Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Adalah semua kegiatan baik teknis maupun tindakan pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan suatu peledakan dengan efisien dan aman Topik bahasan:

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Adalah semua kegiatan baik teknis maupun tindakan pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan suatu peledakan dengan efisien dan aman Topik bahasan:"— Transcript presentasi:

1

2 Adalah semua kegiatan baik teknis maupun tindakan pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan suatu peledakan dengan efisien dan aman Topik bahasan: POLA PENGEBORAN DAN PELEDAKAN GEOMETRI PELEDAKAN JENJANG POWDER FACTOR MENGATASI GAGAL LEDAK (MISFIRE) MENANGANI BONGKAHAN BATU (BOULDERS)

3 a.Pola bujursangkar b.Pola persegi panjang c.Pola zigzag bujursangkar d.Pola zigzag persegi panjang Bidang bebas (a) (b) (c)(d) OHT 1

4 FAKTORTAMBANG BWH TANAHTAMBANG TERBUKA Luas area Terbatas, sesuai dimensi bukaan yang luasnya dipengaruhi oleh kestabilan bukaan tersebut. Lebih luas karena terdapat dipermukaan bumi dan dapat memilih area yang cocok Volume hasil peledakan Terbatas, karena dibatasi oleh luas permukaan bukaan, diameter mata bor dan kedalaman pengeboran, sehingga produksi kecil. Lebih besar, bisa mencampai ratusan ribu meterkubik per peledakan, sehingga dapat direncana- kan target yang besar. Suplai udara segar Tergantung pada jaminan sistem ventilasi yang baik. Tidak bermasalah karena dilakukan pada udara terbuka Keselamatan kerja Kritis, diakibatkan oleh: ruang yang terbatas, guguran batu dari atap, tempat untuk penyelamatan diri terbatas. Relatif lebih aman karena seluruh pekerjaan dilakukan pada area terbuka. OHT 2

5  Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah lubang ledak akibat adanya jeda waktu atau waktu tunda (delay time).  Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di bawah tanah berbeda karena adanya faktor pola pengeboran  Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain adalah: –Mengurangi getaran –Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock) –Mengurangi gegaran akibat airblast dan suara (noise). –Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan –Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan  Apabila pola peledakan tidak tepat atau seluruh lubang diledakkan sekaligus, akan terjadi dampak merugikan, a.l. mengganggu lingkungan dan hasilnya tidak efektif dan tidak efisien. OHT 3

6 Urutan peledakan yang tidak logis bisa disebabkan oleh :  penentuan waktu tunda yang terlalu dekat,  penentuan urutan ledakannya yang salah,  dimensi geometri peledakan tidak tepat,  bahan peledaknya kurang atau tidak sesuai dengan perhitungan. Acuan dasar penentuan pola peledakan pada tambang terbuka, yaitu :  Peledakan tunda antar baris.  Peledakan tunda antar beberapa lubang.  Peledakan tunda antar lubang. OHT 4

7 PENGARUH ORIENTASI RETAKAN THD. POLA PELEDAKAN 1.Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya S = 1,41 B 2.Bila orientasi antar retakan mendekati 60  sebaiknya S = 1,15 B dan menerapkan interval waktu long-delay 3.Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio spasi dan burden (S/B) dirancang dengan pola bujursangkar (square pattern). 4.Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang, maka arah lemparan sebaiknya terfokus ke depan (tidak menyebar) OHT 5 (R.L. ASH dan KONYA, 1980)

8 Orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya S = 1,41 B 1 234 2 345 3 456 SETELAH PELEDAKAN 1432 2543 3654 B B B 1,4 B w y SEBELUM PELEDAKAN Arah lemparan batuan OHT 6

9 1243 2354 3465 SESUDAH PELEDAKAN 1 432 2543 3654 B B B w y SEBELUM PELEDAKAN 1,15B Arah lemparan batuan Orientasi antar retakan mendekati 60 , S = 1,15 B, dan long delay POLA STAGGERED INITIASI ECHELON OHT 7

10 Peledakan serentak antar baris, S/B berpola bujursangkar 1 234 SETELAH PELEDAKAN 1432 1432 1 4 32 B 1.4B 1,4 B w y SEBELUM PELEDAKAN 1.4B B 2B Arah lemparan batuan POLA BUJUR SANGKAR INISIASI ECHELON OHT 8

11 Peledakan serentak antar baris, S/B berpola staggered 1 2 3 SETELAH PELEDAKAN 1 11 1 2222 3 3 33 B 2B w y SEBELUM PELEDAKAN B 1,4B B B Arah lemparan batuan OHT 9

12 Bidang bebas yang memanjang, pola V-cut bujur sangkar SETELAH PELEDAKAN 1 2 3 6 5 4 2 3 4 5 6 4123 253 3 6 54 1,4 B SEBELUM PELEDAKAN B 2B 243 5 34 645 B 1.4B 4 1,4 B w y Arah lemparan batuan WAKTU TUNDA CLOSE INTERVAL INISIASI CHEVRON OHT 10

13 Bidang bebas yang memanjang, pola V-cut persegi panjang SETELAH PELEDAKAN 1 2 3 6 5 4 2 3 4 5 6 3 4 6 54 7 8 67 8 w 4123 364 5 8 76 B 1,4 B SEBELUM PELEDAKAN 243 6 45 867 B B B 5 1,4 BB y Arah lemparan batuan OHT 11

14 Diameter lubang ledak (  ) Burden ( B ) Spasi ( S ) Stemming ( T ) Tinggi jenjang ( H ) Kedalaman lubang ledak ( L ) Subdrilling / Subdrill / Sub grade ( J ) Isian utama / primary charge ( PC) Sudut kemiringan lubang ledak (  ) (BENCH BLASTING GEOMETRY) OHT 12

15  KEUNTUNGAN: –Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat –Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang –Bahan peledak lebih sedikit –Biaya pengeboran lebih kecil  KELEMAHAN: –Potensi terbentuk toe dan backbreak besar –Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng –Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat) –Permukaan bidang bebas sering tidak rata OHT 13

16  KEUNTUNGAN: –Akan diperoleh jenjang yang stabil –Mengurangi resiko timbulnya toe dan backbreak –Bentuk muck pile lebih baik –Dapat diterapkan pada batuan yang lemah –Permukaan bidang bebas lebih mungkin rata  KELEMAHAN: –Sulit melakukan pengeboran miring yang akurat –Umur asesoris bor lebih pendek –Diperlukan supervisi yang ketat OHT 14

17 OHT 15

18 Burden Burden atau kedalaman kritis Membentuk dome di permukaan Burden atau kedalaman optimum Flyrock (c ) B = 9’ Runtuhan permukaan dan sub- permukaan hampir terbentuk. Kenampakannya seperti dua lapis (papan) batuan yang tak pecah. Dome di permukaan menggelembung. (a) B = 15’ Burden masih kuat, hanya terjadi penggerusan di sekitar lubang dan retakan tarik radial terbentuk ke arah luar lubang tersebut. (b) B = 12’ Mulai terjadi runtuhan di permukaan. Burden tak runtuh. Beberapa dome terbentuk di permukaan (d) B = 6’ Ledakan kawah penuh, burden hancur seluruhnya. Runtuhan permukaan dan sub-permukaan bergerak ke arah bidang bebas. (e) B = 3’ Ledakan kawah penuh, volume yang dihasilkan lebih sedikit dibanding dgn. fragmentasi butir halus. Terbentuk kawah seperti mangkuk, noise dan flyrock. Berat bhn.peledak ANFO diasumsikan = 18 kg (  40 lb) OHT 16

19  Beberapa peneliti peledakan yang telah memperkenalkan perhitungan geometry peledakan a.l: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L. Ash (1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1990), Rustan (1990) dan lainnya  Perhitungan didasarkan pada pertimbangan ukuran burden, diameter lubang ledak, kondisi batuan setempat, dan jenis bahan peledak  Disamping itu produsen bahan peledak memberikan cara coba-coba (rule of thumb) untuk menghitung geometri peledakan, diantaranya ICI Explosive, Dyno Wesfarmer Explosives, Atlas Powder Company, Sasol SMX Explosives Engineers Field Guide, dan lain-lain  Kesimpulan yang dapat diambil adalah: –Diameter dan burden dan dijadikan referensi sebelum menghitung parameter geometri peledakan lainnya –Perhitungan parameter geometri peledakan lainnya merupakan fungsi diameter atau burden yang mempunyai limitasi/batasan terendah dan tertinggi. –Batasan tsb memberi peluang bagi perancang peledakan utk melakukan uji coba sampai diperoleh standar ukuran parameter geometri yg sesuai di lokasi mereka OHT 17

20 ☺Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blastholes) ☺Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes) ☺Stemming (T): –Batuan massif,T = B –Batuan berlapis,T = 0,7B ☺Subdrilling (J) = 0,3B ☺Tinggi jenjang (H) dan burden (B) ditentukan oleh ratio H/B (Stifness Ratio) OHT 18 ( Burden, ft ; de, inci ) 

21 Potensi yang terjadi akibat variasi stiffness ratio (C.J. Konya, 1972) Stifness Ratio Fragmen- tasi Ledakan udara Batu terbang Getaran tanah Komentar 1BurukBesarBanyakBesarBanyak muncul back-break di bagian toe. Jangan dilakukan dan rancang ulang 2Sedang Bila memungkinkan, rancang ulang 3BaikKecilSedikitKecilKontrol dan fragmentasi baik 4MemuaskanSangat kecil Sangat sedikit Sangat kecil Tidak akan menambah keuntungan bila stiffness ratio di atas 4 OHT 19

22 ATURAN LIMA (RULE OF FIVE) Cara sederhana untuk mengestimasi diameter lubang (inci) yang dihubungkan dgn ketinggian jenjang (feet), yaitu tinggi jenjang “Lima” kali diameter lubang ledaknya. Diameter bahan peledak, inci 2 1210 864 20 30 40 50 60 OHT 20

23 KURVA HUBUNGAN d DENGAN H OHT 21 J. Naapuri (Tamrock), 1988

24 Tinggi jenjang (H) dan diameter lubang ledak (d) merupakan pertimbangan pertama yang dipertimbangkan H maks ditentukan berdasarkan kemampuan jangkauan alat muat dan peraturan Pemerintah Secara empiris H = 60d – 140d Burden (B) antar baris; B = 25d – 40d Spasi antar lubang ledak sepanjang baris (S) = 1B – 1,5B Subgrade (J); J = 8d – 12 d Stemming (T); T = 20d – 30d Powder Factor (PF) = OHT 22

25 B S BeBe SeSe X X X IP Bidang bebas Square, VII. Drilled: B = S, staggered. Ratio: Square, Row by Row. Drilled: B = S, square. Instantaneous row firing is not recommended by ICI Bidang bebas Titik awal inisiasi (Initiation Point) B S X X X X X X IP B S BeBe SeSe XXXX XXX X 0 2 34 5 6 7 1 23 4 1 Bidang bebas X X X X X X X X X XXXX XXX X Square, V. Drilled: B = S, square. Ratio: B S BeBe SeSe X X IP Bidang bebas X X X Square, VI. Drilled: B = S, square. Ratio: OHT 23

26 Sebuah perusahaan mendapat proyek untuk memotong tebing yang akan digunakan jalan raya. Tinggi jenjang maksimum 30 ft. Karena alat yang akan digunakan kecil, maka fragmentasi harus sesuai dengan ukuran peralatan tersebut. Terdapat 2 unit alat bor yang masing-masing bisa membuat lubang ledak berdiameter 5 inci dan 7 inci. Rancang geometrinya agar pembongkaran tebing berhasil menggunakan: 1. cara Konya 2. rule of thumb dari “ICI Explosive”

27 Center cut / pyramid / diamond cut Wedge cut / V-cut / angled cut / cut bentuk baji Drag cut / pola kipas Burn cut / cylinder cut OHT 24

28 Center cut / pyramid / diamond cut OHT 25

29 Wedge cut / V-cut / angled cut / cut bentuk baji OHT 26

30 Drag cut / pola kipas OHT 27

31 Burn cut / cylinder cut OHT 28

32 VARIASI BURN CUT (Langerfors, 1978) OHT 29

33 PENGELOMPOKKAN LUBANG LEDAK PADA PEMBUATAN TEROWONGAN OHT 30

34 POLA “BURN CUT” PADA PEMBUATAN TEROWONGAN Angka menunjukkan urutan peledakan OHT 31

35 POLA “WEDGE CUT” DAN “DRAG CUT” PADA TEROWONGAN OHT 32

36 Peledakan khusus dikelompokkan menjadi : Controlled blasting, Precutting, Demolition, dan Construction Blasting Controlled blasting: Lubang ledak perimeter diledakkan terakhir –Cushion blasting, teknik kontrol peledakan setelah peledakan produksi selesai dengan tujuan memangkas dinding pada batas akhir penambangan agar rata –Smooth blasting, sama dengan cushion blasting, tapi pada pembuatan terowongan –Buffer blasting, teknik kontrol peledakan yg dikerjakan selama produksi berlangsung dimana jarak burden, spasi dan bahan peledak pada baris lubang terakhir dikurangi Precuting: Lubang ledak perimeter diledakkan pertama kali –Prespliting, teknik kontrol peledakan sebelum peledakan produksi yang dibuat pada garis batas penambangan dengan spasi lubang yang rapat dan bermuatan handak sedikit, sehingga setelah diledakkan akan terbentuk retakan terbuka yang menerus sepanjang garis batas akhir penambangan tersebut –Line drilling, teknik kontrol peledakan yang dibuat pada garis batas akhir penambangan, dengan spasi lubang sangat rapat dan membentuk bidang lemah, sehingga setelah peledakan produksi didepannya diledakkan akan menghasilkan dinding yang rata. –Fracture control blasting, teknik kontrol peledakan dimana dua sisi dalam lubang bor dibuat celah alur (grooved) untuk mengarahkan retakan antar lubang sebelah menyebelah Lubang ledak perimeter adalah lubang-lubang ledak yang disiapkan untuk menghindari terjadinya overbreak / backbreak agar terbentuk dinding akhir yang rata dan mulus OHT 33

37 Fully Coupled, yaitu lubang bor diisi penuh bahan peledak, sehingga: –tekanan gas hasil peledakan terhadap dinding lubang (bore hole pressure) akan maksimal –getaran dan gegaran tinggi –batuan akan hancur oleh gelombang tekan dan tarik yang diproduksi peledakan Decoupled, yaitu sepanjang kolom lubang, diameter lubang bor lebih besar dari pada bahan peledakan, sehingga: –mengurangi daya kerja –bore hole pressure akan berkurang –hasil kerja tidak tersalurkan sepenuhnya ke seluruh massa batuan yang diledakkan dan hanya menghasilkan retakan OHT 34

38 a.V S = B x S x H; V S = 3,6 x 3,6 x 13 = 168,50 m³ (bank)/lubang  bank=insitu b.Volume total hasil peledakan (V S-total ) = 100 x 168,5 = 16.850 m³ (bank) c.Berat hasil peledakan (W) = 16.850 x 2,5 = 42.125 ton (bank) d.V L = = = 20.548,80 m³ (loose) A. MENGHITUNG VOLUME OHT 35 Contoh:Setelah melalui perhitungan dan berbagai pertimbangan, diper- oleh d = 4,75”; S = B = 3,6 m; H = 13 m; L = 14 m; T = 3 m; jumlah lub. ledak (n) = 100. Bhn peledak ANFO dgn densitas 0,8 gr/cc. Hitung PF.

39 B. MENGHITUNG BERAT HANDAK  Gunakan loading density chart untuk mendapatkan berat handak/m  Kalikan jumlah handak/m dengan panjang PC dalam kolom lubang ledak akan didapatkan berat handak/lubang  Keperluan handak total yang harus di “bon” dari gudang diperoleh dengan mengalikan  handak/lubang dengan n.  Diketahui diameter lubang ledak 4,75 “(121 mm) dengan panjang kolom PC = 11 m (lihat Gambar). Bahan peledak yang digunakan ANFO densitas 0,80 gr/cc. Maka bahan peledak yg dibutuhkan sebagai berikut:  W total handak = n x PC x  d  W handak/lub. = 1 x 11 m x 9,2 kg/m = 101,20 kg/lub.  W total handak = 100 x 11 m x 9,2 kg/m = 10.120 kg = 10,12 ton OHT 36

40 5 7 Diam. lubang Densitas bahan peledak, gr/cc mminci 0.700.800.850.901.001.151.201.251.30 763.003.183.633.864.084.545.225.445.675.90 893½4.354.985.295.606.227.157.477.788.09 1024.005.726.546.957.358.179.409.8110.2110.62 1084¼6.417.337.798.249.1610.5410.9911.4511.91 1144½7.148.178.689.1910.2111.7412.2512.7613.27 1214¾8.059.209.7710.3511.5013.2213.8014.3714.95 1275.008.8710.1310.7711.4012.6714.5715.2015.8316.47 1309.2910.6211.2811.9513.2715.2615.9316.5917.26 1405½10.7812.3213.0813.8515.3917.7018.4719.2420.01 1526.0012.7014.5215.4216.3318.1520.8721.7822.6823.59 1596¼13.9015.8816.8817.8719.8622.8323.8324.8225.81 1656½14.9717.1118.1819.2421.3824.5925.6626.7327.80 1787.0017.4219.9121.1522.4024.8828.6229.8631.1132.35 18719.2321.9723.3424.7227.4631.5832.9634.3335.70 2038.0022.6625.8927.5129.1332.3737.2238.8440.4642.08 2108¼24.2527.7129.4431.1734.6439.8341.5643.3045.03 2299.0028.8332.9535.0137.0741.1947.3749.4251.4853.54 loading OHT 37

41 C. MENGHITUNG POWDER FACTOR (PF) a.Dari item “A” diperoleh volume (bank) peledakan 168,50 m³/lubang b.Dari item “B” diperoleh berat bahan peledak 101,20 kg/lubang c.PF = = 0,60 kg/m³ d.PF yang ideal berdasarkan pengalaman berkisar antara 0,20 – 0,30 kg/m³ e.Rancangan tersebut menghasilkan pemborosan karena PF terlalu besar, perlu dimodifikasi dengan melakukan uji coba mengubah dimensi parameter geometri peledakan dan jumlah bahan peledak dengan tolok ukur : (1) ukuran fragmentasi, (2) keselamatan kerja, dan (3) lingkungan f.Misalnya dilakukan modifikasi terhadap B, S dan penghematan bahan peledak menjadi sebagai berikut:  V S = B x S x H; V S = 3,6 x 5 x 13 = 234 bcm/lubang  Volume seluruh hasil peledakan (V S-total ) = 100 x 234 = 23.400 bcm  Dari hasil uji coba berkali-kali ternyata bahan peledak dari gudang bisa dikurangi dari 10.120 kg menjadi 7.500 kg per peledakan g.PF = = 0,31 kg/m³ OHT 38

42 Untuk mencapai target produksi batubara 2 juta ton per tahun perlu dikupas overburden (o/b) sebanyak 7 juta bcm (karena Stripping Ratio = 3½ : 1). Densitas o/b hasil pengujian rata-rata 2,5 ton/m 3 dan bahan peledak yang akan digunakan adalah Titan 4000 Gassed Emulsion Blends dengan densitas 1,20 gr/cc. Alat bor yang dimiliki Tamrock type Drilltech D25K yang mampu membuat lubang berdiameter 5½ inci. Fragmentasi hasil peledak harus baik, artinya sesuai dengan dimensi mangkok shovel dan dengan airblast, batu terbang serta getaran kurang. Alat muat yang dipakai jenis Front Shovel Cat 5230B yang mampu menjangkau sampai 15 m. Hitunglah seluruh parameter geometri peledakan dan PF, kemudian gambar sketsanya

43 PROSEDUR PENGINISIASIAN Bila menggunakan sumbu api, gunakan alat penyulut pijar atau nyala api kemudian sumbu api dibakar Bila menggunakan blasting machine: –sambungkan kawat utama (lead wire) ke kutub-kutub listrik pada BM, –lakukan pengisian baterai BM sampai penuh sesuai dengan prosedur dari pabrik pembuatnya, –untuk menginisiasi kunci atau tombol pemicu dikontakkan Bila menggunakan shotgun: –sumbu nonel dihubungkan ke shotgun, –lakukan prosedur selanjutnya sesuai dengan tipe shotgun yang digunakan. OHT 39

44 PERAGAKAN CARA MENGINISIASI: 1.SUMBU API 2.SUMBU LEDAK 3.BLASTING MACHINE 4.SHOTGUN

45 SAAT PELAKSANAAN PELEDAKAN (aba-aba 1)  Memberikan aba-aba peringatan secara bertahap untuk memberi kesempatan pekerja lain menghindari lokasi yang akan diledakkan  Aba-aba pertama (berupa peringatan melalui megaphone atau HT):  Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan berlindung  Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk sementara diambil alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian tidak diperkenankan menggunakan jalur tersebut, kecuali bila mengetahui di area peledakan terdapat sesuatu yang membahayakan.  Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir  Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih terkait satu sama lainnya dan belum disambung ke pemicu ledak (B M) OHT 40

46 Aba-aba kedua (persiapan akhir): –Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir –Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik –Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder) –Masih mungkin peledakan ditunda apabila Pengawas Peledakan menilai terdapat kondisi tidak aman melalui komunikasi dan aba- aba khusus. Aba-aba ketiga (peledakan) : –Peledakan dilakukan, biasanya dengan hitungan mundur bisa dari 5 atau 3, misalnya 5….4….3….2….1….”tembak !!”. Hitungan tersebut ada baiknya disalurkan juga melalui jalur komunikasi agar seluruh karyawan mengetahui detik-detik peledakan. –Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai team peledakan sebelum dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan bahwa peledakan aman dan terkendali. SAAT PELAKSANAAN PELEDAKAN (aba-aba 2 dan 3) OHT 41

47 PROSEDUR PELEDAKAN Sumbu api: dibakar oleh penyulut yang berpijar atau membara Blasting Machine: kuncinya dikontak atau tombolnya ditekan sesuai prosedur dari pabrik pembuat BM dengan terlebih dulu memberi aba- aba (seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya) Untuk shotgun: penginisiasian shotgun sesuai dengan prosedut yang ditetapkan oleh pabrik pembuatnya dengan memberi aba-aba (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) OHT 42

48 1.PERAGAKAN ABA-ABA PELAKSANAAN PELEDAKAN 2.PERAGAKAN CARA MENGINISIASI: a.SUMBU API b.SUMBU LEDAK c.EXPLODER d.SUMBU NONEL (NONEL TUBE)

49 Setelah peledakan selesai dan gas hasil peledakan berkurang, lakukan pemeriksaan ke seluruh area yang diledakkan Periksa adanya sumbu ledak, atau kabel listrik yang terlihat Kalau terlihat sumbu ledak, sudah dapat dipastikan bahwa lubang tersebut gagal ledak (misfire) Kalau terlihat kabel listrik diantara batuan hasil peledakan yang dicurigai, maka lakukan pengukuran menggunakan BOM, sbb: –Bila jarum atau angka pada BOM tidak menunjukkan suatu angka tertentu (jarum bergerak cepat sampai batas akhir skala atau angka digital menunjukkan nol semua), artinya detonator sudah meledak. –Bila menunjukkan angka tertentu dicurigai detonator belum meledak, maka lakukan peledakan ulang sesuai prosedur peledakan menggunakan blasting machine. OHT 43

50 1.LAKSANAKAN PROSEDUR PEMERIKSA- AN HASIL PELEDAKAN 2.BAGAIMANA TINDAKAN SAUDARA APABILA DISINYALIR TERDAPAT LUBANG YANG GAGAL LEDAK BILA MENGGUNAKAN: a.SISTEM PELEDAKAN LISTRIK b.SISTEM PELEDAKAN SUMBU LEDAK c.SISTEM PELEDAKAN NONEL d.SISTEM PELEDAKAN SUMBU API

51 Menaksir volume fragmentasi hasil peledakan merujuk ke volume berdasarkan perhitungan geometri dengan mempertimbangkan faktor berai (swell factor). Misalnya sbb: –Vs = 16.850 m³ (bank)  merupakan hasil perkalian BxSxH –Faktor Berai (swell factor) = 82% (diberikan oleh Peng.Peledakan) –V L = Vs/SF =16.850 / 0.82 = 20.549 m³ (loose)  taksiran volume yang dilaporkan Menaksir distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan mulai dari bongkah sampai ukuran kecil. Penaksiran distribusi “paling tidak” menampilkan seperti contoh berikut ini: > 100 cm = …. % 50 – 100 cm = …. % 20 – 49 cm = …. % < 20 cm = …. % Total = 100% Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola Peledakan dengan mengisi format laporan “Hasil Peledakan” yang tersedia. OHT 44

52 1.BILA B = 3 M, S = 5 M, H = 12 M, DAN SF = 0,85%, BERAPA TAKSIRAN VOLUME HASIL PELEDAKAN YANG HARUS DILAPORKAN ? 2.FAKTOR APA YANG HARUS SAUDARA PERTIMBANGKAN KETIKA MENAKSIR UKURAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN 3.MENURUT SAUDARA UNTUK APA MENGE- TAHUI UKURAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN

53 Mengukur atau menaksir lemparan batu terjauh. Cara penaksiran dilakukan sbb: –berdasarkan lebar jenjang, yaitu bila tinggi jenjang 10 m, dgn bahan peledak ANFO, maka lemparan batu terbang minimal 500 m –menggunakan peta untuk lemparan yang jauh Periksa ada-tidaknya pemukiman disekitar batu terbang tersebut Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola Peledakan dengan mengisi format laporan “Hasil Peledakan” yang tersedia. OHT 45

54 AMBIL PETA YANG DIGUNAKAN UNTUK PELEDAKAN. DENGAN SKALA YANG ADA, HITUNG BERAPA METER JARAK FLYING ROCK BILA PADA PETA SEKITAR 17 CM SEARAH DENGAN LEMPARAN FRAGMENTASI.

55 A.DIKETAHUI PADA SAAT PEMERIKSAAN –Memeriksa kondisi lubang gagal ledak (apakah terdapat kawat detonator listrik atau sumbu) –Memasang kembali pita pengaman dengan warna menyolok dan bendera merah disekeliling area yang akan diledakkan ulang –Menyiapkan alternatif penanggulangan gagal ledak –Melaporkan langsung secara lisan jumlah lubang yang gagal ledak kepada Pengelola Peledakan serta alternatif penanggulangannya B.DIKETAHUI KEMUDIAN PADA SAAT PROSES PEMUATAN –Lakukan prosedur di atas –Mengisi formulir “Gagal Ledak” yang telah disediakan –Melaporkan langsung secara tertulis jumlah lubang gagal ledak dan jenis bahan peledak kepada Pengelola Peledakan serta alternatif penanggulangannya OHT 46

56 Pada sistem peledakan listrik: –Memeriksa dan menyambung kawat listrik yang nampak keluar dari setiap lubang gagal ledak –mengukur tahanan kawat listrik, bila menunjukkan angka tahanan detonator berarti detonator masih aktif; tetapi bila menunjukkan angka tak terhingga detonator sudah meledak –menyambung detonator listrik ke sumbu nonel atau sumbu ledak Pada sistem sumbu ledak: –Sudah dapat dipastikan gagal ledak (waspadai) –Tempelkan detonator listrik (sesuai prosedur yang telah diterangkan sebelumnya), kemudian ledakkan Pada sistem sumbu api: –Periksa sumbu apinya dari kemungkinan lembab atau berair –Dengan hati-hati keluarkan stemming sampai isian utama terlihat –Buat primer dengan sumbu api baru, kembalikan stemming dan segera diledakkan –Untuk sumbu api yang gagal ledak disarankan peledakkan ulangnya per lubang Pada sistem nonel: –Setelah diyakini lubang gagal ledak dan sumbu nonel masih terlihat, tempel detonator listrik dan ledakkan –Bila sumbu nonel rusak, tapi primer belum meledak, keluarkan dulu stemming dgn hati 2 –Setelah handak utama terlihat buat primer baru dari detonator listrik, kembalikan stemming dan ledakkan Untuk kawat detonator atau sumbu yang tidak nampak di sekitar lubang ledak, caranya: –membuat lubang bor berjarak sekitar 50 – 100 cm dari lubang gagal ledak dengan kedalaman miminum 2 kali tinggi stemming, atau –menggali lubang gagal ledak menggunakan alat gali dengan seijin Pengelola Peledakan OHT 47

57 Peledakan ulang setelah penyambungan kabel listrik atau menempelkan detonator pada sumbu ledak dan sumbu nonel atau mengganti sumbu api Mengeluarkan stemming (menggunakan kompresor) kemudian setelah handak utama kelihatan masukkan primer baru, tutup kembali dengan stemming dan terakhir ledakkan. Membuat lubang ledak baru berjarak sekitar 50 – 100 cm dari lubang gagal ledak dengan kedalaman melebihi tinggi stemming. Kemudian isi dengan handak dan stemming seperti biasa, terakhir ledakkan. Dengan adanya symphatetic detonation lubang gagal ledak akan terinisiasi oleh ledakan lubang didekatnya Menggali area sekitar lubang gagal ledak menggunakan alat berat (excavator). Pada alternatif ini, juru ledak bertindak sebagai pengatur alat berat dan memposisikan diri dekat lubang gagal ledak untuk memberikan aba-aba kepada operator excavator. Setelah primer ditemukan, langsung diambil dan diamankan, sementara handak ANFO bisa disiram air OHT 48

58 Boulders adalah fragmentasi hasil peledakan berupa bongkah besar yang tidak dapat diambil oleh alat muat dan tidak masuk ke dalam crusher. Biasanya berukuran  80 cm Boulders adalah ukuran fragmentasi maksimum yang dapat diterima oleh proses berikutnya. Harus dipisahkan dari tumpukan hasil peledakan yang berukuran sesuai menggunakan bantuan alat mekanis, misalnya excavator, wheel loader, atau didorong bulldozer. Boulders dipisahkan sebaiknya tidak jauh dari tumpukan hasil peledakan dan siap diledakkan ulang. OHT 49

59 Menghitung jumlah boulders yang akan diledakkan ulang, misalnya n bongkah Menghitung volume setiap bongkah dengan toleransi 10% dengan cara menyesuaikan bentuk bangun relative setiap bongkah tersebut, misalnya: –seperti balok, maka harus diukur panjang (p), lebar ( ℓ ), dan tinggi (t), kemudian volumenya dihitung (p x ℓ x t) m³, –seperti bola, maka harus diukur diameternya (d), dan volume dihitung 1/6  d³ –seperti prisma, maka volume = Lt, di mana L dan t masing- masing adalah luas alas dan tinggi –seperti limas atau kerucut, maka volume = 1/3 Lt, di mana L dan t masing-masing adalah luas alas dan tinggi. Menghitung volume total bongkah, yaitu menjumlahkan setiap volume bongkah, atau V 1 +V 2 +V 3 +…+V n. OHT 50

60 OHT 51

61 arah pengeboran (A) (B) (C) (A)Block holing (B)Snake holing (C)Mud capping / plaster blasting OHT 52

62 Ketebalan bongkah rata-rataCartridge 1) / lubang ledak 45 cm¼ x tinggi = 5 cm 75 cm¼ x tinggi = 5 cm 100 cm½ x tinggi = 10 cm 120 cm1 x tinggi = 20 cm 1) Ukuran cartridge:  = 3 cm dan tinggi = 20 cm Kondisi bongkah Specific charge cartridge, gr/m³ Diatas permukaan tanah50 - 100 Separuh tertanam di dalam tanah100 - 150 Seluruhnya tertanam di dalam tanah150 - 200 OHT 53

63 a.Pendorong proyektil metal (shaped directional charges) b.Mengatasi batu macet di draw point menggunakan pendorong proyektil metal OHT 54

64 TERDAPAT BOULDERS BERBENTUK: –RELATIF BULAT BERDIAMETER 90 CM, 110 CM, DAN 150 CM –RELATIF PERSEGI PANJANG 2 BONGKAH DENGAN UKURAN : bongkahp, cm ℓ, cm t, cm 11106533 220090120 HITUNGLAH : VOLUME TOTAL BOULDERS JUMLAH BAHAN PELEDAK YANG DIBUTUHKAN PF

65


Download ppt "Adalah semua kegiatan baik teknis maupun tindakan pengamanan yang ditujukan untuk dapat melaksanakan suatu peledakan dengan efisien dan aman Topik bahasan:"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google