Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHarjanti Chandra Telah diubah "5 tahun yang lalu
1
DIKLAT PROSES PELAKSANAAN KONSTRUKSI TA. 2017
MATA DIKLAT : SPESIFIKASI PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN JUNI 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
2
TUJUAN PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI DASAR
SETELAH MENGIKUTI MATA DIKLAT INI, PESERTA MAMPU : MENGANALISIS SPESIFIKASI BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
3
OUTLINE 1. DASAR HUKUM 2. Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3 Div 1. Umum
Div 2. Drainase Div 3. Pekerjaan Tanah Div 4. Pelebaran & Bahu Jalan Div 5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen Div 6. Perkerasan Aspal Div 7. Struktur Div 8. Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor Div 9. Pekerjaan Harian Div 10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
4
1 DASAR HUKUM
5
DASAR HUKUM SE DIRJEN No.10/SE/Db/2014 (12 Nov 2014)
DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Pasca Kualifikasi Kontrak Harga Satuan untuk Tahun TUNGGAL Pasca Kualifikasi Kontrak Harga Satuan untuk Tahun JAMAK SPESIFIKASI UMUM 2010 Revisi 3 SEDIRJEN No.08/SE/Db/2015 DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN PRESERVASI JALAN untuk Pemaketan Secara LONG SEGMENT SE DIRJEN 06/SE/Db/2016 (27 Okt 2016) SPESIFIKASI KHUSUS PEMELIHARAAN KINERJA JALAN DIVISI 10 (Skh-1.10.a) & PEMELIHARAAN KINERJA JEMBATAN DIVISI 10 (Skh-1.10.b).
7
ISTILAH SPESIFIKASI “TEKNIS” GAMBAR SPESIFIKASI UMUM
SPESIFIKASI KHUSUS GAMBAR GAMBAR RENCANA (DRAWINGS) GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS) GAMBAR TERLAKSANA (AS BUILT DRAWINGS)
8
GAMBAR STAKING OUT DIMENSI PRODUK MUTU BAHAN
HARAFIAHNYA ADALAH MEMINDAHKAN GAMBAR KE LAPANGAN BILAMANA TERJADI KETIDAK-SESUAIAN KARENA PERUBAHAN KONDISI LAPANGAN MAKA DILAKUKAN REVISI DESAIN DIMENSI PRODUK PANJANG, LEBAR, TINGGI ATAU TEBAL KETINGGIAN (ELEVASI) GARIS & KEMIRINGAN MUTU BAHAN NOTASI UMUM DETAILNYA DISEBUTKAN DIDALAM SPESIFIKASI
9
SPESIFIKASI MEMUAT SEGALA PERATURAN & KETENTUAN TENTANG BAGAIMANA PEKERJAAN HARUS DIKERJAKAN & BERHASIL “AKHIR” SALAH SATU BAGIAN PENTING DARI DOKUMEN LELANG / KONTRAK DIKENAL DENGAN NAMA SPESIFIKASI TEKNIK / UMUM JIKA PERLU DILENGKAPI SPESIFIKASI KHUSUS ATAU ADDENDUM BENTUK : BERJENJANG ATAU “END RESULT”
10
ISI SPESIFIKASI “BERJENJANG”
LINGKUP PEKERJAAN CUACA YANG DIIJINKAN UTK BEKERJA BAHAN METODE PELAKSANAAN PERALATAN PENGENDALIAN MUTU CARA PENGUKURAN HASIL KERJA CARA PEMBAYARAN
11
POLA SPESIFIKASI 3 - 2 - 5 BERTAHAP 3 : BERLINGKUP 2 : BERSTRUKTUR 5 :
BAHAN BAKU; OLAHAN ; JADI BERLINGKUP 2 : PENGENDALIAN KUANTITAS; KUALITAS BERSTRUKTUR 5 : JENIS PEMERIKSAAN METODE PEMERIKSAAN FREKUENSI PERSYARATAN MIN. & MAKS. TOLERANSI
12
SPESIFIKASI UMUM Versi Revisi Spesifikasi 2010 REV.3 (12 Nov 2014)
Div 1. Umum Div 2. Drainase Div 3. Pekerjaan Tanah Div 4. Pelebaran & Bahu Jalan Div 5. Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen Div 6. Perkerasan Aspal Div 7. Struktur Div 8. Pengembalian Kondisi & Pekerjaan Minor Div 9. Pekerjaan Harian Div 10. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin
13
LESSON LEARNING (1) SPESIFIKASI TEST AFTER CONSTRUCTION
RUJUKAN UTAMA UNTUK PELAKSANAAN, BUKAN UNTUK AUDIT PASKA PELAKSANAAN CONTOH: SETELAH DIBUKA UNTUK LALIN MAKA KADAR ASPAL LAPIS PERMUKAAN PASTI BERKURANG KARENA TELAH AUS TEST AFTER CONSTRUCTION BUKAN MIKRO SEPERTI DAILY QUALITY CONTROL PADA MASA PELAKSANAAN PENGUJIAN LEBIH DITEKANKAN PADA FUNGSI (MAKRO) DARI SUATU PRODUK
14
LESSON LEARNING (2) HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM
METODA SAMPLING YANG BENAR ADA TOLERANSI ANTAR LABORATORIUM ADA TOLERANSI ANTAR TEKNISI PADA LABORATORIUM YANG SAMA HASIL PENGUJIAN LAPANGAN DEFINISI YANG ADA DALAM SPESIFIKASI, CONTOH: TEBAL AKTUAL ITU APA? ADA TOLERANSI HASIL PENGUJIAN
15
LESSON LEARNING (3) STANDAR PENGUJIAN LABORATORIUM
AASHTO, ASTM, BS, JIS, SNI, dsb PENGUJIAN UNTUK SAMPLE YG DISTURBED ATAU UNDISTURBED? STANDAR PENGUJIAN TIDAK DAPAT DIPAKSAKAN UNTUK SAMPLE YANG DISTURBED
16
DIVISI 6 : PERKERASAN ASPAL
17
LAPIS PERMUKAAN (ASPAL) = SURFACE COURSE
JENIS : HOT MIX : ASPAL KERAS WARM MIX : ASPAL BUTON (tidak hanya warm mix) COLD MIX : ASPAL EMULSI ATAU ASPAL CAIR NILAI STRUKTURAL : SYARAT STRENGTH SURFACE DRESSING : HANYA CARPETING REFERENSI SPESIFIKASI UMUM 2010 Rev.3 (Nov 2014) DSB
18
6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT (1)
LAPIS RESAP PENGIKAT (PRIME COAT) BUKAN SEBAGAI PEREKAT TETAPI PELINDUNG, JADI HANYA PADA GRANULAR BASE SAJA ASPAL EMULSI : MS atau SS, MENGAPA TIDAK RS ? ASPAL CAIR : AC + Kerosene (80 – 85 pph, MC-30, viskositas kinematis pada 60°C : mm2/sec) 80 pph artinya 80 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka kadar kerosen = 80 / ( ) = 44,4%. 85 pph artinya 85 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka kadar kerosen = 85 / ( ) = 45,9%. Kadar kerosen rata-rata = 45,19 dibulatkan 45% MATA PEMBAYARAN : ASPAL CAIR & ASPAL EMULSI
19
6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT (2)
LAPIS PEREKAT (TACK COAT) SEBAGAI PEREKAT, PADA SEMUA JENIS LAPISAN YANG ADA PENGIKATNYA ASPAL EMULSI : RS (Rapid Setting) & RS Mod ASPAL CAIR : AC + Kerosene [ pph, DIPANASKAN] 25 pph artinya 25 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka kadar kerosen = 25 / ( ) = 20%. 30 pph artinya 30 bag.kerosen & 100 bag.bitumen, maka kadar kerosen = 30 / ( ) = 23%. Kadar kerosen rata-rata = 21,5% KADAR TACK COAT MINIMUM: Aspal Cair: 0,15 liter/m2 Aspal Emulsi : 0,20 liter/m2 Aspal Emulsi yg dilarutkan air 1:1 = 0,40 liter/m2
20
6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT (3)
BAHAN ASPAL EMULSI MODIFIKASI MERUJUK PADA AASHTO M (2000) TABLE 1 CRS-2L : styrene butadiene rubber latex atau polycholoprene latex BAHAN POLYMER min.2,5% RESIDU : MC : 0,15 (min. Spec) x ( ,5)% = 0,118, SETARA DNG. RS : 0,2 (min. Spec) x 60%= 0,120 (sebelum dilarutkan dng air 1:1) Spesifikasi residu dalam aspal emulsi min.60% MATA PEMBAYARAN : ASPAL CAIR, ASPAL EMULSI & ASPAL EMULSI MODIFIKASI
21
6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT (4)
VISKOSITAS KINEMATIS (60 ºC) RC 250, MC 250 : 250 – 500 mm2/detik RC 70, MC 70 MC 30 : 70 – 140 mm2/detik : 30 – 60 mm2/detik VISKOSITAS SAYBOLT FUROL RC 250, MC 250 : 125 – 250 detik pada 60 ºC RC 70, MC 70 MC 30 : 60 – 120 detik pada 50 ºC : 75 – 150 detik pada 25 ºC SUHU STANDAR UNTUK PENGUKURAN SUHU STANDAR 15°C UNTUK ASPAL CAIR & 15,6°C UNTUK ASPAL EMULSI TABEL KOREKSI TERSEDIA DALAM 6.1.A-1 s/d 3
22
PEMBERSIHAN MANUAL (APA DIIJINKAN ?)
PERMUKAAN LPA SUDAH DI-PRIME TIDAK ADA PENGATURAN LALIN YG MEMADAI PERMUKAAN KOTOR LAGI AKIBAT LINTASAN PEMBERSIHAN DILAKUKAN HANYA OLEH 1 ORANG
23
OVERLAY TANPA PEMBERSIHAN (BALAPAN DNG HUJAN/PROGRES?)
PERMUKAAN PRIME COAT YG KOTOR BELUM DIBERSIHKAN TIDAK ADA TAMBAHAN PRIME MUATAN HOTMIX SUDAH DITUANG KE PAVER SOLUSI ?
24
SEBAB & AKIBAT BONDING YANG JELEK
PERMUKAAN EXISTING TIDAK BERSIH BAN TRUK MENGOTORI TACK COAT TIDAK MERATA KADAR TACK COAT KURANG SLIPPAGE CRACK
25
6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT & LAPIS PEREKAT (5)
26
6.2 BURTU & BURDA (1) KUNCI KEBERHASILAN : PEMBERSIHAN
AGREGAT BURTU & LAPIS 1 BURDA UKURAN HAMPIR SERAGAM (GRADASI) BERSIH TAHAN AUS BENTUK KELEKATAN TERHADAP ASPAL DIGUNAKANNYA ASPAL DISTRIBUTOR, BUKAN HAND SPRAYER
27
BURTU & LAPIS KE-1 BURDA Ukuran nominal (mm)
Ukuran terkecil rata-rata (ALD) Persentase ukuran terkecil rata-rata dalam rentang ± 2,5 mm dari ALD Persentase maksimum lolos ayakan 4,75 mm 12,5 6,4 - 9,5 min. 65 2 NOMINAL artinya kurang lebih Misal ALD (Average Least Dimension) adalah 8 mm (syarat : 6,4 – 9,5 mm) Maka rentang 2,5 mm dari ALD adalah 5,5 – 10,5 mm, partikel dalam rentang ini minimum haruslah 65%.
28
Persen Berat Yang Lolos
LAPIS KE-2 BURDA Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos ASTM (mm) 3/8” 9,5 100 ¼” 6,35 95 – 100 No.8 2,36 0 – 15 No.200 0,075 0 – 8 UKURAN MAKSIMUM = 9,5 mm UKURAN NOMINAL = 6,35 mm
29
For “AGD” Testing For “ALD” Testing
32
ALAT PEMBERSIH YG MEMADAI()
KOMPRESOR POWER BROOM, SANGAT DIANJUR-KAN UNTUK PEMBERSIHAN AWAL SETELAH MILLING, KEMUDIAN DILANJUTKAN DNG KOMPRESOR
33
ALAT PENYEMPROT ASPAL ()
HAND SPRAYER ASPAL DISTRIBUTOR KERB SEHARUSNYA DITUTUP
34
KADAR ASPAL YG DIGUNAKAN
R = ( 0,138 x ALD + e ) x Tf dimana: R : bahan residu aspal semen dalam satuan liter/m2 (tidak termasuk bahan pelarut untuk aspal cair maupun bahan pengemulsi untuk aspal emulsi). ALD : Average Least Dimension e : jumlah aspal semen yang diperlukan untuk mengisi lapis tekstur di bawahnya (pengujian lingkaran pasir) Tf : angka faktor untuk memungkinkan menaikkan takaran pemakaian pada volume lalu lintas rendah untuk maksud memperlambat kerusakan.
35
TAKARAN SEMPROTAN SR = R x [100/(100 – pelarut/pengemulsi)]xTef
dimana: SR : takaran semprotan R : bahan residu aspal semen dalam satuan liter/m2 (tidak termasuk bahan pelarut untuk aspal cair maupun bahan pengemulsi untuk aspal emulsi). Tef : Faktor Muai pada suhu dengan viskositas 65 centistokes
36
CONTOH APLIKASI AGREGAT (1)
UKURAN AGREGAT YG SALAH UKURAN AGREGAT YG BENAR
37
CONTOH APLIKASI AGREGAT (2)
DAMPAK UKURAN AGREGAT YG LEBIH DARI SATU UKURAN
38
TAKARAN AGREGAT PENUTUP
LAMPIRAN 6.1: BURTU dan Lapis ke-1 BURDA, pemakaian chip hanya secukupnya, sehingga agregat itu bersentuhan antar sisi dan seluruh permukaan bitumen harus tertutup agregat. Chipping yg berlebihan mengakibatkan tidak tersedia cukup ruang untuk chip tersebar merata di atas bitumen bila digilas, maka harus dihindari. Perkiraan takaran yang diperlukan adalah [1000/(1,5ALD + 0,6)] m3/m2 Kuantitas dapat dinaikkan jika keseragaman penebaran tidak optimum Agreagat dari Lapis ke-2 BURDA, jumlah chip kecil yang dapat ditahan oleh tekstur permukaan lapis ke-1 harus ditentukan dari percobaan lapangan
39
6.2 BURTU & BURDA (2) 6.2.7 PENGUKURAN & PEMBAYARAN
TEBAL BURDA TIDAK PERNAH DISYARATKAN. KOEFISIEN DALAM ANALISA HARGA SATUAN (AHS) BUKANLAH KETENTUAN DALAM KONTRAK. JIKA PARTIKEL LAPIS PERTAMA SEKITAR 12,5 mm DAN PARTIKEL LAPIS KEDUA SEKITAR 6,35 mm MAKA TEBAL TOTAL SEKITAR 18,85 mm (SEBUT SAJA < 2 cm). JIKA KOEFISIEN DALAM AHS MENUNJUKKAN TEBAL > 2 cm, INI BUKANLAH KETENTUAN DALAM SPESIFIKASI.
40
6.2 BURTU & BURDA (3)
41
6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS (1)
TEBAL NOMINAL MINIMUM CAMPURAN BERASPAL SS A = 1,5 cm SS B = 2 cm HRS-WC = 3 cm HRS-Base = 3,5 cm AC-WC = 4 cm AC-BC = 6 cm AC-Base = 7,5 cm GRADASI LASTON (AC) 1 GRADASI DNG AMPLOP YG LEBIH LEBAR GRADASI LATASTON (HRS) SENJANG & SEMI SENJANG AGREGAT HALUS PECAH MESIN LOLOS #200 ≤ 10% SCALPING SCREEN ANTARA PRIMARY & SECONDARY CRUSHER ADALAH MANDATORY
42
Tipe II Aspal yang Dimodifikasi
Ketentuan Aspal No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen.60-70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A(1) B Asbuton yg diproses Elastomer Sintetis 1 Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 60-70 Min.50 Min.40 2 Viskositas Dinamis 60C (Pa.s) SNI 3 Viskositas Kinematis 135C (cSt) ≥ 300 385 – 2000 < 3000 4 Titik Lembek (C) SNI 2434:2011 > 48 > 50 > 54 5 Daktilitas pada 25C, (cm) SNI 2432:2011 > 100 6 Titik Nyala (C) SNI 2433:2011 > 232 7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 > 99 > 90(1) 8 Berat Jenis SNI 2441:2011 > 1,0 9 Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan Titik Lembek (C) ASTM D 5976 part 6.1 - < 2,2 10 Partikel yg lebih halus dari 150 micron (%) Min. 95(1) Pengujian Residu hasil TFOT (SNI ) atau RTFOT(SNI ) : 11 Berat yang Hilang (%) SNI < 0,8 12 SNI < 800 < 1200 < 1600 13 Penetrasi pada 25C (%) ≥ 54 14 Daktilitas pada 25C (cm) ≥ 25 15 Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T > 60
43
Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium sulfat SNI 3407:2008 Maks.12 % magnesium sulfat Maks.18 % Abrasi dengan mesin Los Angeles Campuran AC Modifikasi 100 putaran SNI 2417:2008 Maks. 6% 500 putaran Maks. 30% Semua jenis campuran aspal bergradasi lainnya Maks. 8% Maks. 40% Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95 % Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90 *) Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Perbandingan 1 : 5 Maks. 10 % Material lolos Ayakan No.200 SNI Maks. 2 % Catatan : 1) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
45
ILUSTRASI BATU PECAH YANG
MASIH BANYAK KULITNYA CLOSE UP BATU PECAH YANG MASIH BANYAK KULITNYA KELEKATAN AGREGAT? STOCKPILE BATU PECAH YG MSH BANYAK KULITNYA PERLUKAN SCALPING SCREEN?
46
Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI Min 60% Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI Min. 45 Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah Pecah dalam Agregat SNI Maks 1% Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117: 2012 Maks. 10% AGREGAT KASAR = TERTAHAN No.4 (4,75 mm) SESUAI DENGAN AASHTO, BUKAN No.8 (2,36 mm) UNTUK MEMPEROLEH AGREGAT HALUS YG MEMENUHI SYARAT: BAHAN BAKU DICUCI TERLEBIH DAHULU SECARA MEKANIS DIGUNAKAN SCALPING SCREEN : PRODUK PRIMARY TIDAK BOLEH DIGUNAKAN LANGSUNG VIBRO SCALPING SCREEN YANG TERTAHAN MASUK SECONDARY YANG LOLOS UNTUK LAPIS PONDASI AGREGAT
47
ILUSTRASI PASIR HALUS u/HRS &
BATU PECAH MESIN HALUS (0 – 5) WARNA PASIR DAPAT PUTIH, ABU-ABU, COKLAT, DSB PASIR INI DAPAT DIPEROLEH DI BUKIT ATAU PESISIR TIDAK BOLEH MENGANDUNG LEMPUNG (JIKA PERLU HARUS DNG PENCUCIAN?)
48
6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS (2)
FILLER ADDED CaCO3, KAPUR PADAM, PC, MINERAL ASBUTON. MINERAL ASBUTON : LOLOS #100 ≥ 95% KADAR FILLER ADDED 1 – 2% (mandatory) ANTI STRIPPING AGENT DIGUNAKAN JIKA STABILITAS MARSHALL SISA SEBELUM DIBERI ANTI STRIPPING AGENT ≥ 75% DITAMBAHKAN DI TIMBANGAN ASPAL SESAAT SEBELUM WET MIX DI PUGMILL 0,2 – 0,4% TERHADAP BERAT ASPAL JIKA MARSHALL STABILITAS SISA ≥ 90%, ANTI STRIPPING AGENT TIDAK DIPERLUKAN TDK BOLEH UTK ASPAL MOD BERMUATAN POSITIF KETENTUAN & KOMPATIBILITAS SBB :
49
Ketentuan Bahan Anti Pengelupasan Mengandung Amine
No. Jenis Pengujian Standar Nilai 1 Titik Nyala (Claveland Open Cup), °C SNI 2433:2011 min.180 2 Viskositas, pada 25ºC (Saybolt Furol), detik SNI >200 3 Berat Jenis, pada 25ºC, SNI 2441:2011 0,92 – 1,06 4 Bilangan asam (acid value), mL KOH/g SNI < 10 5 Total bilangan amine (amine value), mL HCl/g ASTM D Kompatibilitas Bahan Anti Pengelupasan dengan Aspal No. Jenis Pengujian Standar Nilai 1 Uji pengelupasan dengan air mendidih (boiling water test), %1) ASTM D3625 (2005) min.803) 2 Stabilitas penyimpanan campuran aspal dan bahan anti pengelupasan, ºC SNI 2434:2011 maks.2,22) 3 Stabilitas pemanasan (Heat stability). Pengon- disian 72 jam, % permukaan terselimuti aspal ASTM D Modification min.70
50
Gradasi Agregat Campuran Aspal
Ukuran Ayakan (mm) % Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC) Gradasi Senjang3 Gradasi Semi Senjang2 Kelas A Kelas B WC Base BC 37,5 100 25 19 12,5 9,5 4,75 2,36 50 – 723 50 – 62 1,18 0,600 20 – 45 0,300 15 – 35 5 - 35 9 - 22 7 - 20 6 - 15 0,150 5 -13 4 - 10 0,075 8 – 13 6 - 10 2 - 9 6 – 10 4 - 8 4 - 9 3 - 7
51
Sifat-sifat Campuran Lataston
Lapis Aus Lapis Pondasi Senjang Semi Senjang Semi Senjan g Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7 Jumlah tumbukan per bidang 75 Rongga dalam campuran (%) (2) Min. 4,0 6,0 Rongga dalam Agregat (VMA)(%) 18 17 Rongga terisi aspal (%) 68 Stabilitas Marshall (kg) 800 Pelelehan (mm) 3 Marshall Quotient (kg/mm) 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) sete- 90 lah perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Rongga dalam campuran (%) pa- da kepadatan membal (refusal)(4)
52
Sifat-sifat Campuran Laston (AC)
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi Jumlah tumbukan per bidang 75 112 (1) Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm dengan kadar aspal efektif Min. 1,0 Maks. 1,4 Rongga dalam campuran (%) (2) 3,0 5,0 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) 65 Stabilitas Marshall (kg) 800 1800 (1) Pelelehan (mm) 2 3 Maks 4 6 (1) Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC(3) 90 Rongga dalam campuran (%) pada kepadatan membal (refusal)(4)
53
Sifat-sifat Campuran Laston Dimodifikasi
Sifat-sifat Campuran Jumlah tumbukan per bidang Rasio partikel lolos ayakan 0,075mm Min. Laston Dimodifikasi (6) (1) 1,0 dengan kadar aspal efektif Maks. 1,4 Rongga dalam campuran (%) (2) 3,0 5,0 Rongga dalam Agregat (VMA) (%) 15 14 13 Rongga Terisi Aspal (%) 65 Stabilitas Marshall (kg) 1000 2250(1) Pelelehan (mm) 2 3 4 6 (1) Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 90 Rongga dalam campuran (%) pada Min. Stabilitas Dinamis, lintasan/mm(5) Min. 2500 perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Kepadatan membal (refusal)(4)
54
KETENTUAN CAMPURAN BERASPAL
RONGGA DLM CAMPURAN : 3 – 5% untuk semua AC RONGGA DALAM CAMPURAN PADA KEPADATAN MEMBAL : 2% untuk semua AC STABILITAS MARSHALL AC-Base = 1800 kg (apakah > kuat dari AC-WC & AB-BC ?) & PELELEHAN = 4,5 mm (apakah > lentur dari AC-WC & AC-BC ?) ALT. PENGUJIAN KEPEKAAN CAMPURAN TERHADAP AIR : NILAI INDIRECT TENSILE STRENGTH (ITSR) DNG RONGGA DALAM CAMPURAN 7±0,5%, ≥ 80% ASPHALT MIXING PLANT (AMP) BAHAN BAKAR HARUSLAH MINYAK TANAH, SOLAR ATAU GAS AGREGAT HOTBIN TIDAK BOLEH BERJELAGA ATAU BERMINYAK
55
CONTOH GRADASI AC-WC
56
PENGENDALIAN GRADASI AMPLOP : JOB GRADING :
BATAS ATAS & BATAS BAWAH HANYA DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT JMF JOB GRADING : GRADASI JMF ± TOLERANSI : UNTUK PRODUKSI Tertahan #8 : ± 5% Lolos #8 s/d tertahan #100 : ± 3% Lolos #100 & tertahan #200 : ± 2% Lolos #200 : ± 1% APAKAH DIIJINKAN JIKA GRADASI PRODUKSI DIDALAM AMPLOP TAPI DILUAR JOB GRADING ?
57
CONTOH GRDASI SENJANG HRS-WC
58
PENGAMATAN VISUAL TERHADAP GRADASI HRS-WC YANG BENAR
GRADASI SENJANG DAPAT DIAMATI DENGAN JELAS DARI PERMUKAAN DINDING CORING GRADASI SENJANG SULIT DIAMATI DARI TEXTURE PERMUKAAN
59
PERKIRAAN KADAR ASPAL RUMUS DALAM SPESIFIKASI “LAMA”
TIDAK AKURAT TEBAL FILM 7,5 ~ 8,0 μm u/Pen.60/70 SURFACE AREA DALAM SATUAN METRIK TIDAK ADA SATUPUN AYAKAN YANG BOLEH DIABAIKAN ABSORPSI ASPAL = 50% ABSORPSI AIR BJ ASPAL DAPAT DIAMBIL 1,03
61
PERHITUNGAN TEBAL FILM AC-WC
62
Setiap 250 m3 (min. 2 pengujian per hari)
PENGENDALIAN MUTU (1) Bahan dan Pengujian Frekwensi Pengujian Aspal : Aspal berbentuk drum 3 dari jumlah drum Aspal curah Setiap tangki aspal Jenis pengujian aspal drum dan curah mencakup: Penetrasi dan Titik Lembek 3 dari jumlah kemasan Asbuton butir/Aditif Asbuton - Kadar air - Ekstraksi (kadar aspal) - Ukuran butir maksimum - Penetrasi aspal asbuton Agregat : - Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap m3 - Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan Setiap m3 - Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) Setiap 250 m3 (min. 2 pengujian per hari) - Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m3
63
PENGENDALIAN MUTU (2) Bahan dan Pengujian Frekwensi pengujian
Campuran : - Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan pengiriman - Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2 pengujian per hari) - Kepadatan, stabilitas, pelelehan, Marshall Quo-tient (untuk non AC), rongga dalam campuran pada 75 tumbukan dan Stabilitas Marshall Sisa atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR) - Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap ton - Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan
64
PENGENDALIAN MUTU (3) Bahan dan Pengujian Frekwensi Pengujian
Lapisan yang dihampar : - Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk partikel ukuran maksimum 1” dan 6” untuk partikel ukuran di atas 1”, baik untuk pemeriksaan pema-datan maupun tebal lapisan bukan perata: Benda uji inti paling sedikit harus diambil dua titik pengujian per penampang melintang per lajur dengan jarak memanjang antar penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 100 m. Toleransi Pelaksanaan : - Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari setiap jalur lalu lintas. Paling sedikit 3 titik yang diukur melintang pada paling sedikit setiap 12,5 meter memanjang sepanjang jalan tersebut.
65
PEMERIKSAAN PERMUKAAN & KEPADATAN (1)
TOLERANSI DNG MISTAR 3 METER DIPERIKSA SEGERA SETELAH PEMADATAN AWAL KERATAAN : IRI ≤ 3 KEPADATAN ≥ 97% UTK HRS & ≥ 98% UTK LAINNYA DARI SERANGKAIAN BENDA UJI INTI, JIKA RASIO KEPADATAN MAKS/MIN. > 1,08, PENGAMBILAN BENDA UJI INTI HARUS DIULANG KEPADATAN RATA-RATA MIN. & INDIVIDU MIN. DARI SERANGAIAN BENDA UJI INTI HARUSLAH :
66
PEMERIKSAAN PERMUKAAN & KEPADATAN (2)
KETENTUAN KEPADATAN Kepadatan yg disyaratkan (% JSD) Jumlah ben-da uji per segmen Kepadatan Minimum Rata-rata (% JSD) Nilai minimum setiap pengujian tunggal (% JSD) 98 3 – 4 98,1 95 5 98,3 94,9 > 6 98,5 94,8 97 97,1 94 97,3 93,9 97,5 93,8
67
PERALATAN LAB – ASPAL ()
PEDESTAL BERAT ISI KAYU 0,673 – 0,769 ton/m3 UKURAN 20,3 x 20,3 x 45,7 (cm) HAMMER TINGGI JATUH 45,72 cm BERAT 4536 gram u/MOLD 4” BERAT gram u/MOLD 6” KECEPATAN MESIN MARSHALL 5,08 cm per menit
68
PERALATAN LABORATORIUM
PEDESTAL DNG HAMMER MANUAL (TIDAK DIANJURKAN) PEDESTAL DENGAN HAMMER MEKANIK
69
UKURAN KAWAT u/AYAKAN RUJUKAN AASHTO M92
SETIAP AYAKAN MEMPUNYAI DIAMETER KAWAT YANG TERSENDIRI SEMAKIN BESAR AYAKAN SEMAKIN BESAR DIAMATER KAWAT ARTI #4 : SETIAP INCH ADA 4 LUBANG # 4 = 4,75 mm DIA. KAWAT= (25,4 – 4 x 4,75)/4 = 1,6 mm DIA. KAWAT SESUAI AASHTO = 1,54 mm
70
KAWAT AYAKAN No.4 KIRI, AYAKAN YG BENAR KANAN, AYAKAN YG SALAH
YG BENAR : KAWATNYA LBH BESAR & TEGAR KIRI, AYAKAN YG BENAR KANAN, AYAKAN YG SALAH
71
KAWAT AYAKAN No.8 KIRI, AYAKAN YG BENAR KANAN, AYAKAN YG SALAH
YG BENAR : KAWATNYA LEBIH BESAR & TEGAR KIRI, AYAKAN YG BENAR KANAN, AYAKAN YG SALAH
72
AMP COLD BIN CONVEYOR BELT : sobek tidak ?
DRYER : sisa minyak yang tidak terbakar ? DUST COLLECTOR : primair & sekunder SCREEN : ukuran, aus atau berlubang ? TIMBANGAN KALIBRASI : HARUS NOL JIKA TIDAK BERMUATAN PUGMILL PADDLE : TIDAK AUS, ARAH SESUAI MANUAL HIDROLIK : TIDAK BOCOR SAAT DRY MIX
73
PERALATAN AMP DUMP TRUCK PAVER STEEL WHEEL ROLLER
BATCHING PLANT CONTINOUS PLANT DRUM MIX PLANT DUMP TRUCK PAVER STEEL WHEEL ROLLER PNEUMATIC TIRE ROLLER
74
TIPE AMP BATCHING PLANT CONTINOUS PLANT DRUM MIX PLANT
PROPORSI “AKHIR” DENGAN TIMBANGAN (BERAT) CONTINOUS PLANT PROPORSI “AKHIR” DENGAN PENAKARAN (VOLUME) DRUM MIX PLANT PROPORSI “AWAL” SEKALIGUS “AKHIR” DENGAN PENAKARAN (VOLUME)
75
SISTEM KERJA BATCHING PLANT
76
LANJUTAN SISTEM KERJA CONTINOUS PLANT
77
LANJUTAN SISTEM KERJA DRUM MIX PLANT
78
COLD BIN TIDAK ADA SKALA TIDAK ADA PENGUNCI PINTU TERLALU LONGGAR
ADA PENGUNCI TAPI GOYAH SKALA TERLALU KASAR
79
LANJUTAN COLD BIN TIDAK ADA SEKAT PADA BAGIAN ATAS COLD BIN
MATERIAL TUMPANG TINDIH CONVEYOR PANJANG JARAK COLD BIN RAPAT, DAPAT DIRENGGANGKAN ?
80
KALIBRASI COLD BIN (1) DURASI HARUS CUKUP AGAR KESALAHAN DAPAT DIPERKECIL KOREKSI KADAR AIR DIHARUSKAN PLOTTING HARUS PADA 1 LEMBAR KERTAS UNTUK SEMUA GRAFIK TITIK 0 (NOL) SEBAGAI TITIK BANTU GRAFIK BERUPA GARIS LENGKUNG X : OUTPUT & Y : OPENING GATE MAKA BENTUK KURVA CEMBUNG
81
KALIBRASI COLD BIN (2) Grafik ada yang lurus & kurva dalam 1 lembar
Grafik Sand & 0-5 saling berpotongan Grafik lurus dalam 1 lembar Pada bukaan 0 tapi ada output
82
DUST COLLECTOR (1) SEKUNDER : TABUNG FILTER
TIDAK ADA POLUSI SEKUNDER : WET CYCLONE TIDAK BEKERJA POLUSI
83
DUST COLLECTOR (2) SEKUNDER : WET CYCLONE TIDAK ADA POLUSI
WET CYCLONE : DEBU DISEMPROT DAN AIR DIALIRKAN KE BAK
84
OVER HEATING () ASPHALT STORAGE 200°C
SIFAT-SIFAT KIMIA ASPAL BERUBAH, MENJADI GETAS HOTBIN 260°C DAPAT DISEBABKAN OLEH BERVARIASINYA KADAR AIR DALAM STOCKPILE AGREGAT
85
LAIN-LAIN DARI AMP COLD BIN DNG SKALA “BARU” & PENGUNCI MOER - BAUT
KOMPUTER PENGATUR TEMPERATUR HARUS DIJAGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR CONDITION
86
MIXING TIME DERAJAD PENYELIMUTAN ASPAL THD BUTIRAN AGREGAT KASAR (AASHTO (2007)) CEK VISUAL PARTIKEL TERTAHAN 3/8” (9,5 mm), JIKA TERHADAP 1 BINTIK SAJA YG UNCOATING, DIANGGAP UNCOATING CONTINEOUS PLANT MAKS 60 DETIK BATCHING PLANT DRY MIX WET MIX
87
DUMP TRUCK BAK BEBAS DARI BAHAN SISA SEBELUMNYA
JIKA BAK DILUMASI HARUS DI-DUMP AGAR TIDAK ADA SISA MINYAK PADA LEKUKAN. BAN DUMP TRUCK TIDAK BOLEH BERLEMPUNG TERPAL HARUS DAPAT MENUTUP SAMPAI KELUAR BAK & DIIKAT RAPI (mandatory)
88
BAK DUMP TRUCK BAK YANG DIOLESI DENGAN MINYAK (SEHARUSNYA TIDAK BOLEH) & BERSIH DARI SEGALA MATERIAL PEMASANGAN TERPAL YANG BENAR (MENUTUP SAMPAI KELUAR BAK)
89
PAVER PEMANAS SCREED HARUS BERFUNGSI
PERMUKAAN SCREED HARUS DALAM KONDISI BAIK VIBRATOR BERFUNGSI DNG BAIK EQUALIZING DEVICE HARUS BERFUNGSI DNG BAIK AUGER SESUAI LEBAR PENGHAMPARAN OIL SEAL TIDAK ADA YANG BOCOR
90
Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan
91
PENGHAMPARAN PENYIAPAN PERMUKAAN ACUAN TEPI PENGHAMPARAN & PEMBENTUKAN
PROFIL BESI SIKU DNG TINGGI MINUS 5mm DARI TEBAL RENCANA PENGHAMPARAN & PEMBENTUKAN PEMADATAN AWAL, ANTARA & AKHIR SAMBUNGAN
92
KESALAHAN UMUM PADA PAVER ()
HOT MIX PADA HOOPER DIHABISKAN HOT MIX DITEBAR DIDEPAN PAVER HOT MIX DI TEBAR DIBELAKANG PAVER KEMUDIAN DI-RAKING
93
STEEL WHEEL ROLLER PERMUKAAN RODA BESI RATA SISTEM SPRINKLER BERFUNGSI
SISTEM PENGEREMAN SMOOTH OIL SEAL TIDAK ADA YANG BOCOR
94
PNEUMATIC TIRE ROLLER SISTEM SPRINKLER SETIAP RODA BERFUNGSI
KECUALI DNG DETERJEN, PELUMASAN DNG MINYAK PADA RODA TIDAK DIIJINKAN PLY & TEKANAN ANGIN SETIAP RODA HARUS SAMA DNG TOLERANSI YG DIIJINKAN RODA TIDAK BOPENG-BOPENG, DINDINGNYA TIDAK MENGGELEMBUNG KESET DIATAS RODA HARUS LENGKAP OIL SEAL TIDAK ADA YG BOCOR
95
PENGUKURAN CAMPURAN ASPAL PANAS (1)
SEMUA DIUKUR DALAM TON ASPAL KERAS KADAR ASPAL DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI Cb = KDR ASP AKTUAL/ KDR ASP JMF ≤ 1 ANTI STRIPPING AGENT : DIBAYAR TERPISAH DIPEROLEH DARI PENCATATAN KUANTITAS TANKI SEBELUM & SETELAH PRODUKSI PENGUJIAN STABILITAS MARSHALL SISA PER 200 TON PRODUKSI LEBAR LEBAR DIAMBIL DARI CROSS SECTION PER 25m ATAU LEBIH RAPAT SEBAGAIMANA DIPERINTAH- KAN DIREKSI PEKERJAAN
96
PENGUKURAN CAMPURAN ASPAL PANAS (2)
LAPIS BUKAN PERATA TEBAL AKTUAL ADALAH TEBAL RATA-RATA SUATU SEGMEN PRODUK PER HARI CORE DIAMBIL 2 TITIK PENGUJIAN PER CROSS SECTION PER LAJUR DNG JARAK ≤ 100m CONTOH : Tebal AC-WC dalam Gambar = 5 cm, tebal hasil core (cm): 4,9; 4,7; 5,1; 5,0; 4,8; 5,2, tebal aktual yang rata-rata = 4,95 cm ini tidak memenuhi syarat Tebal penghamparan sebaiknya diberi PLUS sedikit. TEBAL AKTUAL (sudah rata-rata) HARUS ≥ TEBAL DALAM GAMBAR (untuk keperluan desain tebal perkerasan) TEBAL TITIK ATAU INDIVIDU TIDAK BOLEH < TEBAL DALAM GAMBAR SETELAH TOLERANSI DIPERHITUNGKAN
97
PENGUKURAN CAMPURAN ASPAL PANAS (3)
LAPIS PERATA : VOLUME DIPEROLEH DENGAN PROSEDUR PENGUKURAN STANDAR ILMU UKUR TANAH BERAT ISI DARI KEPADATAN CORE CAMPURAN ASPAL : jumlah tonase bersih dari campuran yang telah dihampar dan diterima dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi yang diterima dan tebal yang diterima dengan kepadatan campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji inti (core). Tonase bersih adalah selisih dari berat campuran aspal dengan bahan anti pengelupasan (anti stripping agent)
98
6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS (2)
99
6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS (3)
100
6.3 CAMPURAN BERASPAL PANAS (4)
101
SIFAT-SIFAT ASBUTON BITUMEN SIFAT-SIFAT FISIK : SIFAT-SIFAT KIMIA :
PEKA TERHADAP PANAS KERAS (PEN. 0 ~ 10) POROUS (MUDAH DIRESAPI) KADAR BERVARIASI SIFAT-SIFAT KIMIA : ASPHALTENE TINGGI MALTENE RENDAH MINERAL SEBAGAI FILLER SEBAGAI AGREGAT KERAS (Al2O3) SENYAWA CaCO3
102
SIFAT-SIFAT FISIK BITUMEN
ASPHALTENE : BIJIH BITUMEN HITAM, DAYA LEKAT KERAS, GETAS, TIDAK DAKTAIL MALTENE : PELUNAK BITUMEN, TERDIRI DARI : POLAR COMPOUND : HITAM PEKAT ACCIDAFIN 1 : HITAM ENCER ACCIDAFIN 2 : KUNING JERNIH SATURATED HYDROCARBON : TAK BERWARNA
103
BAGAIMANA MEMANFAATKAN SIFAT-SIFAT ASBUTON ?
DAYA LEKAT KERAS, GETAS, TIDAK DAKTAIL POROUS MINERAL AGREGAT PEMANFAATAN : SEBAGAI PENGIKAT (BINDER) DIPERLUKAN MODIFIER MDH DIRESAPI MODIFIER (+) HARUS TERLINDUNG DARI KELEMBABAN (-) SEBAGAI BAHAN PENGISI
104
KOMPONEN & FUNGSI MODIFIER
ASPAL KERAS (≈ 42%) MINYAK BERAT (≈ 41%, kec.penetrasi 0,00128 mm/jam) MINYAK TANAH (≈ 17%, kec.penetrasi 0,46957 mm/jam) FUNGSI : COATING AWAL AGREGAT KASAR YG DITAMBAHKAN PELUNAK ASBUTON (SEBAGAI MALTENE) CUTTER OIL : MEMPERCEPAT PEMISAHAN MINERAL & BITUMEN DARI ASBUTON PELARUT ASPAL KERAS (VISKOSITAS MODIFIER !)
105
6.5 CAMPURAN ASPAL DINGIN (1)
ASPAL CAIR : MEDIUM CURING (MC) ASPAL EMULSI : MEDIUM s/d SLOW SETTING (MS - CS) MIX DESIGN : TRIAL & ERROR DERAJAD PENYELIMUTAN (≈ 100%) KEMUDAHAN PENGERJAAN (TIDAK TERLALU KAKU ATAU LEMBEK) PENETESAN BITUMEN (≤ 0,5%) MIX DESIGN YG LEBIH DETAIL ASPAL CAIR : ASPHALT INSTITUTE Supplement to MS-2 ASPAL EMULSI : ASPHALT INSTITUTE MS-19
106
PROSES PENGHAMPARAN & PEMADATAN CAMPURAN DINGIN
PENGHAMPARAN MANUAL ATAU PAVER TANDEM ROLLER “TANPA AIR” PNEUMATIC TIRE ROLLER TDK DIPERLUKAN PENABURAN SEDIKIT AGREGAT PECAH MESIN 0–5 mm ATAU PASIR KASAR SEBELUM DIPADATKAN u/ASPAL CAIR : PADA PERMUKAAN YANG SEGERA AKAN DIPADATKAN u/ASPAL EMULSI : PADA PERMUKAAN YANG TELAH FULLY BREAKING (warna coklat menjadi hitam-kelam)
107
6.5 CAMPURAN ASPAL DINGIN (2)
108
6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM (1)
AGREGAT POKOK ASPAL 1 AGREGAT PENGUNCI ASPAL 2 AGREGAT PENUTUP LAPIS PERATA PENETRASI MACADAM
109
PERBEDAAN PELAKSANAAN PENETRASI MACADAM & BURDA
AGR. POKOK DITEBAR ASPAL DISEMPROT, KEMUDIAN PENETRASI KE DLM AGR. POKOK AGR. PENGUNCI DITEBAR ASPAL DISEMPROT, KEMUDIAN PENETRASI KE DLM AGR. PENGUNCI AGR. PENUTUP DITEBAR & DIGILAS, INTERLOCKING ! PEMADAT RODA BESI/ KARET BURDA ASPAL 1 DISEMPROT AGREGAT 1 DITEBAR, DUDUK KARENA DIGILAS AGREGAT 2 DITEBAR, INTERLOCKING KARENA DIGILAS PEMADAT RODA KARET
110
6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM (2)
111
6.7 BURAS TUJUAN TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI TAPI DICOVER PADA DIV 8 & 10
MENUTUP RETAK (CRACK) MENCEGAH PELEPASAN BUTIR (RAVELING) MEMELIHARA AGAR KEDAP (SEALING) MEMELIHARA PERMUKAAN YG MENGALAMI PENUAAN (AGING) TIDAK DIBAYAR TERSENDIRI TAPI DICOVER PADA DIV 8 & 10 TINGKATAN SURFACE DRESSING BURAS (SEALING) BURTU (SINGLE SURFACE TREATMENT) BURDA (DOUBLE BITUMINOUS SURFACE TREATMENT)
112
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.