Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
ACUT MYOCARDIAL INFARCTION (AMI) DECOMPENSATIO CORDIS
2
Macam Patologi dan Patofisiologi Cardiology :
Angina Pektoris Stabil Esktrasistol Ventrikular Angina Pektoris Tidak Stabil/NSTEMI (Non ST-Elevation Myocardial Infarction)tif Gagal Jantung Endokarditis Infektif Penyakit Katup Jantung Peripartum Cardiomyopathy STEMI (ST Elevation Myocardial Infarction) Perikarditis Penyakit Jantung Kongenital Penyakit Jantung Coroner HT Pulmonal Bradiartima Penyakit Arteri Perifer Takiaritmia Kelainan Sistem Vena dan Limfatik Cardiac Arrest
3
1. Angina Pektoris Stabil
Angina pektoris stabil adalah nyeri dada atau chest discomfort yang teriadi karena keadaan seperti olahraga atau stres emosional yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Karakteristik nyeri dada khas angina yang mengarah ke infark miokard/iskemia miokard akut adalah: Lokasi di dada/substernal/sedikit di kiri, dengan penjalaran ke leher rahang, bahu kiri, sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar punggung/pundak kiri Kualitas nyeri biasanya merupakan nyeri tumpul seperti rasa tertindih, terdesak, diremas-remas, dada mau pecah, sering kali disertai keringat dingin, Sesak napas. Nyeri pertama kali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit sampai < 20 menit. Klasifikasi angina pektoris stabil sangat beragam, antara lain :
5
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan Fisik:
Biasa muncul pada pria (>50th), wanita (>60th), keluhan Dada tidak nyaman (seperti berat, ditusuk, diremas, dll selama 2-5 menit, menjalar sampai punggung, leer, rahang, epigastrum, lengan, interscapula). Biasanya episodenya muncul krn latihan, emosi membaik ketika istirahat, sering terbangun malam hari krn nyeri dada & dispnea. Pemeriksaan Fisik: Auskultasi dada posisi lateral dekubitus ditemukan bunyi jantung III atau IV, bruit arteri, murmur sistolik (pada iskemi akut) Pemeriksaan Penunjang: EKG tidak spesifik (hipertrovi ventrikel); rontgen dada (cardiomegali), lab darah, MSCT (Penciraan jantung), Arteriografi koroner Komplikasi: Aritmia jantung, regurgitasi mitral, gagal jantung kongestif, perikarditis, emboli paru, stroke
6
Dx Banding Nyeri Dada Kardiovaskuler : Infark Miokard, Unstable Angina, Perikarditis, Mioperikarditis, Diseksi Aorta Pulmo : Pneumonia, Pleuritis, Pneumotoraks, Efusi Pleura, HT Pulmonal Gastro : Refluk esofagus, spasme esofagus, pankreatitis, penyakit bilier Muskoloskeletal & lainnya : Costochondritis, Herpes zoster, Ansietas
7
ACUT MYOCARDIAL INFARCTION (AMI)/ INFARK MYOKARD AKUT (IMA)
DEFINISI: Acut Myocardial Infarction (AMI)/ Infark Myokard Akut (IMA) adalah nekrosis myokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu EPIDEMIOLOGI: - penyebab kematian pertama di amerika - 10 tahun terakhir banyak ditemukan di Indonesia
8
FAKTOR RESIKO FAKTOR YNG MEMPERCEPAT TERJADINYA ATEROSKLEROSIS
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi Obesitas Hipertensi Merokok Emosi DM Hipoaktifitas
9
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Genetik Jenis kelamin Kepribadian tipe A FAKTOR PENCETUS Emosi Stress Kerja fisik terlalu berat Banyak merokok
10
PATOGENESIS aterosklerosis pembuluh darah koroner Penyumbatan arteri koronaria oleh trombus pada plaque aterosklerosis Nekrosis myokard
11
JENIS AMI 2. AMI SUBENDOKARDIAL SECARA MORFOLOGIS 1. AMI TRANSMURAL
- REGIONAL - DIFUS
12
AMI TRANSMURAL - mengenai seluruh dinding myokard - terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner AMI SUBENDOKARDIAL - Regional: terjadi pada distribusi satu arteri koroner - Difus: terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner
13
GEJALA KLINIS Keluhan yang khas: nyeri dada retrosternal, seperti diremas2, ditekan, ditusuk, ditindih Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya lengan kiri), bahu, leher, rahang, bahkan punggung dan epigastrium Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris (lebih dari 30 menit)
14
Nyeri sering disertai dengan mual, muntah, sesak pusing, kringat dingin bahkan sinkope, pasien sering tampak ketakutan Pada pemeriksaan fisik: muka pucat, takhikardi, dan bunyi jantung II yang pecah paradoksal (irama gallop), distensi vena jugularis pada infark ventrikel kanan
15
DIAGNOSIS ANAMNESIS DAN Px FISIK EKG LABORATORIUM RADIOLOGI
16
PERUBAHAN PADA EKG S.d. beberapa jam setelah serangan AMI:
EKG normal atau kelainan tidak khas Hitungan jam: depresi ST Jam s.d. Hari: gelombang T tinggi Hari s.d. Minggu: inversi gelombang T Minggu s.d. Bulan: gelombang Q menetap Tahun: pada 10 % kasus dapat kembali normal
17
LABORATORIUM Peningkatan kadar enzim
CPK/CK SGOT LDH α – HBDH Troponin T Isoenzim CPK-MB/CK-MB Leukositosis PMN – 15000/mmk LED meningkat lambat
18
RADIOLOGI Tidak banyak membantu Kecuali ada bendungan paru
Kadang terlihat kardiomegali
19
DIAGNOSIS BANDING ANGINA PEKTORIS
angina dapat berlangsung lama tapi hanya depresi ST tanpa Q patologis dan tanpa kenaikan enzim DISEKSI AORTA nyeri hebat menjalar ke perut, nadi perifer asimetris, bising diastolik, pada Rö dada tampak pelebaran mediastinum KELAINAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS (HERNIA DIAFRAGMATIKA, REFLUKS ESOFAGITIS) nyeri berkaitan dengan makanan, terdapat perubahan
20
KELAINAN LOKAL DINDING DADA
nyeri setempat, bertambah dengan tekanan atau perubahan posisi KOMPRESI SARAF (TERUTAMA C-8) nyeri terdapat pada distribusi saraf tersebut KELAINAN INTRA ABDOMINAL akut abdomen atau pnkreatitis akut menyerupai ami
21
PENATALAKSANAAN Mortalitas umumnya terjadi 4 jam pertama Bila terjadi AMI pasien langsung dirujuk ke RS terdekat yang sebaiknya mempunyai fasilitas ICCU Bila tidak ada penyulit setelah 3-4 hari dipindah keruang intermediate coronary zone Diet pada hari I dalah makanan saring dan diet rendah garam bila ad gagal jantung
22
morfin 5 mg atau petidi 25-50 mg Oksigen
Infus dextrosa 5% lini Pengendalian nyeri morfin 5 mg atau petidi mg Oksigen 2-4 L/menit bila ada bendungan paru Sedatif untuk mengurangi kletakutan diazepam 2-5 mg 3x/hari po Antikoagulan: Heparin U/24 jam iv tiap 4-6 jam Diteruskan dg asetakumarol atau warfarin
23
Trombolitik (Streptase, rt-PA, APSAC)
Sebagai salah satu usaha reperfusi Harus sudah dimulai 30 menit setelah pemeriksaan Memberi hasil yang baik bila diberikan pada 6 jam pertama setelah serangan Streptase 1,5 juta unit dlm 1 jam rt-PA 100 mg dalam 90 menit APSAC 30 unit dalam 2-5 menit
24
KOMPLIKASI Perluasan infark dan iskemi pasca infark Aritmia Disfungsi otot jantung Gagal jantung kiri hipotensi syok Infark ventrikel kanan
25
PROGNOSIS Prognosis tergantung dari: Potensi terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel) Potensi serasngan iskemi lebih jauh Potensi pemburukan gangguan hemodinamik lebih jauh
26
DEKOMPENSASI CORDIS (DEKOM CORDIS)
27
DEKOMPENSASI CORDIS ISTILAH LAIN:
Gagal jantung, payah jantung, heart failure, congestive heart failure, gagal jantung kongestif DEFINISI: Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
28
FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT YANG MENIMBULKAN PENURUNAN FUNGSI VENTRIKEL: Penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomyopati, penyakit pembuluh darah, dan penyakit jantung kongenital KEADAAN YANG MEMBATASI PENGISIAN VENTRIKEL Stenosis mitral, kardiomyopati, penyakit perikardial
29
PATOFISIOLOGI TEORI BACKWARD FAILURE TEORI FORWARD FAILURE
30
FAKTOR PENCETUS AMI yang tersembunyi Serangan hipertensi Aritmia akut
Infeksi Emboli paru Anemia Tirotoksikosis Kehamilan endokarditis infektif Beban cairan yang berlebihan
31
MANIFESTASI KLINIS BERDASAR BAGIAN JANTUNG YANG MENGALAMI KEGAGALAN PEMOMPAAN DECOM CORDIS DIBAGI MENJADI: DECOM CORDIS KIRI DECOM CORDIS KANAN CHF MANIFESTASI KLINIS BERBEDA SESUAI PEMBAGIAN TERSEBUT
32
GAGAL JANTUNG KIRI Dyspneu d’ effort Fatigue Ortopneu
Dyspneu nokturnal paroksismal Batuk Pembesaran jantung Irama derap S3 Pernafasan cheyene stokes Takikardi Ronkhi kongesti vena pulmonalis
33
DEKOM CORDIS KANAN Fatigue Edema liver engorgement Anoreksia Kembung
Hipertrofi jantung kanan irama derap atrium kanan Mumur Tanda2 penyakit paru kronik Tekanan vena jugularis meningkat Ascites Hidrothoraks Hepatomegali Pitting edema
34
CHF Manifestasinya gabungan dari decomp cordis kiri dan kanan
Kriteria mayor: Dispnea nokturnal paroksismal atau orthopnea Peningkatan tekanan vena jugularis Ronkhi basah tidak nyaring Kardiomegali Edema paru akut Irama derap S3 Peningkatan vena > 16 cm H20 Refluks hepatojugular
35
Diagnosis ditegakkan dengan
Kriteria minor Edema pergelangan kaki Batuk malam hari Dyspneu d’ effort Hepatomegali Efusi pleura Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum Takikardi (biasanya >120 kali/mnt Diagnosis ditegakkan dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor yang ada pada saat yang bersamaan
36
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rö Thoraks: Kardiomegali Corakan vaskuler meningkat Infiltrat prekordial kedua paru Efusi pleura EKG: Melihat penyakit yang mendasari (misal infark miokard atau aritmia Pemeriksaan lain Hb, elektrolit, ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal, dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi
37
PENATALAKSANAAN Meningkatkan oksigenasi
Pemberian oksigen Menurunkan konsumsi oksigen istirahat/pembatasan aktivitas Memperbaiki kontraktilitas jantung Mengatasi keadaan yang reversibel seperti tirotoksikosis miksedema dan aritmia Digitalisasi pemberian digoksin Digitalisasi cepat: 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam,dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 24 jam Digoksin iv 0,75-1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dlm 24 jam
38
Menurunkan beban jantung
Diet rendah garam Diuretika Furosemid mg Vasodilator Nitrogliserin Nitropusid Prazozin Captopril ISDN Mengeluarkan cairan secara mekanil Torakosintesis Parasintesis Dialisis
40
2. Angina Pektoris Tidak Stabil (NSTEMI = Non ST Elevation Myocardial Infarction)
Unstable Angina (UA) : Angina pektoris setara dgn Iskemi Discomfort. Karakteristik UA bila memenuhi 1 dari 3 kriteria: Muncul saat istirahat (atau latihan ringan) berlangsung > 10 menit Gejala berat dan baru pertama kali timbul Muncul dengan pol a crescendo (leblhberat, panjang, dan sering daripada sebelumnya. Diagnosis Non ST Elevation Myocqrdial Infarction (NSTEMIJ ditegakkan jika pasien dengan UA memiliki nekrosis miokard, yang terlihat pada peningkatan cardiomarkers
42
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan Fisik:
Nyeri dada : lokasi regio substernal atau kadangkala epigastrium, yang menjalar ke leher, bahu kiri, dan atau tangan kiri Sesak napas, epigastric discomfort Pemeriksaan Fisik: Jika iskemi miokard luas, dapat ditemukan diaphoresis, pucat, kulit dingin, sinus takikardi, bunyi jantung ketiga atau keempat, ronki basal paru, terkadang ditemukan hipotensi. Pemeriksaan Penunjang: EKG : depresi segmen ST, peningkatan transien segmen ST dan atau inyersi gelombang T tampak pada 30-50% pasien. Cardiac Biomarkers: CK-MB dan Troponin meningkat Stress testing CT angiogrqphy Diagnosa Banding ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
43
3. ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
STEMI (ACC/AHA-STEMI Guidelines 2004) elevasi segmen ST >1mm pada 2 lead berturut-turut (baik prekordial atav limb leads). Progresifitas infark miokard dibagi jadi : Acute (beberapa jam pertama s/d 7 hari) Healing (7 – 28 hari) Sembuh (29 hari) Lokasi Infark Miokard :
44
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan Fisik: Laboratorium:
Nyerivisera seperti terbakar atau tertusuk, letaknya biasanya di dada tengah atau epigastrium, biasanya terjadi pada saat istirahat, terkadang menjalar ke lengan, dapat juga ke perut, punggung, rahang bawah, dan lehel nyeri dibarengi dengan lemah, nausea, keringat, muntah, ansietas. Pemeriksaan Fisik: Pucat, eketremitas teraba dingin, dapat ditemukan takikardi dan atau hipertensi [pada anterior infark), bradikardi dan atau hipotensi (posterior infarc). Terdapat bunyi jantung UI dan IV penurunan intensitas bunyi jantung, paradoxical splitting pada bunnyi jantung II, dapat juga ditem\ka\ transient midsystolic atau lqte systolic apical systolic murmur karena disfungsi katup mitral Laboratorium: EKG : Elevasi segmen ST dengan gelombang Q Serum Cardiac Biomakres Pencitraan Jantung : Ekokardiografi, Cardiac MRI Diagnosis Banding : Unstable Angine dan NSTEMI
45
4. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Jantung Koroner (PJK) : penyempitan atau blokade arteri yang mensuplai oksigen dan nutrisi ke jantung. Penyempitan itu dapat disebabkan ateroskeloris yaitu akumulasi zat lemakpada bagian dalam arteri yang menyebabkan keterbatasan aliran darah ke jantung. Faktor Resiko PJK: Yang tidak dapat dimodifikasi: usia, riwayat keluarga, riwayat penyakit jantung koroner sebelumnya, jenis kelamin laki-laki Yang dapat dimodifikasi: merokok, obesitas, dislipidemia, hipertensi, diabetes mellitus. Komplikasi : Stroke, Infark Miokard, Aritmia. Prognosis : Tergantung beratnya penyakit
46
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan Fisik:
Nyeri dada, napas pendek, Ietih, lemah, berkurangnya kapasitas aktivitas, palpitasi, kaki bengkak, berat badan turun, gejala yang berkaitan dengan faktor risiko seperti DM dan hipertensi. Pemeriksaan Fisik: Dapat ditemukan hipo/hipertensi, 54/S3 gallop, murmur, edema tungkai, dan pemeriksaan fisik lain yang berkaitan dengan faktor risiko. Pemeriksaan Penunjang : Darah, EKG, Stress testing, Echocardiografi, Arteriografi Diagnosis Banding : Penyakit jantung HT, Angina pektoris stabis & tidak stabil, Infark miokard, Kardiomiopati, Miokarditis Komplikasi: Stroke, Infark Miokard, Aritmia Prognosis : Tergantung beratnya penyakit
47
5. Bradiaritmia Bradiaritmia/bradikardia adalah laju denyut jantung kurang dari 60 kali/menit. Sinus bradikardia yang penting secara klinis umumnya didefinisikan sebagai laju denyut jantung kurang dari 45 kali/menit yang menetap saat terjaga.
48
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan Fisik:
Gejala bradikardia: pusing, lelah, exertional dyspnea, perburukan gagal jantung, lightheadedness (presinkopl, atau pingsan/sinkop) Sindrom nervus vagusr episode vasovagal, muntah, bedah abdomen, prosedur invasif saluran cerna atas dan bawah Penyakit komoabid (PJK, iskemik, IMA) Riwayat konsumsi obat digitalis, antiaritmia Riwayat penyakit infeksi (contoh : meningitis) Pasca bedah jantung dgn trauma pada sinus node Riwayat operasi mata, arteriografi koroner Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah, nadi (bradikardia, takikardia) Temuan fisik lain (penyakit struktural jantung)
49
Px Penunjang : Dx Banding : Komplikasi : EKG 12 Sadapan Ekokardiografi
Exercise Testing Dx Banding : Sinus bradikardia fungsional, perikarditis, miokarditis, penyakit jantung reumatik Komplikasi : Pacemaker syndrome, takikardia terkait pacu jantung
50
6. TAKIARITMIA Sinus takikardia didefinisikan sebagai peningkatan Iaju denyut sinus >100x/menit Penyebabnya antara lain pireksia, hipovolemia, atau anemia, yang dapat berasal dari infeksi. Obat-obatan yang dapat menginduksi sinus takikardia termasuk stimulan (kafein, alkohol, nikotin); komponen yang diresepkan [salbutamol, aminofilin, atropine, katekolamin terapi antikanker (doxorubicin/adriamycin, daunorubicin); dan beberapa obat rekreasional/ilisit (amfetamin, kokain, kanabis, "ecstasy')[mis, hipertiroidisme].
51
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan fisik:
Palpitasi (Denyut jantung) gangguan yg mengakibatkan pingsan Rasa tidak nyaman di dada (seperti IMA) Fibrilasi ventrikel kematian mendadak Hipertiroidisme dan riwayat alkhohol, narkotik, peresepan antikanker Pemeriksaan fisik: Manufer fisik saat takikardia Stimulasi sinus karotis Pemeriksaan Penunjang: Laboratorium EKG
52
Dx Banding : Komplikasi : Hipertiroidisme Tirotoksikosis,
Feokrornositorra, Sindrom Brugada, Sindrom Wolff Parkinson"White Komplikasi : Tromboemboli, gagal jantung, kematian mendadak
53
7. CARDIAC ARREST Cardiac arrest didefinisikan sebagai berhentinya fungsi mekanis jantung secara mendadak, yang mungkin dapat reversibel dengan intervensi cepat namun dapat menyebabkan kematian apabila tidak ada intervensi. Tatalaksana pasien Cardiac Arrest : CPR Defibrilator (DC Shock) Terapi Obat = Epineprin, Vasopressin, Amiodaron Intubasi (Advance Airway)
54
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan fisik:
Didapatkan secara aloanamnesis. Dapat diawali dengan riwayat peningkatan angina, dispneu, palpitasi, mudah Ielah, dan keluhan tidak spesifik lainnya akan tetapi gejala prodromal umumnya prediktif untuk penyakit jantung, namun tidak spesifik untuk memprediksi sudden cardiac dedth (SCD). Pemeriksaan fisik: Nadi tidak teraba Pemeriksaan Penunjang: EKG Dx Banding: Hipovolemia, hipoksia, asidosis, hipokalemia/hiperkalemia, hipotermia, tension pneumothorax,lamponade jantung, toksin, trombosis paru, trombosis koroner
55
Komplikasi : Prognosis : Unit terkait :
Ensefalopati pasca resusitasi, kematian Prognosis : Prognosis cardiac arrest di dalam RS terkait penyakit non-cardiac buruk Perawatan pasca resusitasi didominasi penyakit komorbid Pasien dgn kanker stadium akhir, gagal ginjal, penyakit sistem saraf, infeksi tidak terkontrol Memiliki survival rate <10% Unit terkait : ICU, ICCU, HCU
56
8. GAGAL JANTUNG Merupakan sindrom klinis yang terjadi karena abnormalitas struktur dan/atau fungsi iantung yang diturunkan atau didapat sehingga mengganggu kemampuan pompa jantung.
58
Pendekatan Diagnosis Anamnesa: Pemeriksaan fisik:
Fatigue, dyspneq, shortness of breqth. Keluhan dapat berupa keluhan saluran pencernaan seperti anoreksia, nausea, dan rasa penuh lika berat dapatterjadi konfusi, disorientasi, gangguan pola tidur dan mood Pemeriksaan fisik: Sesak nafas ketika telentang (supinasi) TD normal meningkat pada tahap awal Murmur sistolik, diastolik, gallop Pada abdomen ada hepatomegali, asites, ikterus, edema ekstremitas Pemeriksaan Penunjang: Lab Darah (DPL, elektrolit urea, kreatinin, gula darah, albumin, enzim, hepar AGD (Analisa Gas Darah) / BGA (Blood Gass Artery) EKG, Rontgen (Torax), Echocardiography, dan Exercise Testing Dx Banding : Gagal jantung dan Acute Respiratory Distress Syndrome
59
8. PENYAKIT KATUP JANTUNG
Penyakit katup jantung adalah gangguan dari katup jantung, yaitu jaringan yang mengatur aliran darah melalui biiik jantung. Macam penyakitnya : Stenosis Mitral dan Regurgitasi Aorta Stenosis dan Regurgitasi
60
Stenosis Mitral Stenosis Mitral adalah penyempitan atau konstriksi dari katup mitral, yaitu katup yang memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri. Anamnesa: Sesak napas yang diperberat aktivitas , paroxysmal nocturnal dyspnea, orthopnea, fatique. Pemeriksaan fisik: Opening snap, loud S1 (closing snap), diastolic rumbling murmur dgn HT pulmonal. Pemeriksaan Penunjang: EKG, Rontgen thorax, Echocardiografi, Kateter Jantung Dx Banding: Atrial Septal Defect, Left Atrial Myxoma Dyspnea dan murmur diastolik
61
REGURGITASI MITRAL Regurgitasi mitral (RM) adalah aliran balik darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri karena insufisiensi dari katup mitral. Anamnesa: Dyspnea karena lalihan, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea. Pemeriksaan fisik: Holosistolik murmur menjalar ke aksila, S3, pergeseran apex jantung Pemeriksaan Penunjang: EKG, Rontgen thorax, Echocardiografi, Kateter Jantung Dx Banding: Stenosis aorta murmur pd stenosis aorta
62
STENOSIS AORTA Stenosis aorta yaitu penyempitan pada katup aorta (katup antara ventrikel kiri dgn aorta). Anamnesa: Angina pektoris, sinkop, gejala gagal jantung kongestif : dyspnea saat aktivitas, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea. Pemeriksaan fisik: Murmur ejeksi sistolik; medium pitched, baik terdengar pada area aorta menjalar sampai arteri karotis, carotid upstroke ; volume rendah, keterlambatan mencapai amplitudo puncak. Pemeriksaan Penunjang: EKG, Rontgen thorax, Echocardiografi, Kateter Jantung Dx Banding: Sindrome koroner akut, mitral regurgitasi, stenosis Mitral, prolaps katup mitral, IMA
63
REGURGITASI AORTA Regurgitasi aofta adalah aliran balikdarah dari aorta ke dalam ventrikel kiri karena insufi siensi katup semilunaris aorta. Anamnesa: Dyspnea, orthopneq, proxismal nocturnal dyspnea, angin4 sinkop. Pemeriksaan fisik: Kronik Diastolic rlowing murmur pada batas kiri sternum, sirkulasi hiperdinamik, perUbahan point maximal impulse. Pemeriksaan Penunjang: EKG, Rontgen thorax, Echocardiografi, Kateter Jantung Dx Banding: Mitral stenosis, regurgitasi pulmonal, stenosis trikuspid
64
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.