Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN (Joint Products and By Products) Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN (Joint Products and By Products) Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu."— Transcript presentasi:

1 PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN (Joint Products and By Products)
Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu diperhatikan terutama ketika perusahaan menghasilkan produk lebih dari satu atau terdiri dari beberapa lini produk. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang digunakan secara bersama oleh produk bersama. Perhitunan biaya ditujukan pada saat pembebanan biaya pada masing-masing produk. Pembebanan biaya dapat digunakan dalam menentukan persediaan, penentuan laba, dan untuk pelaporan keuangan. 7.1. PENGERTIAN PRODUK BERSAMA Adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian atau seri produk secara bersama atau serempak dengan menggunakan bahan, tenaga kerja dan biaya overhead secara bersama. Biaya tersebut tidak dapat ditelusuri atau dipisahkan pada setiap produk, dan setiap produk mempunyai nilai jual atau kualitas yang relatif sama. Contoh : * Produksi susu segar yang dapat menghasilkan krim dan skim cair, selanjutnya krim dapat diolah lebih lanjut menjadi krim mentega dan skim cair kemudian diolah lagi menjadi susu.

2 Gambar. Aliran Produk Berurutan
( ) Biaya proses lanjutan SKIM CAIR KRIM Nilai Pasar ( ) MENTEGA ( ) 110 Lt Harga Jual Harga Jual Setelah Susu Segar Pada Titik Pisak Diproses Rp KRIM SUSU Nilai Pasar ( ) ( ) ( ) Biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk bersama disebut dengan biaya bersama (Joint Cost). Biaya Bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti, bahan, tenaga kerja dan biaya overhead untuk menghasilkan beberapa produk. Dalam Produk Bersma dapat menghasilkan : Produk utama (Main Produkcts) Yaitu produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama namun mempunyai nilai atau kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan produk lain atau produk sampingan. Produk sampingan (By Products) Yaitu produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama, namun produk tersebut bilai atau kuantitasnya lebih rendah dibanding dengan produk lain atau produk utama.

3 Gambar. Produk Utama dan Produk Sampingan
Contoh : Penggilingan padi yang dapat menghasilkan beras mempunyai sisa dalam bentuk dedak. Beras merupakan produk utama sedangkan dedak merupakan produk sampingan. Penyilangan minyak bumi yang dapat menghasilkan sisa dalam bentuk aspal. Minyak bumi merupakan produk utama sedangkan aspal merupakan produk sampingan. Gambar. Produk Utama dan Produk Sampingan Balok (Produk Sampingan) Rp Biaya Bersama Kayu Gelondongan (Produk Utama) Papan (Produk Sampingan) 7.2. KARAKTERISTIK PRODUK BERSAMA Beberapa karakteristik produk bersama : Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya. Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi. Dalam produk bersama dikenal istilah “Split Off Point “ adalah saat dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk secara individual. Setelah “Split Off Point “ (titik pisah) produk tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat juga dijual setelah dipisah (setelah diproses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut disebut dengan biaya proses lanjutan atau biaya setelah titik pisah (sevarable costs).

4 7.3. ALOKASI BIAYA DAN METODE ALOKASI BIAYA PRODUKSI BERSAMA
Adalah pembebanan biaya secara proporsional dari biaya tidak langsung atau biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk. Untuk memudahkan dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya. Secara umum alokasi biaya tersebut ditujukan untuk berbagai alasan sebagai berikut : Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak. Biaya bahan yang hancur. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produksi minyak mentah dan gas alam dikansanakan secara bersama tetapi gas alam dikarenakan peraturan harga Selain beberapa alasan di atas, alokasi biaya bertujuan untuk : Mengetahui berapa besar kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total pendapatan perusahaan. Mengetahui apakah seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama sudah dihitung dengan seteliti mingkin.

5 Metode Alokasi Biaya Dalam alokasi biaya dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut : Metode harga pasar/metode nilai jual hipotetis Metode unit fisik Metode rata-rata sederhana Metode rata-rata tertimbang. Metode Harga Pasar (Nilai Jual) Merupakan pembebanan biaya bersama atas dasar nilai jual masing-masing produk. Metode ini paling banyak digunakan, dengan alasan bahwa antara biaya dan nilai jual terdapat hubungan secara langsung, dimana harga jual dari suatu produk lebih banyak ditentukan oleh biaya produksi. Alasan tersebut akan diperkuat apabila memenuhi dua kondisi sebagai berikut : Biaya bersama relatif terhadap biaya produksi lainnya apabila bauran fisik dan keluaran dapat diubah lebih besar atau lebih kecil. Dengan adanya perubahan tersebut akan menghasilkan total nilai pasar lebih besar atau lebih kecil. Metode harga jual dapat dibedakan menjadi : Harga Jual diketahui pada saat titik pisah. Apabila harga jual diketahui pada saat titik pisah maka biaya bersama dibebankan kepada produk berdasarkan nilai jual masing-masing produk terhadap jumlah nilai jual keseluruhan produk. Rumus : Jumlah nilai jual masing-masing produk Pembebanan biaya bersama = x Biaya Bersama Jumlah nilai jual keseluruhan produk

6 Pada Titik Pisah Harga Pasar Per-unit
Contoh 1 : PT Lombok Barat memproduksi empat jenis produk yaitu produk A, B, C, dan D secara bersama dengan biaya sebesar Rp Data yang berhubungan dengan keempat produk tersebut adalah : Produk Unit Produksi Pada Titik Pisah Harga Pasar Per-unit A 10.000 Rp B 20.000 Rp C 12.500 Rp D 7.500 Rp Diminta : Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk ! Penyelesaian : Produk A = Rp 7.500 Biaya Bersama Produk B = Rp 5.500 Rp Produk C = Rp 2.800 Produk D = Rp 4.000 Nilai jual masing-masing produk pada saat titik pisah : Produk A = x Rp = Rp Produk B = x Rp = Rp Produk C = x Rp = Rp Produk D = x Rp = Rp Rp

7 Alokasi biaya bersama :
Rp Produk A = x Rp = Rp Rp Rp Produk B = x Rp = Rp Rp Produk C = x Rp = Rp Rp Produk D = x Rp = Rp Rp

8 Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Harga Jual Tidak diketahui Pada Saat Titik Pisah Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah, maka harga titik dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual dapat diketahui setelah proses. Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotetis. Harga Pasar Hipotetis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih lanjut. (HJH = NJ – BPL). Rumus : Jumlah nilai jual hipotetis masing-masing produk setelah titik pisah Pembebanan Biaya Bersama = x Biaya Bersama seluruh produk setelah titik pisah Contoh : PT. Lombok Timur memproduksi tiga produk secara bersama yaitu produk X, Y, dan Z. Biaya bersama yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut adalah Rp Data lain yang berhubungan dengan produk bersama adalah : Keterangan Produk X Produk Y Produk Z Produksi 2.500 3.000 2.000 Harga jual setelah titik pisah Rp Rp Rp Biaya proses lanjutan Rp Rp Rp

9 Diminta : Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk Hitunglah biaya produksi masing-masing produk Penyelesaian : Produk X Rp Rp Biaya Bersama Rp Produk Y Rp Rp Produk Z Rp Rp Total Penjualan masing-masing produk X = x Rp = Rp Y = x Rp = Rp Z = x Rp = Rp Rp Harga Jual hipotetis masing-masing produk X = Rp – Rp = Rp Y = Rp – Rp = Rp Z = Rp – Rp = Rp Rp 1. Alokasi joint cost masing-masing produk X = Rp / x Rp = Rp Y = Rp / x Rp = Rp Z = Rp / x Rp = Rp Rp 2. Biaya produksi masing-masing produk Biaya produksi = Alokasi joint cost + Biaya proses lanjutan X = Rp Rp = Rp Y = Rp Rp = Rp Z = Rp Rp = Rp

10 Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Metode Unit Fisik Adalah suatu metode dalam pembebanan biaya bersama kepada produksi didasarkan atas unit secara fisik atau output dari suatu produk. Pembebanan biaya bersama pada metode unit fisik dapat dihitung dengan cara membagi unit fisik masing-masing produk dengan jumlah unit fisik keseluruhan produk dikalikan dengan biaya bersama. Unit output dari suatu produk dalam metode unit fisik harus diungkapkan dalam bentuk yang sama. Hal ini dianjurkan karena seluruh produk gabungan terdiri dari bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead yagn sama, sehingga semua produk harus menerima bagian biaya bersama berdasarkan ukuran secara fisik. Apabila unit output yang digunakan oleh masing-masing produk tidak sama maka perlu digunakan urutan umum yang sama. Satuan dapat berupa volume, bobot atau ukuran karakter lainnya. Rumus : Jumlah unit masing-masing produk Pembebanan Biaya Bersama = x Biaya Bersama Jumlah unit keseluruhan produk Contoh : PT. Sulawesi Timur memproduksi tiga jenis produk yaitu produk A, B, dan C. Biaya bersama yang digunakan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut sebesar Rp ,-. Data lain yang digunakan dalam memproduksi ketiga produk tersebut adalah : Keterangan Produk X Produk Y Produk Z Unit Produksi 60.000 96.000 84.000 Harga jual setelah proses lanjutan Rp Rp Rp Biaya proses lanjutan Rp Rp Rp

11 Diminta : Hitunglah alokasi biaya masing-masing produk dengan menggunakan metode unit fisik Hitunglah biaya produksi masing-masing produk Penyelesaian : Produk X = unit Biaya Bersama Rp Produk Y = unit Produk Z = unit 1. Alokasi joint cost masing-masing produk X = / x Rp = Rp Y = / x Rp = Rp Z = / x Rp = Rp Rp 2. Biaya produksi masing-masing produk Biaya produksi = Alokasi joint cost + biaya proses lanjutan X = Rp Rp = Rp Y = Rp Rp = Rp Z = Rp Rp = Rp

12 Keterangan Produk A Produk B Produk C
Metode Rata-rata per unit Adalah suatu metode dalam mengalokasikan biaya bersama bahwa seluruh produk yang dihasilkan dari proses produksi bersama harus dibebani suatu nilai secara proporsional dari seluruh biaya bersama atau dari besarnya unit yang diproduksi. Metode ini mengabaikan bobot atau nilai jual dari produk terkait, disamping itu semua produk diasumsikan bersifat homogen. Rumus : Pembebanan Biaya Bersama = Biaya per unit x Jumlah unit masing-masing produk Jumlah biaya bersama Pembebanan Biaya Bersama = Jumlah unit keseluruhan produk Contoh : PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk A, B, dan C. Untuk menghasilkan ketiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp Data lain yang berhubungan ketiga produk tersebut sebagai berikut : Keterangan Produk A Produk B Produk C Unit Produksi 30.000 70.000 20.000 Harga jual setelah proses lanjutan Rp Rp Rp Biaya proses lanjutan Rp Rp Rp Diminta : Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk Hitunglah biaya produksi masing-masing produk

13 Penyelesaian : Produk A
Biaya Bersama Rp Produk B Produk C Alokasi biaya bersama masing-masing produk : Rp Biaya per unit = = Rp 2.600 unit 2. Alokasi biaya bersama masing-masing produk : A = Rp x = Rp B = Rp x = Rp C = Rp x = Rp Rp 3. Biaya produksi masing-masing produk : A = Rp Rp = Rp B = Rp Rp = Rp C = Rp Rp = Rp

14 Keterangan Produk A Produk B Produk C
Metode Rata-rata Tertimbang Adalah suatu metode dalam mengalokasikan biaya bersama berdasarkan kepada unit produksi dan dikalikan dengan faoktor penimbang, kemudian diperoleh jumlah penimbang rata-rata setiap produk dibagi dengan jumlah penimbang rata-rata seluruh produk. Angka penimbang dapat ditentukan berdasarkan kepada besarnya jumlah produk yang digunakan. Angka penimbang ini digunakan akibat sulitnya pembuatan produk, pembedaan jam kerja dipakai dan waktu yang digunakan untuk menghasilkan tiap jenis produk. Rumus : Jumlah penimbang rata-rata setiap produk Pembebanan Biaya Bersama = x Biaya bersama Jumlah penimbang rata-rata seluruh produk Contoh : PT. Sumatera Selatan memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk A, B, dan C. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi ketiga jenis produk tersebut sebesar Data lain yang berhubungan dengan ketiga jenis adalah : Keterangan Produk A Produk B Produk C Unit Produksi 6.400 70.000 20.000 Harga jual per unit Rp Rp Rp Bobot 2 4 Biaya proses lanjutan Rp Rp Rp Diminta : Alokasi biaya bersama masing-masing produk Hitunglah biaya produksi masing-masing produk

15 Penyelesaian : Produk A
Biaya Bersama Rp Produk B Produk C 1. Alokasi biaya bersama masing-masing produk : Produk A = x 2 = Produk B = x 2 = Produk C = x 4 = Total = Alokasi biaya bersama : Produk A = / x = Rp Produk B = / x = Rp Produk C = / x = Rp Rp Biaya produksi masing-masing produk : Biaya produksi = Alokasi biaya bersama + biaya proses lanjutan Produk A = Rp = Rp Produk B = Rp = Rp Produk A = Rp = Rp

16 Pengelompokkan Produk Sampingan
Adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi secara bersama, tetapi produk tersebut nilai atau kuantitasnya lebih rendah dibandingkan dengan produk lain (produk utama). Contoh : Kerosin dalam pembuatan bensin Perca kain dalam produksi tekstil Papan dan balok dalam produksi kayu. Pengelompokkan Produk Sampingan Dikelompokkan sebagai berikut : Produk sampingan yang siap dijual setelah dipisah dari produk utama Produk sampingan yang memerlukan proses lebih lanjut. Proses sampingan yang siap dijual setelah titik pisah dari produk utama, tetapi dapat diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. Metode Perhitungan dan Akuntansi Harga Pokok Produk Sampingan Metode yang dapat digunakan dalam perhitungan harga pokok produk sampingan adalah : Metode tanpa harga pokok Metode dengan harga pokok

17 Metode Tanpa Harga Pokok
Adalah suatu metode dalam perhitungan produk sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan produk sebelum dipisah. Masalah yang timbul adalah bagaimana perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan. Apakah hasil penjualan tersebut akan diperlakukan sebagai penambah pendapatan atau sebagai pengurangan dari biaya produk utama ? Disamping itu metode tanpa harga pokok ini dapat dibedakan sebagai berikut : Pengakuan atas pendapatan kotor dimana produk sampingan dapat langsung dijual pada saat titik pusah. Pengakuan atas pendapatan bersih dimana produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama. Pengakuan atas pendapatan kotor Metode ini memperlakukan hasil penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan kepada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan Laba-Rugi dapat dikategorikan sebagai berikut : Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

18 Penyelesaian : Diminta :
Contoh : Unit Produksi Unit Penjualan Unit Persediaan Awal Harga Jual per unit Rp Biaya produksi per unit Rp Hasil penjualan produk sampingan Rp Beban pemasaran dan administrasi produk utama Rp Diminta : Susunlah Laporan Laba-Rugi dengan menggunakan masing-masing asumsi di atas (a, b, c, dan d). Penyelesaian : Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha/pendapatan lain-lain : Penjualan ( x 1.500) Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pendapatan lain-lain : Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Laba sebelum pajak Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan lain-lain yaitu sebesar Rp Ayat jurnal yang diperlukan sebagai berikut : Kas / Piutang Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp

19 b. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama : Penjualan Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Penjualan bersih Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan produk utama sekarang menjadi Rp Akibat penambahan tersebut maka menyebabkan peningkatan terhadap laba kotor dan laba operasi sesuai dengan kenaikan dari pendapatan penjualan produk sampingan. Ayat jurnal yang diperlukan sebagai berikut : Kas / Piutang Rp Pendapatan Penjualan Rp

20 c. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
Penjualan Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia Terjual Rp Persediaan akhir (6.400 x 873,61) Rp Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan mengurangi dari pada harga pokok penjualan sebesar Rp , sehingga harga pokok penjualan sekarang menjadi Rp Ayat jurnal yang diperlukan sebagai berikut : Kas / Piutang dagang Rp Harga Pokok Penjualan Rp

21 d. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
Penjualan Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Total Biaya produksi Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 873,61) Rp Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan dianggap sebagai pengurang biaya produksi, sehingga biaya produksi setelah dikurangi dengan pendapatan penjualan produk sampingan menjadi Rp , sedangkan biaya produksi per unit menjadi Rp 873,61 yaitu (Rp : unit). Ayat jurnal yang diperlukan sebagai berikut : Kas / Piutang Rp Pendapatan Dalam Proses (BB, K, BOP) Rp

22 Pengakuan atas pendapatan bersih
Pada metode ini hasil penjualan produk sampingan yang diperhitungkan adalah berdasarkan hasil penjualan atan pendapatan bersih produk sampingan. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa adanya kebutuhan untuk membebankan biaya yang dapat ditelusuri ke produk sampingan. Disamping itu metode ini memisahkan biaya yang terjadi setelah titik pisah di dalam memproses maupun dalam memasarkan produk sampingan. Pada metode ini produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama. Hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung dengan cara; mengurangi penjualan atan pendapatan produk sampingan dengan biaya proses lanjutan dan biaya pemasaran dan administrasi produk sampingan, sehingga diperoleh penjualan atan pendapatan produk sampingan. Lebih jelas dapat disajikan sebagai berikut : Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp Biaya Pemasaran & Biaya administrasi produk sampingan Rp Rp Penjualan / Pendapatan Bersih produk sampingan Rp Catatan : Data diambil dari contoh Penjualan atau pendapatan produk sampingan yang dilaporkan dalam Laba-Rugi pada prinsipnya sama dengan pengakuan atas penjualan atau pendapatan kotor, perbedaan hanya pada perhitungan penjualan atau pendapatan produk sampingan itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

23 Penyelesaian : Diminta :
Contoh : Unit Produksi Unit Penjualan Unit Persediaan Awal Harga Jual per unit Rp Biaya produksi per unit Rp Hasil penjualan produk sampingan Rp Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp Beban pemasaran dan administrasi produk utama Rp Benan pemasaran dan administrasi Produk sampingan Rp Diminta : Susunlah Laporan Laba-Rugi dengan mengguna-kan masing-masing asumsi seperti contoh sebelumnya di atas (a, b, c, dan d). Penyelesaian : Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha/pendapatan lain-lain : Penjualan ( x 1.500) Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pendapatan lain-lain : Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Laba sebelum pajak Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan lain-lain yaitu sebesar Rp

24 b. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama : Penjualan Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Total Penjualan Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp Harga Pokok Penjualan Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan produk utama, sehingga penjualan produk utama sekarang menjadi Rp Akibat penambahan tersebut maka menyebabkan peningkatan terhadap laba kotor dan laba operasi sesuai dengan kenaikan dari pendapatan penjualan produk sampingan.

25 c. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
Penjualan ( x 1.500) Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Tersedia Terjual Rp Persediaan akhir (6.400 x 873,61) Rp Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Rp Laba Kotor Rp Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp

26 d. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
Penjualan ( x 1.500) Rp Harga Pokok Penjualan : Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp Total Biaya produksi ( x 1.000) Rp Pendapatan penjualan produk sampingan Rp Total Biaya produksi Rp Tersedia dijual Rp Persediaan akhir (6.400 x 914,352) Rp ,8 - Harga Pokok Penjualan Rp ,2 - Laba Kotor Rp ,8 Beban pemasaran dan administrasi Rp Laba operasi Rp ,8 Pada metode ini biaya produksi per unit persediaan akhir berubah menjadi Rp 914,352 yang diperoleh dari Biaya produksi yang baru dibagi dengan jumlah unit ( : = 914,352).


Download ppt "PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN (Joint Products and By Products) Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google