Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MANAJEMEN IKAN HIAS IKAN KOMET “Carassius Auratus” MUHAMMAD ZAINAL ARIFIN SYIFHA AMALIA SISKA YULIA.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MANAJEMEN IKAN HIAS IKAN KOMET “Carassius Auratus” MUHAMMAD ZAINAL ARIFIN SYIFHA AMALIA SISKA YULIA."— Transcript presentasi:

1 MANAJEMEN IKAN HIAS IKAN KOMET “Carassius Auratus” MUHAMMAD ZAINAL ARIFIN SYIFHA AMALIA SISKA YULIA

2 POKOK BAHASAN SEJARAH IKAN KOMET JENIS-JENIS IKAN KOMET MORFOLOGI IKAN KOMET CARA BUDIDAYA IKAN KOMET KLASIFIKASI IKAN KOMET REPRODUKSI IKAN KOMET KEBIASAAN HIDUP IKAN KOMET PENYAKIT IKAN KOMET SIKLUS HIDUP IKAN KOMET

3 Ikan Mas Komet ( Carassius Auratus ) atau biasa dipanggil ikan komet memiliki ciri fisik yang sangat khas dari ikan lain, bentuknya yang sedikit agak memanjang dengan ekor yang biasanya panjang gemulai menjadi pembeda dengan ikan lainnya. Ikan Mas Komet termasuk ikan yang dihidup diperairan dangkal yang airmya mengalir pelan dan sejuk. PENDAHULUAN

4 Untuk asal mula nya ikan komet memiliki 2 versi, yaitu sebagai berikut : Ikan berpostur ramping ini pertama kali dibudidayakan oleh masyarakat Cina pada tahun 1729. Awalnya bentuk ikan komet ini seperti ikan Mas koki. Karena kedua jenis ikan mas ini masih berkerabat, yakni dari keluarga Cyprinidae, padazaman dinasti Ming ( tahun 1368 – 1644 ) popularitas ikan komet makin menanjak. Setelah itu, penyebaran ikan komet berkembang sampai ke Negeri Sakura. SEJARAH IKAN KOMET VERSI 1

5 Untuk asal mula nya ikan komet memiliki 2 versi, yaitu sebagai berikut : Ikan komet dikembangkan di Amerika sekitar akhir abad ke-19. Nama komet sendiri diambil dari nama benda angkasa yaitu komet halley. Ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan ikan mas koki. Dengan harga yang murah, ikan komet banyak diminati oleh konsumen ikan hias. SEJARAH IKAN KOMET VERSI 2

6 Menurut Goenarso (2005), klasifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut : Kingdom: Animalia Filum : Chordata Class : Actinopterygii Famili : Cyprinidae Ordo : Cypriniformes Genus : Carassius Spesies : Carassius auratus KLASIFIKASI IKAN KOMET

7  Ikan komet memiliki keindahan warna, bentuk tubuhnya yang unik, serta gerak gerik yang unik  Morfologi ikan komet relatif menyerupai dengan morfoligi ikan mas, karakteristik yang membedakan dari ikan komet dengan ikan mas adalah bentuk siripnya.  Ikan komet memiliki bentuk sirip yang lebih panjang dari ikan mas, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip.  Secara umum ikan komet mempunyai tubuh Bilateral Simetris.  Bentuk tuuh ikan komet cenderung memanjang, memipih tegak atau dikenal dengan istilah comprossed.  Mulut ikan komet ada pada bagian tengah ujung, kepala terminal atau berada tepat di ujung hidung. MORFOLOGI IKAN KOMET

8  Pada wilayah inferior mulut ikan komet terdapat dua pasang sungut.  Sirip ekor pada ikan komet berbentuk berlekuk tunggal.  Sirip pungung ikan komet agak memanjang.  Sirip punggung pada ikan komet bersebrangan dengan permukaan sirip perutnya.  Sirip perut ini cenderung berdekatan dengan sirip dada.  Pada sirip dada ikan komet sering dijumpai operculum dan properculum.  Sirip pada duburnya memiliki layaknya sirip punggung dan berjari jari keras dan pada bagian akhirnya sirip berubah bergerigi.  Pada linear lateralis atau gurat isi ikan komet digolongkan lengkap. MORFOLOGI IKAN KOMET

9 Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. (Gursina, 2008). REPRODUKSI IKAN KOMET

10  Sifat telur ikan komet adalah menempel pada substrat.  Telur ikan komet berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm dan berbobot 0,17 – 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk.  Embrio akan tumbuh didalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur- telur akan menetas dan menjadi larva.  Larva ikan komet mempunyai kantung kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. REPRODUKSI IKAN KOMET

11  Larva ikan komet bersifat menempel dan bergerak vertikal.  Ukuran larva antar 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.  Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari.  Pada sadia kebul ini, ikan komet memerlukan pasoka makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya.  Pada alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia.  Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari yaitu sekitar 60-70% dari bobotnya.  Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot berekornya sekitar 100gram. REPRODUKSI IKAN KOMET

12 Siklus hidup ikan komet dimulai dari perkembangan didalam gonad ( ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, dihabitat aslinya, ikan komet sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang (Antonim, 2009) SIKLUS HIDUP IKAN KOMET

13 Kebiasaan hidup ikan komet dialam aslinya yaitu di sungai, danau dan lain lambat atau masih menggerakan tubuh air di kedalaman sampai dengan 20 meter. Di habitat aslinya ikan komet tinggal di iklim substropis dan lebih suka air tawar dengan pH 6,0-8,0, dengan kesadahan air sebesar 5,0 – 19,0 DGH, dan rentang temperatur 0-41 0 C. Makanan ikan komet terdiri dari crustacea, serangga, dan bahan tanaman. Ikan komet bertelur pada vegetasi air. Hidup disungai-sungai, danau, kolam dan saluran air dengan air tergenang dan lambat mengalir. Ikan komet merupakan ikan euryhaline yang mampu hidup pada salinitas 17 ppt, tetapi tidak mampu bertahan lama pemaparan 15 ppt (Anonim, 2009) KEBIASAAN HIDUP IKAN KOMET

14 Ikan Komet Merah Slayer – Red SlayerIkan Komet Merah – Red MerahIkan Komet Sara – Sara CometIkan Komet Hitam Putih – Komet Black WhiteIkan Komet Merah Hitam – Komet Red BlackIkan Komet Common – Common KometIkan Komet MarigoldIkan Komet Shubukin Merah – Red Shubukin JENIS – JENIS IKAN KOMET

15 Ikan Komet ShubukinIkan Komet Hitam – Black KometIkan Komet Sarasa – Sarasa KometIkan Komet YellowIkan Komet TanchoIkan Komet Harimau – Tiger Yellow KometfishIkan Komet Red CalicoIkan Komet Rain Garden JENIS – JENIS IKAN KOMET

16 Ikan Komet Merah Slayer – Red Komet Slayer Ikan Komet Merah – Red Komet JENIS – JENIS IKAN KOMET

17 Ikan Komet Sara – Comet Sara Ikan Komet Hitam Putih – Komet Black White JENIS – JENIS IKAN KOMET

18 Ikan Komet Merah Hitam – Komet Red Black Ikan Komet Common – Common Comet JENIS – JENIS IKAN KOMET

19 Ikan Komet Marigold Ikan Komet Shubukin Merah – Red Shubukin JENIS – JENIS IKAN KOMET

20 Ikan Komet Shubukin – Komet Shubukin Ikan Komet Hitam – Black Comet JENIS – JENIS IKAN KOMET

21 Ikan Komet Sarasa – Sarasa Komet Ikan Komet Yellow JENIS – JENIS IKAN KOMET

22 Ikan Komet Tancho Ikan Komet Harimau – Tiger Yellow Cometfish JENIS – JENIS IKAN KOMET

23 Ikan Komet Red CalicoIkan Komet Rain Garden JENIS – JENIS IKAN KOMET

24 Penyakit bintik putih atau white spot merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ikan dan tergolong sulit diberantas. Penyebab penyakit ini adalah sejenis protozoa yang diberi nama Ichtyopthirius multifilis sehingga sering juga disebut penyakit ich. Protozoa tersebut bersarang dan menyerang lapisan lendir dikulit, sirip, dan insang ikan. Serangan parasit ini dapat menyebabkan pendarahan pada sirip dan insang ikan. Penyakit ini dengan sangat mudah menular kepada ikan-ikan yang lain. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 1. Penyakit Bintik Putih (White Spot)

25 Gejala-gejala yang ditimbulkan Adanya bintik-bintik putih pada tubuh Frekuensi pernafasan meningkat Warna badan pucat Sering mengambil udara dipermukaan air Malas berenang Sering menggosok-gosokan tubuh pada benda kelar seperti lantai dan dinding aquarium Lendir tubuh semakin banyak Sering mengapung dipermukaan air JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET

26 Gambar White Spot (Ichthyophthirius multifiliis)

27 Jamur Achlya dan Saprolegnia adalah penyebab penyakit ini yang menyerang hampir seluruh jenis ikan. Kedua jamur tersebut berbentuk benang-benang halus yang berwarna putih kecoklatan. Tumbuh pada lingkangan yanga kotor dan mempunyai kandungan bahan organik tinggi. Jamur sering tumbuh disekitar luka pada tubuh ikan. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 2. Infeksi jamur

28 Gejala-gejala yang ditimbulkan Tubuh ikan kurus Tumbuh benang-benang halus disekitar luka yang terdapat pada tubuh ikan JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET Gambar Saprolegnia

29 disebabkan oleh bakteru yang menyerang bagian sirip yang memang sudah terluka. Serangannya dapat menyebabkan sirip ekor busuk sehingga yang tertinggal hanya bagian dekat pangkal ekor. Sering pula serangan bakteri ini diikuti dengan serangan penyakit lain yang menyebabkan kondisi ikan semakin parah. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 3. Busuk Sirip

30 Protozoa Trichodimiasis domerguel adalah penyebab penyakit gatal pada ikan. Menyerang ikan daya tahan tubuhnya sedang menurun karena, stress, dan juga sakit. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 4. Gatal

31 Gejala-gejala yang ditimbulkan Tampak bintik-bintik putih keabu-abuan pada bagian tubuh ujan terutama kepala dan punggung Nafsu makan hilang Ikan kurus dan lemah Lendir bertambah banyak sehingga ikan tampat mengkilat Pendarahan pada bagian tubuh ikan Sering menggantung dipermukaan air JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET

32 Penyakit busuk insang disebabkan oleh sebangsa jamur. Tergolong penyakit berbahaya yang menyebabkan kerugian besar karena terjadinya kematian masal pada ikan. Hidup pada lingkungan kotor dan mengandung bahan organik tinggi. Pengobatannya belum diketahui sampai sekarang, yang dilakukan adalah menjaga kualitas air agar tetap bersih dan memenuhi persyaratan hidup ikan. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 5. Busuk Insang

33 Disebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat alat yang menyerupai jangkar. Dengan jangkar ini binatang tersebut dapat menempelkan dirinya ketubuh ikan. Cacing jangkar (Lernea sp.) menempel keras dan menghisap cairan tubuh ikan sehingga bagian tubuh yang tertusuk akan mengalami luka dan pembengkakan. Luka ada tubuh dapat menyebabkan terinfeksi penyakit lain. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 6. Cacing Jangkar

34 Gejala-gejala yang ditimbulkan Tubuh ikan menjadi kurus Luka atau pembengkakan bagian tubuh Cacing jangkar dewasa yang menempel ditubuh ikan akan terlihat dengan mata telanjang JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET

35 Kutu ikan mempunyai bentuk oval atau bukat pipih dan berwarna bening. Kutu ikan mempunyai alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang, kulit, sirip, dan menghisap sari makanan dari tubuh ikan. Kutu ikan atau Arugulus indicus tidak menyebabkan kematian pada ikan, tetapi lama kelamaan ikan akan menjadi kurus dan lemah, sehingga akan mudah terserang penyakit oleh parasit lain. Kait kutu air air dapat menimbulkan lubang kecil yang dapat menyebabkan infeksi JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 7. Kutu Ikan

36 Gejala-gejala yang ditimbulkan Tubuh ikan menjadi kurus Gerakannya lemah Bekas gigitan terlihat berwarna kemerahan Bila dalam jumlah banyak akan terlihat disekitar insang dan sirip ikan JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET

37 MAS adalah singkatan dari Motil Aeromonas Septicemia yaitu peyakit yang disebabkan oleh bakteri yang memiliki nama Aeromonas sp. Penyakit ini masuk kedalam golongan penyakit yang berbahaya dan mudah menular yang menyebabkan kematian ikan secara masal. Bakteri tersebut hidup pada air kotor yang mengandung bahan organik tinggi. JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET 8. Penyakit MAS

38 Gejala-gejala yang ditimbulkan Warna tubuh ikan berubah menjadi gelap Timbul luka-luka dan pendarahan pada kulit Gerakan ikan menjadi lambat, lemah, dan mudah ditangkap Kulit menjadi kasap Ikan sering berada dipermukaan air Ikan tampak sulit bernafas Insang berwarna keputihan JENIS-JENIS PENYAKIT PADA IKAN KOMET

39 Bicara soal pemijahan tidak dapat lepas dari media pemijahan. Yang sesuai dengan ikan komet yaitu :  Wadah dengan ukuran 60x40x40.  Dengan bentuk persegi panjang,  Sebaiknya air untuk pemijahan ini dari air sumur yang telat diendapkan semalam. Sambil diinapkan air juga diaeratur agar kandungan oksigen dalam air bertambah  Jangan lupa juga siapkan substrat beruba plastik bening untuk meletakan telur telur ikan komet nanti jika mereka bertelur. CARA BUDIDAYA IKAN KOMET

40 Calon induk, yang telah siap dapat dilihat dengan tanda tanda sebagai berikut: Pada sirip dada ada bintik-bintik bulat menonjol dan apabila diraba jadi kasar Induk yang telah masak apabila diurut pelan kearah lubang genital bisa keluar cairan berwarna putih, Pada sirip dada ada bintik-bintik dan jadi halus apabila diraba Apabila diurut, keluar cairan kuning bening, pada induk yang telah masak perut jadi lembek dan lubang genital kemerah merahan. Ciri- ciri lain dari ikan komet tersebut siap yaitu, kedua induk saling mendekat atau biasaya induk jantan akan mengejar ngejar betina dan mendekat. CARA BUDIDAYA IKAN KOMET INDUK JANTAN : INDUK BETINA :

41

42 Telur yang akan menetas setelah umur 2-3 hari setelah dikeluarkan dari induk betina. Jumlah telur ikan komet sangat banyak hingga mencapai 1.000 ekor sekali pijah. Burayak yang baru menetas tidak usah diberi pakan selama 2 hari dikarenakan masih mempunyai persediaan egg yolk ditubuhnya. CARA BUDIDAYA IKAN KOMET PENETASAN TELUR

43 Perawatan burayak ikan mas komet setelah umur 3 hari, yakni dengan memberinya artemia yang telah dikultur sebelumya. Pemberian artemia secukupnya saja, karena jika terlalu banyak akan menumpuk dan mati yang menyebabkan kualitas air menjadi jelek yang pada akhirnya juga berpengaruh pada burayak. Setelah berumur 10 hari, burayak ikan komet dapat diberi makan kutu air saring. Dan di umur 15 hari kolam burayak harus sudah diberi aliran air yang halus agar sirkulasi oksigen ada. CARA BUDIDAYA IKAN KOMET PERAWATAN BURAYAK

44 CARA BUDIDAYA IKAN KOMET PERAWATAN BURAYAK Jenis PakanUmur Artemia3 hari – Pemeliharaan 1 minggu Dapnia1 – 2 minggu Cacing sutra2 – 4 minggu Jentik nyamukSampai Panen

45 Perbaikan performa reproduksi ikan komet (Carassius auratus auratus Linnaeus 1758) melalui pemberian tepung otak sapi sebagai GnRH alami menentukan dosis tepung otak sapi pada pakan yang berpengaruh terhadap performa telur dan fekunditas ikan komet. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental de- ngan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri atas 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu 20 mg kg-1 induk, 35 mg kg-1 induk, 50 mg kg-1 induk dan perlakuan kontrol. Parameter yang diamati yaitu sebaran telur, diameter telur, dan fekunditas relatif menggunakan metode gravimetrik. Data dianalisis menggunakan analisis keragaman dengan uji F untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Penambahan tepung otak sapi pada pakan sebanyak 50 mg kg-1 induk memberikan pengaruh dominan sebaran telur pada ukuran 1,01-1,5 mm sebesar 60%, diameter telur 0,90 mm, dan fe- kunditas relatif sebesar 67 butir g-1. Jurnal Pendukung Materi

46 PENGARUH JENIS SUBSTRAT PENEMPEL TELUR TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMIJAHAN IKAN KOMET (Carassius auratus) mengetahui jenis subsrat penempel telur yang memberikan pengaruh terbaik terhadap keberhasilan pemijahan ikan komet (Carassius auratus). dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental yang didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Jenis substrat penempel telur yang dipakai sebagai perlakuan yaitu, kayu apu (Pistia stratiotes), eceng gondok (Eicchornia crassipies), ganggang air (Hydrilla verticillata) dan tali rafia. Masing- masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 16 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah fertilitas, daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan komet (C. auratus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan substrat yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap keberhasilan tingkat pemijahan ikan komet (C. auratus). Nilai fertilitas dan kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada substrat eceng gondok (Eichornia crassipes), yaitu sebesar 86,15 % dan 88,30%. Nilai daya tetas tertinggi terdapat pada substrat kayu apu (P. stratiotes), yaitu sebesar75,56%. Kualitas air pada penelitian ini dicatat mempunyai nilai rata- rata: pH 7; suhu 28 o C; dan DO 4 mg/l.

47 EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN KOMET (Carassius auratus auratus) PADA SUHU YANG BERBEDA Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap embriogenesis telur ikan pelangi, waktu inkubasi telur ikan pelangi, dan suhu optimal untuk menghasilkan daya tetas maksimal telur ikan pelangi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015 di Unit Pengembangan Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Punten, Batu, Jawa Timur. Metode yang digunakan yaitu metode eksperimental. Variabel yang diamati adalah perkembangan embrio dan daya tetas telur ikan komet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap waktu perubahan fase embriogenesis dan waktu inkubasi telur ikan komet. Semua perlakuan suhu (22,5-29,5°C) merupakan suhu optimal pemeliharaan telur ikan komet.

48 Pengaruh Perbedaan Suhu Pemeliharaan terhadap Histopatologi Insang dan Kulit Ikan Komet (Carassius auratus) mengetahui pengaruh suhu pemeliharaan berbeda terhadap histopatologi insang dan kulit ikan Komet (Carassius auratus). Penelitian ini menggunakan 30 sampel ikan Komet yang dibagi menjadi tiga perlakuan suhu pemeliharaan, yaitu 25,0 0 C, 28,5 0 C, dan 32,0 0 C. Hasil penelitian memperlihatkan kerusakan jaringan pada kulit dan insang ikan komet pada perlakuan 32 0 C. Kerusakan pada jaringan kulit berupa nekrosis epidermis. Kerusakan jaringan insang berupa terlepasnya epitelium, hiperplasia lamella primer, dan hiperplasia lamella sekunder.

49 PENINGKATAN KUALITAS WARNA PADA IKAN KOMET (Carassius auratus) DENGAN PEMBERIAN DOSIS TEPUNG WORTEL YANG BERBEDA mengetahui dosis tepung wortel yang terbaik untuk meningkatkan kualitas warna pada ikan komet (Carassius auratus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan. Masing- masing perlakuan dosis tepung wortel yang diberikan P 1 0% (kontrol),P 2 5%, P 3 7% dan P 4 9%. Benih yang digunakan 3-4 cm ditebar dalam wadah akuarium dengan volume 15 L dan padat tebar setiap wadah yaitu 10 ekor. Pemeliharaan berlangsung selama 40 hari, frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari. Parameter yang diamati meliputi kualitas warna, bobot mutlak dan pertumbuhan panjang, tingkat kelulushidupan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada P 4 dosis tepung wortel 9% yang menghasilkan nilai kualitas warna 11,73, pertumbuhan bobot mutlak sebesar 1,59 g, pertumbuhan panjang mutlak 1,57 cm dan kelulushidupan ikan sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian tepung wortel dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kecerahan warna dan pertumbuhan ikan komet (Carassius auratus).

50 TIURMA YULITA SIHOMBING. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Komet (Carassius auratus). Dibimbing oleh INDRA LESMANA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan komet dan mengetahui suhu yang baik untuk pertumbuhan ikan komet. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu K (tanpa diusahakan suhu), T1 (260C), T2(290C) dan T3 (320C). Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan T2 dengan pertambahan panjang sebesar 2,4 cm dan peningkatan berat sebesar 7,42 gr, kemudian diikuti K dengan pertambahan panjang sebesar 2,0 cm dan peningkatan berat sebesar 5,45 gr, kemudian diikuti perlakuan T1 dengan pertambahan panjang sebesar 1,5 cm dan peningkatan berat sebesar 3,79 gr dan pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan T3 dengan pertambahan panjang sebesar 1,4 cm dan peningkatan berat sebesar 3,18 gr. Nilai kelangsungan hidup tertinggi selama pemeliharaan terdapat pada perlakuan T1 dan T2 sebesar 94,44%. Parameter pendukung kualitas air yang diperoleh adalah pH berkisar 7,0–7,6 dan DO berkisar 5,9 – 7,4 mg/l. Suhu kisaran normal untuk pemeliharaan ikan komet berkisar antara 27-300C, namun suhu yang terbaik untuk pertumbuhan ikan komet yaitu 290C. Perbedaan suhu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap kelangsungan hidup ikan komet.

51 EFISIENSI BIAYA PAKAN MELALUI PEMANFAATAN RAYAP POHON (Coptotermes sp.) DALAM PEMBESARAN IKAN MAS KOMET (Carassius auratus auratus) mengetahui pertumbuhan relatif ikan mas komet dengan persentasi pakan rayap dan pelet, rasio konversi pakan dan efisiensi pakan dari masingmasing perlakuan, dan menganalisis biaya pakan yang dikonsumsi. Perlakuan pada penelitian ini menggunakan pakan rayap dan pelet dengan persentase yang berbeda. Perlakuan A = rayap 20% : pelet 80%, B = rayap 40% : pelet 60% dan C = rayap 60% : pelet 40%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pakan rayap dan pelet memberikan pertumbuhan relatif yang lebih baik pada perlakuan A 0,42 gram, B 0,10 gram dan C 0,26 gram. Nilai FCR yang terbaik diperoleh oleh perlakuan A 2,04 diikuti oleh C 3,3 dan B 7,9. Begitu pula dengan nilai Efisiensi pakan nilai terbaik diperoleh oleh perlakuan A 51,6%, diikuti oleh C 29,58% dan B 11,02%. Nilai biaya pakan yang terendah didapat oleh perlakuan A Rp. 4.112,-, diikuti oleh C Rp. 4.496,- dan B Rp. 5.008,-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan rayap pohon sebesar 20% dapat menjadi pakan komplementer dalam pembesaran ikan komet.

52 Patologi Anatomi Ikan Komet (Carassius auratus auratus) Akibat Infestasi Argulus japonicus Jantan dan Betina Pada Derajat Infestasi yang Berbeda Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui perubahan atau kelainan pada kulit ikan komet yang disebabkan oleh ektoparasit Argulus japonicus jantan dan betina. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan patologi anatomi diolah dengan analisis statistik Analisis Variansi Rancangan Acak lengkap Pola Faktorial. Penelitian ini menggunakan dua kelompok perlakun yaitu kelompok satu menggunakan Argulus japonicus jantan dan kelompok dua menggunakan Argulus japonicus betina. Masing- masing kelompok menggunakan empat perlakuan dan lima ulangan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan patologi anatomi pada kulit ikan komet. Skoring dilakukan untuk menentukan derajat kerusakan patologi anatomi kulit ikan komet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infestasi ektoparasit Argulus japonicus jantan dan betina dapat mengakibatkan perubahan patologi anatomi pada ikan komet, tingkat kerusakan patologi anatomi ikan komet yang terjadi mengikuti derajat infestasi ektoparasit Argulus japonicus, perlakuan infestasi masing-masing Argulus japonicus jantan dan betina juga berpengaruh terhadap kerusakan patologi anatomi ikan komet, dan kondisi pemeliharaan ikan komet yang baik selama penelitian dapat meminimalkan pengaruh lain di luar pengaruh infestasi Argulus japonicus.

53 PERUBAHAN JARINGAN ORGAN IKAN KOMET (Carrasius auratus) YANG DI INFEKSI DENGAN Aeromonas hydrophila mengidentifikasi bakteri patogen pada ikan komet (Carassius auratus) dari toko ikan hias di Kota Bandar Lampung dan mengamati perubahan jaringan organ ikan yang terinfeksi oleh bakteri patogen tersebut. Perubahan jaringan organ seperti insang, jantung, hati, ginjal, otot dan usus diamati pada tingkat konsentrasi bakteri (105-108 CFU/ikan). Aeromonas hydrophila teridentifikasi sebagai bakteri patogen pada ikan komet. Perubahan gejala klinis dan jaringan organ menunjukkan kerusakan yang berbeda pada tingkat konsentrasi yang berbeda. Perubahan gejala klinis mulai tampak tetapi tidak diikuti dengan kerusakan jaringan organ terjadi pada konsentrasi bakteri 105 CFU/ikan. Kerusakan jaringan organ semakin parah dengan meningkatnya konsentrasi bakteri. Kerusakan jaringan organ kronis, sub akut dan akut dapat teramati dengan jelas pada perbedaan konsentrasi bakteri antara 106, 107dan 108 CFU/ikan. Infeksi Aeromonas hydrophila yang merugikan usaha penjualan ikan hias memerlukan tindakan penanggulangan seperti karantina, biosekuritas, vaksinasi dan pemberian probiotik atau prebiotik.

54 MAINTENANCE GOLD FISH (Carassius auratus) WITH DIFFERENT FEED ON RECIRCULATION SYSTEMS This study aimed to determine the effect of type of feeding is best to fish growth and survival of comets in the recirculation system. The method used in this study was a laboratory-scale experimental methods with experimental design completely randomized design (CRD) with three treatments were given treatment level is P1 = Tubifex sp, Moina sp = P2, and P3 = artificial Pellets. The best result was treatment P 1 treatment using feed tubifex sp absolute weight of 2.5 grams and a length of 3.8 cm absolute. Survival and body color comet fish best at using P2 feed moina sp.

55 TERIMA KASIH


Download ppt "MANAJEMEN IKAN HIAS IKAN KOMET “Carassius Auratus” MUHAMMAD ZAINAL ARIFIN SYIFHA AMALIA SISKA YULIA."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google