Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SINTAKSIS BAHASA IND 0 NESIA SEMESTER III - A Dosen: Lestari Waruwu,S.Pd.,M.Pd. HP/WA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SINTAKSIS BAHASA IND 0 NESIA SEMESTER III - A Dosen: Lestari Waruwu,S.Pd.,M.Pd. HP/WA"— Transcript presentasi:

1 SINTAKSIS BAHASA IND 0 NESIA SEMESTER III - A Dosen: Lestari Waruwu,S.Pd.,M.Pd. E-mail: lestariwaruwu56@gmail.comlestariwaruwu56@gmail.com HP/WA 085358520339 PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA INTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI NIAS 2019

2 KEBIJAKAN PERKULIAHAN 1. Pertemuan (16 kali) a. Tatap Muka : 14 b. UTS : 1 c. UAS : 1 3. Tugas : Individu dan Kelompok 4. Kuis : Individu

3 5. Penilaian a. Akhlaq: SIKAP, CARA BERTUTUR dan BERPAKAIAN b. Kehadiran: 20% c. Tugas: 15% d. Proses: 15% d. UTS: 25% e. UAS: 25%

4 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Sintaksis 1. Konsep Dasar Sintaksis 2. PERTEMUAN KE 1

5 TUJUAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI SINTAKSIS Tujuan: 1.Merupakan salah satu mata kuliah kebahasaan lainnya di Program Studi Indonesia dan Sastra Indonesia. 2.Menemukan aturan umum dalam sebuah bahasa. 3.Memiliki kompetensi ilmu kalimat sebagai ilmu wajib yang harus dikuasai seorang calon guru Bahasa Indonesia.

6 MANFAAT: 1.Mengetahui dan memahami ilmu kalimat mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat 2.Mengetahui keberterimaan sebuah kalimat.

7 Semantik Sintaksis Morfologi Fonologi Tata bahasa (Gramatika) Bukan Gramatika LINGUISTIK

8 FONOLOGI TATARAN LINGUISTIK WACANA SINTAKSIS MORFOLOGI SEMANTIK FON FONEM MORFEM KATA KALIMAT KLAUSA FRASA MAKNA

9 Bidang Kajian Sintaksis Kata Frasa Klausa Kalimat

10 Pengertian Sintaksis 1. Secara Etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi istilah sintaksis yaitu: menempatkan bersama-sama pada kata- kata menjadi kelompok kata (kalimat).

11 2 Ramlan (1976:57) menyebutkan bahawa sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat. 3 Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.

12 4 Arifin dan Junaiyah (2008:1) bahwa sintaksis membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan. 5 Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dan satuan – satuan yang lebih besar, atau antar satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.

13 Pertemuan Ke -2 FRASAPengertian FrasaSifat FrasaCiri-Ciri FrasaSifat FrasaKlasifikasi FrasaPerbedaan Frasa dengan Kata Majemuk

14 Pengertian Frasa  Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.  Menurut Abdul Chaer (2009:39) frasa dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi sintaksis.

15  Menurut Zaenal Arifin (2008:18) Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif  Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa frasa merupakan satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang sifatnya nonpredikatif. tetapi dapat menduduki unsur S, P, O, Pel, atau Ket

16 Pengertian Satuan Gramatik Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal maupun gramatikal Arti leksikal adalah makna yang terkandung dalam kata Arti gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik

17 Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal. Bersifat non-predikatif.

18 KONSTRUKSI FRASA: 1.kata + kata (sedang + mandi) 2.kata + frasa (yang + akan datang) “ bisa disisipkan kata yang” 3.frasa + frasa (baju baru + anak itu) 4.kata + klitika (buku + nya)

19 PERBEDAAN FRASA DENGAN KATA MAJEMUK FRASA Tidak membentuk makna baru Dapat disisipi unsur lain KATA MAJEMUK Membentuk makna baru Tidak dapat disisipi unsur lain Gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan, diganti, dipertukarkan, diimbuhkan kecuali sekaligus

20 Klasifikasi Frasa 1.Berdasarkan persamaan distribusi unsur- unsurnya 2.Berdasarkan inti kata 3.Berdasarkan distribusi kelas kata

21 Klasifikasi Frasa Ditinjau dari Persamaan Distribusi 1. Frasa Endosentris Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya. 2. Frasa Eksosentris Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi sama dengan frasanya.

22 Frasa Endosentris Koordinatif Atributif Apositif

23 . Frasa endosentris koordnatif Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata “dan, atau” suami istri, kakek nenek, adik kakak, dsb.

24 . Frasa endosentris atributif Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan oleh kata penghubung “dan, atau”. Buku baru, sedang belajar, belum bekerja

25 Frasa Endosentris Apositif Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata “dan,atau”. 1.Amin, anak Pak Darto sedang belajar. 2.Anak Pak Darto sedang membaca. 3.Amin sedang membaca.

26 Frasa Eksosentris direktif nondirektif

27 Frasa Eksosentris Direktif (Frasa Preposisional) Umumnya berfungsi sebagai keterangan. 1.Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada dinding 2.Asal arah, seperti : dari kampung, dari sekolah 3.Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras 4.Tujuan arah, seperti : ke Lampung 5.Menunjukan peralihan, seperti : kepada saya, (percaya) kepada Tuhan 6.Perihal, seperti : tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya 7.Tujuan, seperti : untukmu, buatku 8.Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab, gara- gara kamu 9.Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu Umumnya berfungsi sebagai keterangan. 1.Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada dinding 2.Asal arah, seperti : dari kampung, dari sekolah 3.Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras 4.Tujuan arah, seperti : ke Lampung 5.Menunjukan peralihan, seperti : kepada saya, (percaya) kepada Tuhan 6.Perihal, seperti : tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya 7.Tujuan, seperti : untukmu, buatku 8.Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab, gara- gara kamu 9.Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu

28 Frasa Eksosentris Nondirektif (Frasa Articula/Kata Sandang) Frasa Eksosentris Nondirektif (Frasa Articula/Kata Sandang) 1.Aku bertanya kepada (si) terdakwa. 2.(Sang) kekasih rupanya sudah pergi.

29 Klasifikasi Frasa Berdasarkan Kelas Kata 1.Frasa Nominal (Frasa Benda) 2.Frasa Verbal (Frasa Kerja) 3.Frasa Ajektival (Frasa Sifat) 4.Frasa Pronominal (Frasa Ganti) 5.Frasa Numeral (Frasa Bilangan) 6.Frasa Preposisional/Adverbial (Frasa Depan)

30 Frasa Nominal Baju baru Gadis cantik Ayah ibu Gedung sekolah Kapal laut Cincin emas Perusahaan batik Dua orang petani Koran kemarin pagi Beras dari cianjur Telur tiga butir Si Ahmad Sang Pangeran

31 Frasa Verbal  sedang mandi  akan datang  tidak berangkat  tertawa keras  belajar berjalan  sedang mandi  akan datang  tidak berangkat  tertawa keras  belajar berjalan

32 Frasa Preposisional  ke depan  dari pasar  untuk mama  kepada bawahan  di sekolah  ke depan  dari pasar  untuk mama  kepada bawahan  di sekolah

33  Cantik sekali  Sungguh elok  Amat pandai  Terlalu besar  Masih malu-malu  Cantik sekali  Sungguh elok  Amat pandai  Terlalu besar  Masih malu-malu Frasa Adjektival

34 Klasifikasi Frasa Berdasarkan Inti Kata Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti kata sama dengan pengelompokan atas kelas katanya. Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak unsur inti di dalam frasa tersebut. Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke dalam endosentrik, sementara yang tidak memiliki inti dikelompokkan ke dalam eksosentrik.

35 FRASA IDIOMATIK Frasa Idiomatik Frasa yang berbentuk ungkapan Contoh : Bergaul dengannya cukup makan hati. Amir tangan kanan direktur perusahaan.

36 KLAUSA  Pengertian Klausa  Ciri-Ciri Klausa  Jenis-Jenis Klausa  Hubungan antar Klausa Koordinatif dan Subordinatif

37 Pengertian Klausa Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat. Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K). Hasan Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung unsur predikasi.

38 Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang sekurang- kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi atau tersusun atas predikator dan argumen, belum disertai oleh intonasi akhir pada ragam lisan atau tanda baca (tanda titik, tanda seru, tanda tanya) pada ragam tulisan (Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan).

39 Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda klausa adalah P.

40 Ciri-Ciri Klausa a.Merupakan kelompok kata b.Memiliki unsur predikat c.Satu klausa memiliki satu predikat d.Di dalam klausa mungkin terdapat frasa, tetapi di dalam frasa tidak mengandung klausa e.Berpotensi menjadi sebuah kalimat f.Sekurang-kurangnya mengandung satu subjek

41 Unsur-Unsur Klausa 1.Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K) 2.Unsur Kategorial Klausa 3. Unsur Peran Klausa Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang menjadi inti frasa. Kategori frasa menduduki masing-masing unsur fungsional klausa. Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur fungsional.Unsur peran ini berkaitan dengan makna gramatikal/sintaksis. (pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)

42 Klasifikasi Klausa berdasarkan struktur intern klausa lengkapklausa tidak lengkap berdasarkan ada tidaknya unsur negasi klausa positifklausa negatif berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P klausa nominalklausa verbal klausa adjektival klausa numeral klausa preposisionalklausa pronominal berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat klausa bebasklausa terikat berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat klausa atasanklausa bawahan

43 Jenis-Jenis Klausa 1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya a. Klausa Lengkap Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P. b. Klausa tidak lengkap Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

44 2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi a. Klausa positif Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh : Paman berlibur ke Bali b. Klausa negatif Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P. contoh: Paman tidak berlibur ke Bali Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)

45 3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P a. Klausa Nominal Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa Nomina. Contoh: Dia seorang dokter b. Klausa verbal Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verbal. Contoh: Dia sedang membantu para korban banjir c. Klausa adjektival Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektival. Contoh: 1) Adiknya sangat gemuk 2) Hotel itu sudah tua

46 d. Klausa Numeral Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan orang e. Klausa preposisional Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja f. Klausa Pronominal Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk pronomina. Contoh: 1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah 2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya

47 4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat a. Klausa bebas Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor b. Klausa terikat Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor

48 5. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kriteria Tatarannya dalam Kalimat a. Kalusa Atasan Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang lain Contoh: Ketika paman datang, kami sedang belajar. Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu: “Kami sedang belajar” b. Klausa Bawahan Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa Contoh : Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman datang.”

49 Analisis Klausa berdasarkan makna unsur-unsur dan struktur intern a.Makna Unsur Pengisi P 1)Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan” 2)Menyatakan makna “Keadaan” 3)Menyatakan makna “Keberadaan” 4)Menyatakan makna “pengenal/identitas” 5)Menyatakan makna “jumlah” 6)Menyatakan makna “perolehan” 7)Menyatakan makna “Proses” 8)Menyatakan makna “Kejadian” 9)Menyatakan makna “Pemilikan” 10)Menyatakan makna “Kuantitas”

50 b.Makna Unsur Pengisi S 1.Menyatakan makna "pelaku" 2.Menyatakan makna "alat" 3.Menyatakan makna "sebab" 4.Menyatakan makna "penderita" 5.Menyatakan makna "hasil" 6.Menyatakan makna "tempat" 7.Menyatakan makna "penerima” 8.Menyatakan makna "pengalaman" 9.Menyatakan makna "dikenal" 10.Menyatakan makna "terjumlah“ 11.Menyatakan makna “Sasaran” 12.Menyatakan makna “Penanggap” 13.Menyatakan makna “Pengguna” 14.Menyatakan makna “Penyerta” 15.Menyatakan makna “Sumber” 16.Menyatakan makna “Jangkauan” 17.Menyatakan makna “Ukuran”

51 c. Makna Unsur Pengisi O 1. Menyatakan makna "penderita" 2. Menyatakan makna "penerima" 3. Menyatakan makna “tempat” 4. Menyatakan makna "alat" 5. Menyatakan makna "hasil"

52 e. Makna Unsur Pengisi PEL 1. Menyatakan makna "penderita". 2. Menyatakan makna "alat". f. Makna Unsur Pengisi KET 1. Menyatakan makna "tempat" 2. Menyatakan makna "waktu" 3. Menyatakan makna "cara” 4. Menyatakan makna "peserta/penyerta" 5. Menyatakan makna "alat (dengan)"

53 6. Menyatakan makna "sebab" 7. Menyatakan makna "pelaku" 8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas" 9. Menyatakan makna "perbandingan" 10. Menyatakan makna "perkecualian“ 11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)” 12. Menyatakan makna “kesalingan” 13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)” 14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)” 15. Menyatakan makna “perlawanan” 16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik, terang, redup, dsb)” 18. Menyatakan makana “modalitas”

54 HUBUNGAN ANTARKLAUSA 1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara) Contoh: Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan. 2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat) Contoh: Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun. S P O Pel S P Catatan: untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan pada klausa tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara maka hubungan klausa tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang digunakan yaitu konjungsi kalimat majemuk bertingkat, maka hubungan antarklausa bersifat subordinatif.

55 KALIMAT  Pengertian Kalimat  Ciri-ciri Kalimat  Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat)  Ciri-ciri Unsur Kalimat  Klasifikasi Kalimat  Pola Kalimat  Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran  Kalimat Efektif

56 Pengertian Kalimat Menurut Abdul Chaer (2009:44) kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.

57 Satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun (Ida Bagus Putrayasa, 2010:20). Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil dan mengandung pikiran lengkap (Sutan Takdir Alisyahbana (1993:72).

58 Menurut Zaenal Arifin (2008:54) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

59 Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. 1)Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. 2)Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. 3)Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. CIRI - CIRI KALIMAT

60 Kesenyapan awal berupa huruf kapital Kesenyapan tengah berupa tanda koma (,), tanda titik koma ( ;), tanda titik dua (:) Kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita (.), tanya (?), intonasi perintah (!), dan intonasi kagum.

61 1.Subjek(S) 2.Predikat(P) 3.Objek(O) 4.Pelengkap(Pel) 5.Keterangan(K) 1.Subjek(S) 2.Predikat(P) 3.Objek(O) 4.Pelengkap(Pel) 5.Keterangan(K) JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS (UNSUR-UNSUR KALIMAT)

62 Ciri-Ciri Unsur Kalimat 1.Subjek a.S selalu mendahului P b.Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa c.Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti d.Disertai kata itu, ini, dan tersebut e.Didahului kata bahwa f.Tidak didahului preposisi g.Mempunyai keterangan pewatas yang h.Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.

63 2. Predikat a.Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana. b.Secara morfologis P sering ditandai prefiks me-, di-, dan ber-. c.Predikat disertai kata adalah, menjadi, jadi, atau merupakan d.Predikat dapat diingkari e.Predikat dapat disertai kata keterangan aspek

64 f. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas g. Predikat dapat didahului kata yang h. Predikat dapat berupa: 1)kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan), 2)kata kerja / frase verbal, 3)kata sifat / frase adjektival, 4)kata bilangan / frase numeral, 5)kata depan / frase preposisional. i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan, perintah, atau pertanyaan.

65 3. Objek Objek, adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Contoh:  Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O)  Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O)  Adi mengunjungi Pak Rustam.  Ayah memakan mangga.  Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O)  Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)

66 4. Pelengkap Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu: NOOBJEKPELENGKAP 1Berwujud nomina atau klausa. Contoh: Ia mempelajari matematika. Berwujud nomina, verba, adjektiva, frasa, preposisi, atau klausa. Contoh: Ia belajar matematika. 2Berada langsung di belakang predikat. Contoh: Ia membaca sebuah cerita. Berada langsung di belakang P jika tak ada O dan di belakang O jika ada O. Contoh: Ia menjadi tentara. Ia membacakan adik sebuah cerita.

67 NOOBJEKPELENGKAP 3Dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Ayah memakan roti. Roti dimakan ayah Tidak dapat menjadi S akibat pemasifan. Contoh: Adik belajar matematika. Matematika diajar adik. 4Dapat diganti dengan pronomina – nya. Contoh: Ibu menjual baju. Ibu menjualnya. Tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali kombinasi preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh: Ibu berjualan baju. Ibu berjualannya. Adik bercerita tentang hal itu. Adik bercerita tentangnya.

68 5. Keterangan Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat suka rela atau tidak wajib. Contoh : – Dia memotong rambutnya di kamar. – Di kamar, dia memotong rambutnya. – Dia di kamar memotong rambutnya.

69 Kalimat Susunan S-P-nya Normal Inversi Kelengkapan unsurnya Mayor Minor Maksud penuturnya Deklaratif Interogatif Imperatif Eksklamatif Jumlah klausa Tunggal Majemuk Proporsinya Sederhana Luas Kategori Pengisi P-nya NominalVerbal Aktif Transitif Intransitif pasif KLASIFIKASI KALIMAT

70 POLA KALIMAT Pola kalimat dasar adalah: S - P: Suara Tia merdu. Adikku menangis. Struktur kalimat dasar 1.KB + KB 2.KB + KK 3.KB + KS 4.KB + K Bilangan 5.KB + K Depan

71 Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di antaranya: P – S: Habis sudah harapannya. S - P - O: Badai Tsunami mengguncang Asia. S - P - K: Kereta Bima sudah bersiap di Jalur 4. S - P - O - Pel: Kus memberi adik sebuah boneka DORA.

72 Contoh Pola Kalimat Fungsi Tipe SubyekPredikatObjekPelengkapKeterangan 1. S-POrang itusedang tidur--- Sayamahasiswa--- 2. S-P-OAyahnyamembelimobil baru-- Ranimendapathadiah-- 3. S-P-PelBeliaumenjadi-ketua koperasi- Pancasilamerupakan-dasar negara kita- 4. S-P-KetKamitinggal--di Jakarta Kecelakaan ituterjadi--minggu lalu 5. S-P-O-PelDiamengirimiibunyauang- Dianmengambilkanadiknyaair minum- 6. S-P-O-KetPak Radenmemasukkanuang-ke bank Beliaumemperlakukankami-dengan baik

73 CATATAN Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan kalimat dasar. Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa segi: 1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni 2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang diperluas dengan berbagai keterangan 3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang berubah susunannya

74 S dan P merupakan inti dalam sebuah kalimat. Kalimat inti adalah kalimat yang di dalamnya mengandung inti kalimat yaitu S dan P. Kalimat inti sering disebut kalimat sederhana Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun atas beberapa unsur inti (mengandung unsur inti (S dan P) dan unsur tambahan (O, Pel, K)).

75 FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN FUNGSISPOPelK KATEGORINVNNF Adverbia PERANPelakuPekerjaanSasaran Tempat/ Waktu/ Keadaan/ Sifat CONTOH PamanmembelikanRiantibukukemarin sore

76 KALIMAT EFEKTIF  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar /pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010:172).  Menurut Kreaf (1980:36), kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi dua syarat sebagai berikut. a.Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis. b.Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan pembicara atau penulis.

77  Menurut Razak (1985:2), kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna, mampu membuat isi atau maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan oleh pembicara (penulis).  Menurut Arifin (1987:111), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau penulis.

78 Syarat Kalimat Efektif Kesepadanan/ Kesatuan struktur Keparalelan bentuk Ketegasan makna (penekanan) Kehematan kata Kecermatan penalaran (Kecermatan) Kepaduan gagasan (koherensi) Kelogisan bahasa

79 1 1 Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa Cirinya: a)Memiliki subjek dan predikat yang jelas b)Tidak terdapat subjek ganda c)Menggunakan kata penghubung yang tepat d)Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang” 2 2 Kesamaan bentuk yang digunakan dalam kalimat Kesepadanan struktur Keparalelan bentuk 3 3 Perlakuan penonjolan pada pokok ide kalimat Ketegasan makna Caranya: a)Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat b)Membuat urutan kata yang bertahap c)Melakukan pengulangan kata d)Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan e)Menggunakan partikel penekanan

80 4 Tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu Caranya: a)Menghilangkan pengulangan subjek b)Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata c)Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat d)Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak Kehematan kata 5 Tidak menimbulkan tafsiran ganda Kecermatan penalaran 6 Memberikan pernyataan padu, sehinga informasi tidak terpecah Kepaduan gagasan Cirinya: a)Tidak bertele-tele b)Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib c)Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara predikat dan objek 7 Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai ejaan yang berlaku Kelogisan bahasa

81 1.Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. (tidak hemat) 2.Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak logis) 3.Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (tidak tepat) 4.Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. (tidak paralel) 5.Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi. (tidak padu) 6.Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (tidak sepadan)

82 SINTAKSIS

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128


Download ppt "SINTAKSIS BAHASA IND 0 NESIA SEMESTER III - A Dosen: Lestari Waruwu,S.Pd.,M.Pd. HP/WA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google