Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

NYAMUK AEDES SP R F K M S N U I Pengendalian dan Pemberantasan Vektor.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "NYAMUK AEDES SP R F K M S N U I Pengendalian dan Pemberantasan Vektor."— Transcript presentasi:

1 NYAMUK AEDES SP R F K M S N U I Pengendalian dan Pemberantasan Vektor

2 ANGGOTA KELOMPOK 1 Sri Wahyuningsih (10011281320011) Febrianti Komalasari (10011281320012) Anita Gustira (10011281320014) Ramadhiah Febriani (10011281320018) Rendi Kurniawan (10011281320020) Shinta Handayani (10011281320022) Alvera Noviyani (10011281320027) Karisa Ameliani (10011281320030) Sherly Apriayani (10011281320031) Nur Vidiadi (10011281320040) Rahmalia Maulani (10011481518007) Iga Maisari (10011481518015) Meilena Tri Bunayanti (10011481518018) Mona Sherti Agusti (10011481518020) Muthia Felyanti (10011481518021) PPV Kelas A

3 Morfologi Nyamuk Aedes sp

4 Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti Sisik pada tubuh nyamuk pada umunya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk- nyamuk tua. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Dibagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikel di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri species ini.

5 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa memiliki ukuran sedang (panjang 3 - 4 mm) dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Aedes aegypti Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang di peroleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina pada dasarnya tidak memiliki perbedaan, dalam hal ukuran nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari pada yang betina. Nyamuk jantan mempunyai rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.

6 Aedes albopictus Morfologi dari Ae. Albopictus secara umum dalam ukuran maupun bentuknya mirip dengan Ae. aegypti, tetapi dengan sedikit perbedaan yang menciri yang dapat dipakai untuk identifikasi.

7 Perbedaan Nyata Ae. aegypti dan Ae. albopictus Ae. aegypti secara makroskopik memang terlihat hampir sama seperti Ae. Albopictus, tetapi berbeda pada letak morfologis pada punggung (mesonotum) dimana Ae. Aegypti mempunyai gambaran punggung berbentuk garis seperti lyre dengan dua garis lengkung dan garis lurus putih, sedangkan Ae. albopictus hanya mempunyai satu strip putih pada mesonotum.

8

9 Anterior pada kaki Ae. aegypti bagian femur kaki tengah terdapat strip putih memanjang sedangkan pada Ae. albopictus tanpa sirip putih memanjang.

10 SIKLUS HIDUP

11 Siklus Hidup larva tersebut berkembang menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (jantan dan betina). Telur, larva dan pupa hidup di dalam air sedangkan nyamuk dewasa hidup di luar air Nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna. Metamorfosis nyamuk Ae. aegypti dimulai dari telur kemudian menjadi larva yang terdiri dari empat instar.

12 Setelah lewat dari dua hari, pupa akan berubah menjadi nyamuk dewasa, yang tubuhnya berwarna hitam ditandai gelang putih seperti perak di lehernya, berkepala hitam dengan garis putih di tengahnya.

13 Perletakan telur Ae. albopictus sama seperti Ae. aegypti yaitu pada wadah-wadah berair dengan permukaan yang kasar dan warna yang gelap, diletakkan satu-satu di dinding dekat permukaan air. Siklus Hidup Aedes sp TELUR

14 Jumlah telur yang diletakkan seekor nyamuk Aedes sp betina rata-rata 62,4 butir, pada sebuah pengamatan diketahui, dari 50 ekor Aedes sp betina meletakkan 4.478 butir telur Setiap ekor betina meletakkan telur antara 2 sampai 8 kelompok. Berarti seekor Aedes sp betina rata- rata dapat bertelur kira-kira 89 butir.

15 Telur Aedes Sp umumnya tahan sampai berbulan- bulan dengan pengeringan dan menetas beberapa saat setelah kontak dengan air. Kelembaban yang terlampau rendah dapat menyebabkan telur menetas. Telur akan menetas dalam waktu satu sampai 48 jam pada temperatur 23 sampai 27ºC dan pada pengeringan, biasanya telur akan menetas segera setelah kontak dengan air.

16 Larva umumnya mempunyai masa hidup rata-rata 6- 8 hari, dengan perincian masa instar berkisar kira- kira yaitu : instar I antara 1-2 hari; instar II antara 2- 3 hari; instar III antara 2-3 hari dan instar IV sampai menjadi pupa rata-rata selama 3 hari. LARVA

17 Pupa biasanya mempunyai masa hidup sampai menjadi dewasa antara 1 sampai 2 hari atau pada suhu kamar berkisar antara 1 sampai 3 hari. Pupa jantan dan betina dibedakan dari ukurannya yaitu pupa betina lebih besar dari yang jantan. Pupa yang baru berwarna pucat lalu menjadi coklat dan kemudian berwarna hitam menjelang menjadi dewasa. PUPA

18 Nyamuk Aedes sp dewasa yang betina berumur antara 12-40 hari dan yang jantan antara 10-22 hari NYAMUK DEWASA

19 BIONOMI Aedes aegypti dan Aedes albopictus

20 Kebiasaan Menggigit Ae. aegypti -Siang hari > malam hari (08.00-12.00 dan 15.00-17.00) -Endofilik : Lebih sering menggigit di dalam rumah dibandingkan di luar rumah Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu lain (multiple biter). Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak bisa menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.

21 KEBIASAAN MENGIGIT/ MENCARI DARAH Nyamuk Ae. albopictus yang membutuhkan darah dalam hidupnya adalah nyamuk betina sebelum maupun sesudah kawin. Nyamuk Ae. albopictus betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar dari angin. Nyamuk ini inaktif menggigit pada siang hari Puncak aktivasi menggigit ini bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi dan petang hari nyamuk ini sangat aktif menggigit.

22 Kemampuan Terbang Ae. aegypti Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: 1.faktor eksternal : kondisi luar tubuh nyamuk, seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya 2.faktor internal : suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Nyamuk Ae aegypti dapat terbang maksimal 100 meter

23 Nyamuk betina Ae. Albopictus cenderung terbang di sekitar tempat perindukan, tetapi pada keadaan angin tenang dapat terbang maksimal pada jarak 434 meter. Tinggi terbangnya tidak jauh dari permukaan tanah dan bergerak ke semua arah. Naluri terbang ini biasanya untuk tujuan mendapatkan mangsa, mancari tempat untuk bertelur, mencari pasangannya (pada jantan) dan mencari tempat untuk beristirahat. Kemampuan Terbang Ae. albopictus

24 Perilaku Istirahan Nyamuk Aedes sp Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai Nyamuk Aedes sp yaitu : 1.Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, dan WC 2.Didalam rumah, seperti baju yang digantung, kelambu dan tirai 3.Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

25 Tempat Perindukan Aedes aegypti dan Aedes albopictus

26 Aedes sp. merupakan spesies yang sering ditemui di Asia. Nyamuk aedes aegypti sp. dan aedes albopictus sp. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Tempat perindukan utama nyamuk berupa tempat-tempat penampungan air di dalam dan disekitar rumah yang disebut kontainer. Biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk Aedes sp tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah.

27 Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Aedes sp dapat dikelompokkan yaitu: Penampungan ini biasanya dipakai untuk menampung air guna keperluan sehari-hari, keadaan airnya jernih, tenang dan tidak mengalir, seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, tanki reservoir, ember dan lain- lain. Tempat Penampungan Air (TPA)

28 Tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari- hari, seperti tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). Bukan Tempat penampungan air (Non TPA) Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat penampungan air seperti lobang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa, dan lain-lain. Tempat penampungan air alamiah

29 Nyamuk Aedes aegypti sp. dan Aedes albopictus sp. pada dasarnya terdapat di air bersih yang tergenang. Mengacu pada penelitian Sonoto (2009), Aedes aegypti sp. dan Aedes albopictus sp. juga lebih banyak terdapat pada air selokan atau parit-parit.

30 Mekanisme Penularan Penyakit

31 Nyamuk Ae. albopictus adalah spesies hutan yang beradaptasi dengan lingkungan hidup manusia di pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan. Di laboratorium, nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dapat menularkan virus dengue secara vertikal melalui nyamuk betina ke telur sampai keturunannya, walaupun albopictus lebih cepat melakukannya (WHO, 2004). Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, kemudian virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang infeksius.

32 Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk kedalam kelompok arthropod borne diseases. Virus dengue berukuran 35 -45 nm. Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk.

33 Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif) merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam (masa inkubasi instrinsik). Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga dalam kelenjar saliva. Kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita (masa inkubasi ekstrinsik), nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.

34 Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk), sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probosis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Hanya nyamuk Aedes. sp betina yang dapat menularkan virus dengue. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur

35

36 Pengendalian Vektor Aedes sp

37 Berbagai metode Pengendalian Vektor Aedes sp Kimiawi Biologi Manajemen lingkungan Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)

38 Pengendalian vektor cara kimiawi dengan menggunakan insektisida Sasaran insektisida adalah stadium dewasa dan pra-dewasa Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD adalah : a.Sasaran dewasa (nyamuk) adalah : Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine, lamda-cyhalotrine, cyflutrine, Permethrine & S-Bioalethrine). Yang ditujukan untuk stadium dewasa yang diaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging dan pengabutan dingin/ULV b.Sasaran pra dewasa (jentik) : Organophospat (Temephos) Kimiawi

39 Menggunakan predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor Aedes sp Predator : Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo, gabus, guppy, dll) Biologi

40 Manajemen lingkungan Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan sehingga tidak kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai source reduction seperti : 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas, dan plus: menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll); Menghambat pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah, mengurangi tempat-tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll)

41 Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Melaksanakan program 3M Plus secara serentak, luas, dan terus menerus / berkesinambungan. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN

42 IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll. Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vector Management/IVM)

43 TERIMA KASIH Ppt by : Ramadhiah & Karisa

44 Referensi Adifian, Ishak H, Ane LR. 2013. Kemampuan adaptasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus dalam berkembang biak berdasarkan jenis air. Makassar: Universitas Hassanudin. Aliardani, Nur Azizah. 2015. Karakteristik Lingkungan Tempat Perkembangbiakan dan Densitas Larva Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Wilayah Endemis DBD Kelurahan Antang Kota Makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin. Jacob, Aprianto., Pijoh, Victor D., Wahongan, G. J. P. 2014. Ketahanan Hidup Dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes Spp Pada Berbagai Jenis Air Perindukan. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 2, Nomor 3. Manado: Universitas Sam Ratulangi.


Download ppt "NYAMUK AEDES SP R F K M S N U I Pengendalian dan Pemberantasan Vektor."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google