang kemudian menjadi vitamin A di dalam tubuh dan disimpan terutama di dalam hati. Namun kemampuan untuk mengubah karoten menjadi vitamin A oleh ayam muda adalah rendah. Vitamin A penting untuk berbagai proses antara lain: penglihatan, kesehatan epitel, pertumbuhan, reproduksi dan produksi telur.

76 Jumlah vitamin A yang dibutuhkan unggas tergantung beberapa macam faktor antara lain:
Individu, kecepatan metabolisme antara ayam yang satu dengan ayam yang lain tidak sama walupun berasal dari satu keturunan. Tipe unggas, antara ayam tipe berat dan tipe ringan tidak akan sama dalam hal ketersediaan vitamin A dalam penggunaannya. Cekaman (stress) dan produksi telur yang tinggi pada ayam akan membutuhkan jumlah vitamin A yang tinggi pula, sebab sebagian dari vitamin A akan ditransfer ke dalam telur. Kemsakan vitamin A akibat dari adanya proses ketengikan dan pengolahan. Di samping itu parasit dan bakteri di dalam saluran pencemaan akan dapat menurunkan ketersediaan vitamin A sehingga kebutuhannya di dalam ransum akan menjadi lebih tinggi. Daya absorpsi, karena absorpsi vitamin A tergantung pada adanya lipoprotein di dalam darah maka bila sampai terjadi defisiensi lemak dan protein akan dapat mengakibatkan turunnya daya absorpsi vitamin A.

77 Gejala Defisiensi Vitamin A.
Dengan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah vitamin A yang dibutuhkan, maka bila sampai terjadi defisiensi vitamin A pada unggas akan menunjukkan berbagai gejala antara lain: Badan tumbuh lambat atau mundur. Bulu tumbuh lambat dan jelek. Kondisi tubuh lemah, Ketahanan terhadap penyakit turun. Buta malam atau seroptamua dan bila berlanjut dapat mengakibatkan kebutaan. Produksi dan daya tetas telur turun. Ada bercak-bercak darah di dalam telur.

78 Gejala Kelebihan Vitamin A
Sebaliknya, bila sampai mendapat vitamin A berlebihan maka akan menderita gangguan keracunan dengan gejala: Nafsu makan hilang. Pembengkakan pada jaringan epitel. Adanya kelainan pada tulang. Bila keracunan berlanjut akan dapat mendatangkan kematian. Ada berbagai bahan pakan sebagai sumber vitamin A untuk unggas, antara lain: tepung ikan, minyak ikan, jagung kuning dan hijauan keduanya merupakan sumber provitamin A. Di samping itu ada preparat sumber vitamin A hasil sintetik yang berkadar tinggi. Vitamin A ataupun karoten keduanya akan rusak bila teroksidasi, oleh karena itiu agar tetap stabil maka yang bentuk sintetiknya selalu dilindungi antara lain dengan lemak, minyak ataupun lilin.

79 Vitamin D Ada dua bentuk vitamin D yang penting, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol). Ketersediaan dari kedua bentuk vitamin tersebut adalah sama bagi temak berkaki empat maupun manusia, tetapi bagi unggas ketersediaan bentuk vitamin D3 adalah jauh lebih poten daripada ketersediaan bentuk Da, oleh karena itu vitamin D untuk unggas selalu digunakan yang bentuk D3. Di samping vitamin D3 tersedia pula bentuk provitamin D3 (7- dehidrokholesterol) yang terdapat pada kulit. Bila terkena sinar ultra violet maka provitamin D3 akan berubah menjadi vitamin D3 yang siap untuk digunakan oleh unggas, namun karena sebagian besar ayam ras dipelihara di dalam kandang maka masih perlu adanya tambahan vitamin D3 (minyak ikan) ke dalam ransumnya untuk pencegahan kemungkinan terjadinya defisiensi vitamin D, sebab salah satu fungsi vitamin D adalah untuk membantu proses absorpsi Ca dan P dari usus. Jumlah vitamin D yang dibutuhkan ayam tergantung dari beberapa faktor antara lain: Kesempatan ayam untuk mendapatkan sinar matahari langsung. Tingkat kandungan Ca dan P di dalam ransum. Besar kecilnya imbangan Ca dan P di dalam ransum. Banyak sedikitnya produksi telur.

80 Gejala Defisiensi Vitamin D
Gejala yang tampak pada defisiensi vitamin D antara lain: Rakhitis pada ayam masa pertumbuhan, yaitu tidak terjadinya deposisi Ca dan P pada tulang dalam jumlah yang normal, persendian loncat membesar, tulang kaki dan paruh serta tulang dada tumbuh bengkok dan lemas. Kerabang telur tipis dan lemas. Produksi dan daya tetas telur turun. Gejala Kelebihan Vitamin D Sebaliknya, bila sampai mendapatkan vitamin D yang berlebihan maka akan terjadi kerusakan ginjal akibat pengapuran, begitu juga pengapuran serta dan pembuluh darah yang lain.

81 Vitamin E (alfa-tokoferol)
Vitamin E dibutuhkan untuk ferdlitas dan produktivitas telur. Vitamin E seperti halnya vitamin A dan D yaitu mudah rusak bila teroksidasi, oleh karena itu ke dalam ransum umumnya diberi pencegah oksidasi yang umum disebut antioksidan. Di samping itu agar tidak mengalami oksidasi maka vitamin E yang diberikan berada dalam bentuk ester sehingga terhindar dari proses oksidasi. Gejala Defisiensi Vitamin E Akibat defisiensi vitamin E pada ayam antara lain akan menderita: Ensefalomalasia ayau nekrosis otak dengan gejala leher membelit dan kepala terkulai. Diatesis eksudatif atau permeabilitas pembuluh darah kapiler naik. Steril pada yang jantan dan bila berlanjut dapat sampai terjadi steril permanen, hal ini akibat dari adanya degenerasi testes. Produksi telur berhenti, namun bila telah mendapat vitamin E akan kembali normal lagi. Kematian embrio aldbat terjadinya gangguan peredaran darah pada hari keempat masa inkubasi telur.

82 Vitamin E dan mineral Se (selenium) keduanya saling mempunyai hubungan yang erat.
Terjadinya ensefalomalasia akibat defisiensi vitamin E ternyata memerlukan pengobatan dengan vitamin E yang lebih banyak bila di dalam ransum juga defisiensi mineral Se, begitu juga sebaliknya. Sebagai sumber vitamin E antara lain: berbagai butir-butiran sebangsa padi, berbagai biji-bijian sebangsa kacang-kacangan dan minyaknya serta hijauan tanaman. Vitamin K Ada tiga bentuk vitamin K yang penting, yaitu vitamin Ki (filoquinon), vitamin K2 (menaquinon) dan vitamin Kg (menadion). Vitamin K berfungsi dalam proses sintesis protrombin yang merupakan senyawa untuk proses pembekuan darah. Pentingnya tambahan vitamin K ke dalam ransum terutama bagi ayam yang terserang parasit yang berat di dalam usus (koksidiosis) dan juga bila ayam sedang mendapat preparat sulfa.

83 Gejala Defisiensi Vitamin K.
Defisiensi vitamin K berakibat mudah robeknya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan di daerah dada, paha dan sekitar rusuk. Ayam dewasa yang menderita defisiensi vitamin K tidak tampak adanya gejala yang jelas, tetapi ayam muda sangat peka terutama anak ayam yang berasal dari induk yang menderita defisiensi vitamin K. Sebagai sumber vitamin K antara lain: hijauan (K1), tepung ikan dan disintesis di dalam usus (K2) dan sebagai hasil sintesis kimia (K3) yang larut air. Vitamin B1 Meskipun jumlah vitamin B1 yang dibutuhkan cukup tinggi, namun ransum unggas jarang diberi tambahan vitamin B1. Hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan pakan penyusun ransum unggas telah cukup mengandung vitamin B1 sehingga unggas jarang menunjukkan gejala defisiensi vitamin B1.

84 Gejala Defisiensi Vitamin B1
Fungsi vitamin B1 antara lain untuk memacu nafsu makan, membentuk enzim pencemaan dan untuk mencegah terjadinya gangguan syaraf. Gangguan syaraf ini bila berlanjut dapat sampai terjadi polineuritis dengan gejala: kepala terkulai ke belakang dan menempel pada punggung, kelumpuhan syaraf kaki sehingga tidak dapat berdiri dan hanya bersandar pada sendi loncat. Gejala polineuritis barn terlihat sesudah ayam muda menderita defisiensi selama ± 3 minggu. Gejala lain akibat defisiensi B1 adalah: nafsu makan hilang, bobot badan turun dan bulu kusut. Walaupun sebagian bahan pakan unggas telah cukup mengandung vitamin B1 tetapi kenyataannya unggas dapat menderita defisiensi vitamin B1. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor yang merusak vitamin B1 tersebut, antara lain: pH yang tinggi, senyawa kimia misalnya ion bisulfit yang akan merusak vitamin B1 menjadi pirimidin dan tiasol, enzim tiaminase yang terdapat pada ikan mentah dan jantung serta limpa hewan berdarah panas akan merusak vitamin B1.

85 Vitamin B2 (Riboflavin)
Semua tipe ransum ayam selalu diberi tambahan vitamin B2 karena vitamin ini sangat penting dalam berbagai proses di dalam tubuh. Di samping itu ransum ayam yang disusun dari bahan alamiah umumnya masih belum mencukupi jumlah vitamin B2 yang dibutuhkan. Vitamin B2 merupakan bagian dari beberapa macam enzim yang dibutuhkan oleh setiap sel hidup untuk proses oksidasi-reduksi, Gejala Defisiensi Vitamin B2 Akibat defisiensi vitamin B2 akan timbul apa yang disebut curled toe paralysis dengan gejala: kelumpuhan pada jari kaki sehingga sukar untuk berjalan. Di samping itu timbul pula gejala diare dan pertumbuhan lambat, namun nafsu makan tetap baik. Defisiensi vitamin B2 pada ayam dewasa akan mengakibatkan produksi dan daya tetas telur turun akibat kematian embrio. Sumber Vitamin B2 Sebagai sumber vitamin B2 untuk ransum ayam adalah tepung ikan, tetapi karena penggunaan tepung ikan terbatas jumlahnya maka ke dalam ransum masih perlu adanya tambahan vitamin B2.

86 Vitamin B6 (Piridoksin)
Bahan pakan untuk menyusun ransum ayam pada umumnya sudah cukup mengandung vitamin B6 sehingga ayam jarang menderita defisiensi vitamin B6 Vitamin B6 berfungsi sebagai stimulator pertumbuhan dan berperan dalam pembentukan niasin dari asam amino triptofan pada ayam dewasa. Gejala Defisiensi Vitamin B6 Bila sampai terjadi defisiensi vitamin B6 akan timbul gejala: pertumbuhan lambat, gangguan syaraf yaitu koordinasi jadi jelek dan konvulsi, di samping itu bagi ayam dewasa akan diikuti turunnya nafsu makan dan bobot badan dengan cepat, dan juga turunnya produksi serta daya tetas telur.

87 Asam Pantotenat Bahan pakan alamiah pada umumnya telah cukup mengandung asam pantotenat, walaupun demikian ransum untuk ayam masa pertumbuhan dan induk masih perlu adanya tambahan vitamin ini dikarenakan kebutuhannya cukup tinggi. Penambahan asam pantotenat tersebut tidak dalam bentuk mumi tetapi dalam bentuk garam Ca-pantotenat yang merupakan produk komersial. Gejala Defisiensi Asam Pantotenat Bila sampai terjadi defisiensi asam pantotenat pada ayam akan menunjukkan gejala: pertumbuhan lambat, bulu sedikit dan jelek, dermatitis pada kelopak mata dan kaki, keropeng pada sudut mulut dan sekitar anus, produksi dan daya tetas telur turun, banyak kematian anak ayam sehabis turun dari penetasan.

88 Niasin Di dalam bahan pakan ada dua bentuk niasin yaitu: bentuk asam nikotinat yang terdapat pada bahan pakan nabati (bekatul) dan bentuk nikotinamida yang terdapat pada bahan pakan hewani (tepung ikan). Di muka telah disebutkan bahwa di dalam tubuh dapat disintesis niasin dari asam amino triptofan, tetapi hal ini hanya terjadi pada ayam dewasa sehingga bagi ransum ayam muda atau masa pertumbuhan yang terutama menggunakan jagimg dalam jumlah yang tinggi masih perlu adanya tambahan niasin disebabkan karena jagung sangat rendah kandungan asam amino triptofan yang akan disintesis menjadi niasin. Gejala Defisiensi Niasin Akibat defisiensi niasin pada ayam muda akan menunjukkan gejala mirip dengan 1). perosis tetapi tendo gastroknemius jarang teriepas dari kondilusnya, 2). Radang pada mulut dan lidah (black tongue), 3). kulit dan kaki bersisik, 4). bulu jelek, 5). nafsu makan turun, 6). pertumbuhan lambat, 7). kenaikan perlemakan hati dan tubuh pada ayam petelur.

89 Kholin Sebetulnya kholin kurang tepat dimasukkan ke dalam kelompok vitamin karena kholin dibutuhkan dalam jumlah yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan vitamin-vitamin lain yang dibutuhkan. Walaupun kholin dapat disintesis di dalam tubuh dari asam amino metionin, namun ayam muda masih perlu mendapat tambahan kholin karena hasil sintesisnya belum mencukupi sebab yang dibutuhkan cukup tinggi. Kholin mempunyai berbagai macam fungsi antara lain: membantu transportasi lemak di dalam darah dan mengurangi terjadinya pelemakan pada hati. Gejala Defisiensi Kholin Akibat defisiensi kholin pada ayam akan menunjukkan gejala: perosis, pelemakan pada hati dan pertumbuhan lambat.

90 Biotin Berbagai bahan pakan cukup mengandung biotin (tepung hati, bungkil kedelai), tetapi pada ayam muda ketersediaannya hanya sekitar 50% sehingga ayam masih dapat menderita defisiensi biotin bila ransumnya hanya tersusun dari bahan pakan alamiah, karena kebutuhannya yang cukup tinggi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya defisiensi biotin maka ransum ayam perlu selalu mendapat perhatian perihal kandungan biotinnya. Gejala Defisiensi Biotin Akibat defisiensi biotin antara lain akan menunjukkan gejala: kulit bersisik (dermatitis), perosis, pertumbuhan lambat dan daya tetas telur turun.

91 Folasin (Asam Folat) Folasin atau asam folat adalah suatu senyawa kimia komplek yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi fisiologis antara lain: untuk pertumbuhan badan dan bulu, pembentukan otot dan darah. Ada beberapa macam bahan pakan yang cukup tinggi kandungan folasinnya (tepung hati, bungkil kedelai), tetapi karena penggunaannya di dalam ransum hanya terbatas maka ke dalam ransum tersebut masih perlu adanya tambahan asam folat. Gejala Defisiensi Asam Folat Akibat defisiensi asam folat antara lain akan menunjukkan gejala: pertumbuhan badan dan bulu terhambat, pigmentasi bulu abnormal, anemia, produksi dan daya tetas telur turun.

92 Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 hanya terdapat pada bahan pakan asal hewan (tepung ikan) dan hasil sintesis bakteri di dalam saluran pencemaan. Sesuai dengan namanya maka vitamin B12 (sianokobalamm) jelas mengandung unsur kobalt (Co). Sintesis vitamin B12 oleh bakteri di dalam saluran pencemaan ayam terjadi pada usus bagian belakang (sekum) yang relatif kecil sehingga hasilnya sangat terbatas dan sekum tersebut bukan merupakan bagian organ pencemaan yang baik untuk proses absorpsi nutrien sehingga ransum ayam masih perlu adanya tambahan vitamin B12 terutama ransum ayain masa pertumbuhan dan induk ayam serta ayam yang dipelihara di dalam kandang bukan litter. Gejala Defisiensi Vitamin B 12 . Akibat defisiensi vitamin B12 akan menunjukkan gejala antara lain: anemia, pertumbuhan lambat, produksi dan daya tetas telur turun, serta pelemakan hati.

93 SEKIAN TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA


Download ppt "NUTRISI DAN PAKAN TERNAK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google