Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PERSINYALAN KERETA API
DASAR SISTEM PERSINYALAN KERETA API
2
Sistem Persinyalan Definisi dan Persyaratan Umum Sistem Persinyalan
Jenis-Jenis Sistem persinyalan Peralatan Utama Sistem Persinyalan Mekanik Peralatan Utama Sistem Persinyalan Elektrik Sistem Interlocking Prinsip-Prinsip Interlocking Elektrik Sistem Blok Persinyalan Mekanik Sistem Blok Persinyalan Elektrik Sistem Interlocking Modern
3
Definisi dan Persyaratan Umum Sistem Persinyalan
Sistem Persinyalan adalah suatu sarana untuk menjaga keselamatan dan mengatur operasi kereta api yang efisien dan efektif dengan jalan membagi ruang dan waktu Persyaratan umum sistem persinyalan adalah : Syarat utama sistem persinyalan yang harus dipenuhi adalah azas keselamatan (fail safe), artinya jika terjadi suatu kerusakan pada sistem persinyalan, kerusakan tersebut tidak boleh menimbulkan bahaya bagi perjalanan kereta api, (lampu traffic railway doesnt same with traffic railroad, direction of red,yellow,green bcs of birds ) Sistem persinyalan harus mempunyai keandalan tinggi dan memberikan aspek yang tidak meragukan, dalam hal ini aspek sinyal harus tampak dengan jelas pada jarak yang ditentukan, memberikan arti atau arti yang baku, mudah ditangkap dan mudah diingat (the choosing color of red,yellow,green based on color spectrum) Susunan penempatan sinyal - sinyal di sepanjang jalan rel harus sedemikian sehingga aspek menurut jalan rel harus sedemikian sehingga memberikan aspek menurut urutan yang baku, agar masinis dapat memahami kondisi operasional bagian petak jalan yang akan dilalui
4
Jenis-Jenis Sistem persinyalan
Sistem Persinyalan Mekanik Sistem Persinyalan Elektrik Sistem Persinyalan Relay Contoh : DRS-60 MIS-801 Sistem Persinyalan Hybrid GL-1 ANSALDO Sistem Persinyalan Electronic SSI VPI WESTRACE SIL-02 ALIESTER CARGO
5
Sistem Persinyalan Mekanik
Sistem Persinyalan mekanik merupakan sistem yang pada saat ini masih digunakan di beberapa lintas di Indonesia Sistem persinyalan mekanik ini dapat di kelompokan menjadi dua yaitu : Sistem Persinyalan Mekanik Tanpa Blok Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok Sistem persinyalan mekanik tanpa blok merupakan sistem persinyalan yang belum di rangkaikan dengan hubungan komunikasi blok antar stasiun Komunikasi antara stasiun dengan stasiun menggunakan komunikasi pesawat telepon blok, hal ini sangat mengandalkan kecermatan dan kehati-hatian dari PPKA yang melayani stasiun Sistem persinyalan mekanik dengan blok merupakan sistem persinyalan yang sudah dirangkaikan dengan hubungan komunikasi blok antar stasiun
6
Peralatan Utama Sistem Persinyalan Mekanik
7
Sistem Persinyalan Mekanik Tanpa Blok
Hendel Krian
8
Sistem Persinyalan Mekanik Tanpa Blok
Sinyal Krian
9
Sistem Persinyalan Mekanik Tanpa Blok
Wesel Terlayan Setempat
10
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Perkakas Hendel S & H dengan Hubungan Blok
11
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Sinyal Mekanik
12
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Wesel Terlayan Terpusat
13
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Penempatan Tiang Sinyal
14
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Tanda wesel terlayan terpusat
15
Sistem Persinyalan Mekanik dengan Blok
Layout wesel mekanik
16
Sistem Persinyalan Elektrik
17
Sistem Persinyalan Elektrik
Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka sistem persinyalan ikut mengalami kemajuan yang pesat yakni dari sistem persinyalan mekanik menjadi sistem persinyalan elektrik Secara umum sistem persinyalan elektrik dapat dikelompokkan menjadi: Peralatan-peralatan dalam, terdiri atas: Sistem Interlocking, suatu sistem yang melakukan pemrosesan perintah - perintah pembentukan rute, sinyal dan pembalikan wesel, dengan mempertimbangkan syarat-syarat keamanan yang telah terpenuhi di emplasemen maupun di petak blok Local Control Panel, meja pelayanan yang dipergunakan untuk melayani dan mengendalikan seluruh bagian peralatan sinyal, baik yang ada di emplasemen (peralatan luar) maupun yang ada di dalam ruangan (peralatan dalam) untuk mengatur dan menyelenggarakan pengamanan keluar masuknya kereta api di emplasemen, yang seluruh indikasinya dapat dideteksi dari panel tersebut
18
Sistem Persinyalan Elektrik
Peralatan-peralatan luar yang terdiri atas: Sinyal-sinyal dengan aspek hijau, kuning, merah, putih, yang berfungsi memberikan informasi kepada masinis supaya berjalan langsung, mengurangi kecepatan, berhenti atau informasi lainnya yang telah baku sesuai dengan indikasi yang diberikan Motor wesel (Point Machine), yang berfungsi untuk mengatur kereta api agar berjalan pada rel atau track yang telah ditentukan Pendeteksi bakal pelanting (track circuit, axle counter) dan peralatan antar muka (interface), yang berfungsi mendeteksi keberadaan bakal pelanting, yang selanjutnya melaporkannya ke pusat sistem interlocking untuk pengamanan dan pengaturan perjalanan kereta api selanjutnya Peralatan-peralatan pendukung, antara lain terdiri atas: Sistem catu daya : PLN, Uninterruptible Power Supply (UPS), diesel generator, dan batere Sistem komunikasi untuk suara (voice) maupun data yang digunakan untuk hubungan antar stasiun dan antara stasiun dengan masinis
19
Diagram Blok Sistem Persinyalan Elektrik
INTERLOCKING SYSTEM Point Machines Axle Counter Colourlight Signal Relay Interlocking Hybrid Relay Interlocking Vital Relay Panel Processor Vital Processor I/O Interface (Relay/Modul) Electronic Interlocking UPS Baterai Genset Power System Telecommunication System LCP/VDU Mozaic/klik2 Track Circuit PABX Data Comm.
20
Peralatan Utama Sistem Persinyalan Elektrik
21
Ilustrasi Peralatan Utama Sistem Persinyalan Elektrik
22
Sinyal Keluar
23
Sinyal Langsir
24
Penempatan Tiang Sinyal terhadap Ruang Bebas
25
Penempatan sinyal terhadap kepala rel
26
Jarak penempatan sinyal
27
Penempatan sinyal di emplasemen
28
Penempatan sinyal langsir di dekat wesel
Bila wesel pertama yang diinjak langsiran, dilalui dari arah belakang, sinyal langsir harus dipasang pada jarak minimum 7 meter di muka patok ruang bebas wesel yang bersangkutan
29
Simbol-simbol sinyal
30
Perintang
31
Penempatan perintang Perintang yang dipasang di belakang suatu wesel ditempatkan pada jarak 1 m dari sambungan penyekat sirkit spur wesel yang bersangkutan
32
Pendeteksi KA Sistem pendeteksian KA berfungsi untuk mendeteksi sarana KA pada suatu bagian jalan rel. Dua alat pendeteksi KA yang dikenal adalah: Track Circuit Axle counter Syarat pemasangan alat pendeteksi KA: Alat pendeteksi harus mampu mendeteksi keberadaan KA secara akurat Mampu memberikan kemudahan bagi pengawasan dan perawatan Lokasi pemasangan di area stasiun atau di lintas(antar stasiun)
33
Track circuit (sirkit sepur) used for dry solid
Sistem pendeteksian menggunakan suatu rangkaian listrik, jalan rel sebagai konduktor dibagi dengan panjang tertentu yang dibatasi oleh penyekat listrik
34
Track circuit Plat penyambung penyekat listrik (insulated rail joint)
Kotak kabel penghubung catudaya (box junction )
35
Jenis track sirkuit: Track sirkuit arus searah(DC) Track sirkuit arus bolak balik(AC) Track sirkuit frekuensi suara(AF) Track sirkuit impulse tegangan tinggi(HVI)
36
Pemasangan track sirkuit:
Track sirkuit arus searah(DC) dipasang untuk lintas yang tidak menggunakan jaringan listrik aliran atas(LAA) Track sirkuit arus bolak balik(AC) dipasang untuk lintas yang menggunakan jaringan listrik aliran atas(LAA) arus searah Track sirkuit frekuensi suara(AF) dipasang untuk lintas yang menggunakan jaringan listrik aliran atas(LAA) arus bolak balik Track sirkuit impulse tegangan tinggi(HVI) dipasang untuk lintas yang menggunakan jaringan listrik aliran atas(LAA) arus searah dan bolak balik Dipasang pada jalan rel yang tidak menggunakan bantalan besi
37
Jarak sambungan penyekat (IRJ)
Penempatan sambungan penyekat sirkit spur pada wesel sedemikian rupa, sehingga jarak antara ujung lidah wesel dan sambungan penyekat minimum 1 m, sedang jarak antara sambungan penyekat dan patok ruang bebas wesel adalah 5 m
38
Axle counter (penghitung gandar) used for wet solid
Suatu cara mendeteksi keberadaan bakal pelanting dengan metoda penghitungan gandar yang melalui bagian-bagian jalan rel yang dideteksi CB DETEKTOR GANDAR UNIT EVALUASI MASUKAN KE SISTEM PENGUCILAN PERSINYALAN INDIKASI KOSONG Kabel Location Case Kotak Terminal KOSONG
39
Cara kerja axle counter
Ada KA Tidak ada KA Unit Evaluasi
40
Axle counter
41
Instalasi axle conter
42
Wesel Wesel berfungsi untuk memindahkan pergerakan bakal pelanting/kereta api dari satu sepur ke sepur lainnya Ada empat alasan kenapa kereta api harus berpindah spur : 1. Karena kereta api menuju arah yang berbeda dengan spur lurus dimana kereta api sekarang bergerak. 2. Karena ada kereta api pada spur lurus sehingga kereta api yang baru datang harus ditampung pada spur lain. 3. Karena kereta api akan berhenti untuk naik dan turun penumpang di stasiun dan tidak pada spur lurus. 4. Karena untuk melakukan kegiatan langsir.
43
Wesel Komponen wesel Jarum dan sayap : untuk menentukan sudut dari wesel yang akan berdampak pada kecepatan bakal pelanting / kereta api yang diperbolehkan selama melewati wesel tersebut Rel paksa : untuk memaksa flens roda bakal pelanting/kereta api melewati bagian 2 rel yang tidak tersambung Lidah wesel : bagian dari wesel yang dapat digerakkan, yang menentukan ke arah mana bakal pelanting / kereta api bergerak Rel lantak : sebagai tempat sandar lidah wesel Mekanisme penggerak : berfungsi untuk menggerakan kedudukan posisi wesel (posisi lurus/belok). untuk peralatan luar yang bersifat elektronik, mekanisme penggerak menggunakan motor wesel, motor wesel diletakkan / dipasang meter di samping rel dan terdiri dari komponen-komponen : Motor penggerak wesel Terminal kabel Kabel Stang wesel
44
Komponen-komponen wesel
Jarum Sayap Lidah Rel lantak Mekanisme penggerak Stang penggerak & kontrol Rel paksa
45
Jenis jenis pelayanan wesel
Wesel Terlayan Setempat
46
cara memindahkan posisi wesel dengan cara manual, pada foto wesel dibawah menunjukkan bagaimana posisi batang pentolan yang sedang dalam keadaan tertidur. Sementara posisi batang pentolan yang sedang berdiri & membentuk sudut kemiringan sekitar 45 derajat, menunjukkan bahwa pentolan dengan berat sekitar 45 kg tersebut telah menjalankan fungsi pemberatnya dengan baik untuk mengunci posisi lidah wesel agar tidak bergeser pada saat kereta api lewat.
47
Keuntungan: * posisi lidah wesel dapat langsung dilihat secara kasat mata dari dekat. Kerugian: * lebih memakan waktu, karena harus ada orang yang datang untuk memindahkannya.
48
Wesel Terlayan Terpusat
49
Dengan menggunakan kawat dan dioperasikan dari jarak jauh
Dengan menggunakan kawat dan dioperasikan dari jarak jauh. Model seperti ini tentunya akan lebih menghemat waktu dibandingkan dengan cara operasi wesel bandul. Karena dapat dikendalikan secara terpusat dari dalam rumah sinyal ataupun stasiun.
50
Sinyal penunjuk wesel (seperti eblek, berbentuk belah ketupat warna putih & lingkaran warna hijau, menempel saling berlawanan) yang berada persis disamping lidah wesel juga berfungsi bagi masinis untuk mengetahui kemana arah kereta. Jika dari arah datangnya kereta api masinis yang dari kejauhan melihat posisinya berwarna putih, maka dapat dipastikan KA akan memasuki spur lurus. Sedangkan jika dari posisi yang sama namun masinis melihat ebleknya berwarna hijau, maka KA pasti akan memasuki spur belok (bisa kiri ataupun kanan) dan masinis harus mengurangi kecepatannya. Keuntungan: * pemindahan wesel dapat dilakukan dari satu tempat yaitu stasiun. Kerugian: * rawan disabotase, bisa karena iseng atau karena mengandung komponen logam yang berharga jual tinggi.
51
Wesel Elektrik
52
Menggunakan motor listrik dan dioperasikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan hubungan arus listrik. Alat ini dapat dikendalikan dari stasiun melalui meja layan setempat atau dikendalikan secara terpusat dalam suatu Daop melalui meja layan terpusat.
53
Wesel Jika dilihat pada foto ini (dari arah gambar diambil), maka fungi wesel sendiri bisa sebagai menggabungkan rel yang banyak menjadi satu tujuan, (arah ini biasa disebut wesel keluar)
54
Wesel Atau dapat juga kebalikannya yaitu dari rel yang satu jalur menjadi bercabang banyak (arah ini biasa disebut wesel masuk).
55
Wesel Sederhana, yaitu yang terdiri dari dari satu percabangan , jalur lurus dan jalur belok. Jalur percabangan pada wesel dibuat menikung namun tidak diberi peninggian, kecuali pada wesel tikungan. Jika wesel dilalui kereta api dari arah lidah wesel menuju ke hati wesel, arah tersebut dinamakan arah muka (facing direction), alias posisi KA masuk wesel. Jika wesel dipandang dari arah hati wesel menghadap ke lidah wesel, maka arah tersebut dinamakan arah buntut (trailing direction), alias posisi KA keluar wesel. Kereta api yang berjalan dari arah buntut lebih aman dibandingkan daripada arah muka.
56
Sebuah wesel dinamakan wesel muka jika wesel tsb dipasang sedemikian rupa sehingga hanya kereta api dari arah muka yang melalui wesel tsb. Dinamakan wesel buntut, jika wesel tsb dipasang sedemikian rupa sehingga hanya kereta api dari arah buntut yang melalui wesel tsb. Pada lintas dengan spur tunggal, kereta api yang melewati wesel pada umumnya dari kedua arah. Wesel sederhana dinamakan wesel kanan jika spur belok terletak di sebelah kanan spur lurus. Wesel sederhana dinamakan wesel kiri jika spur belok terletak di sebelah kiri spur lurus. Penentuan kanan dan kiri dipandang dari arah muka.
57
Wesel Kiri Wesel Kanan
58
Secara umum fungsi peralatan penggerak lidah wesel (motor listrik dan terlayan pusat) yang dapat dilengkapi dengan fungsi pendeteksi dan mengunci kedudukan akhir wesel secara akurat dengan syarat syarat sebagai berikut: Kelonggaran lidah wesel yang rapat terhadap rel lantaknya maksimum 3 mm Harus mempunyai alat pengunci kedudukan akhir wesel Harus mempunyai pendeteksi kedudukan akhir wesel dan dapat dimonitor di ruang pengendali
59
Secara khusus syarat motor listrik saat beroperasi menggerakkan lidah wesel adalah sebagai berikut:
Mempunyai kopling pegas gesek untuk menghindari terjadinya beban lebih saat pergerakan lidah wesel terhambat, apabila tidak mencapai kedudukan akhir motor wesel akan berhenti dan kembali ke kedudukan semula dalam 10 detik. Apabila terjadi gangguan wesel, wesel dapat dioperasikan secara manual setempat dengan menggunakan engkol dan secara otomatis memutus sirkit listrik ke motor wesel. Apabila wesel terlanggar tidak boleh terjadi kerusakan pada motor wesel Motor wesel harus dapat bekerja pada tegangan kerja
60
Cara dan tempat pemasangan motor wesel:
Motor wesel harus dipasang diluar batas ruang bebas jalan kereta api untuk keamanan dan keperluan perawatan Tempat pemasangan motor wesel harus bebas dari genangan air Stang penggerak dan pendeteksi harus dipasang sejajar/ lurus dengan kepala rel Pemasangan motor wesel harus ditambat dengan konstruksi yang kokoh Motor wesel harus dilengkapi dengan pelindung
61
Sistem Interlocking
62
Sistem Interlocking Sistem interlocking, yang merupakan “otak” dari suatu sistem persinyalan yang berfungsi mengendalikan dan mendeteksi peralatan luar dengan berdasar pada prinsip/asas keselamatan (safety) atas kereta api Tiga batasan dasar kereta api yang harus diakomodasi oleh sistem interlocking Kereta api tidak bisa berhenti mendadak Jalan kereta api dibagi menjadi bagian-bagian jalan (track section) Setiap bagian jalan hanya boleh ditempati oleh satu kereta api (bakal pelanting) pada waktu yang sama Kaidah persinyalan yang harus dipenuhi oleh sistem interlocking Locking Direct locking Route locking Approach locking Flank protection and isolation Overlap Release locking
63
Sistem RRI (Route Relay Interlocking) DrS-60
Sistem persinyalan elektrik pertama di Indonesia adalah sistem persinyalan dengan interlocking berbasis serba rele individual yang disebut DrS-60 buatan Siemens AG Sistem fail-safenya berdasarkan rangkaian cara kerja rele individual yang disusun dan saling mengontrol satu sama lain dalam melakukan pemrosesan suatu perintah Dibangun pertama sekali di Stasiun Bandung (1970) dan selanjutnya Stasiun Solobalapan (1972)
64
Sistem RRI (Route Relay Interlocking) MIS-801
Persinyalan elektrik yang masih tetap berbasis serba rele tetapi telah berbentuk modular dengan rele dasar K-50, dikenal dengan modular interlocking system MIS-801 buatan Siemens AG Pembangunan sistem MIS-801 di Indonesia, sebagai berikut : Yogyakarta tahun 1986 yang melayani Stasiun Yogyakarta dan Lempuyangan Cirebon tahun 1987 yang melayani Stasiun Cirebon dan Cirebonprujakan Wonokromo tahun 1988 yang melayani Stasiun Wonokromo Cikampek tahun 1988 yang melayani Stasiun Cikampek Surabayagubeng tahun 1989 yang melayani Stasiun Surabayagubeng Semarangtawang tahun 1989 yang melayani Stasiun Semarangtawang, Semarangponcol dan Semaranggudang
65
Sistem Interlocking RRI MIS-801
66
Sistem Interlocking Hybrid Ansaldo
Persinyalan elektrik yang berbasis rele dan elektronik adalah gabungan dua teknologi, dimana vital interlocking masih menggunakan rele dengan rele dasar tipe P-150S dan non-vital interlocking Genisys yang telah berbasiskan elektronik Pengembangan persinyalan elektrik ini dilakuklan oleh Wabco Westinghouse (Ansaldo) untuk vital interlockingnya dan non- vital interlocking Genisys oleh Union Switch & Signal Inc (USA) members dari Ansaldo Dibangun di lintas Surabaya-Kertosono sebanyak 12 stasiun dan dioperasikan pada tahun (9 stasiun), tahun (2 stasiun) dan 1 stasiun belum didinaskan
67
Diagram Blok Sistem Interlocking Hybrid Ansaldo
68
Sistem Interlocking Hybrid Ansaldo
69
Sistem Interlocking Hybrid Genera Logic-1 (GL-1)
Teknologi Sistem GL-1 hampir sama dengan Ansaldo, dimana vital interlocking masih menggunakan rele dengan rele dasar tipe B1 dan non-vital interlocking Genera Logic-1 yang telah berbasiskan elektronik GENERA LOGIC-1 dikembangkan oleh General Railway Signal (GRS) Amerika Sistem persinyalan ini hanya terdapat di Stasiun Medan yang dibangun oleh ASI/NMA Belanda dan dioperasikan tahun 1992
70
Sistem Interlocking Hybrid GL-1
71
Sistem Interlocking Electronic Solid State Interlocking (SSI)
Sistem persinyalan berbasis serba elektronik Solid Stated Interlocking dibuat berdasarkan standar British Railways, pabrikasinya dilakukan oleh Westinghouse Signal Limited (WSL) dan GEC-Alsthom Sistem interlockingnya menggunakan triple processor dengan prinsip redudansi yang menghasilkan output hasil eksekusi 2:1 Sistem didesain untuk stasiun besar, dan untuk pembangunan yang terdiri dari stasiun kecil maka satu interlocking dapat mengendalikan dua atau tiga stasiun kecil dengan sistem remote Pembangunan Sistem Persinyalan SSI di Indonesia, sebagai berikut : Vendor WSL- Inggris di lintas Jabotabek sebanyak 14 setasiun Vendor GEC - Alsthom Perancis di lintas Tanahabang – Serpong sebanyak 5 setasiun Vendor Tanahabang – Serpong di lintas Duri-Tangerang sebanyak 5 setasiun Vendor GEC - Alsthom Perancis di lintas Tanahabang – Pasarsenen sebanyak 4 setasiun Vendor GEC - Alsthom Australia di lintas Bekasi – Cikampek sebanyak 8 setasiun Vendor GEC - Alsthom Australia di lintas Padalarang – Gedebage sebanyak 7 setasiun
72
Gambaran Umum Solid State Interlocking
3 Intelocking Multi-Processor Modules (MPMs) Perform vital interlocking can operate in 2 out of 3 state 2 Panel Processor Modules (PPMs) Transfer data from interlocking to operators display via SIGMAP / IFP / Direct 1 Diagnostic Multi-Processor Module (DIA) Detects faults and reports to Tech Terminal 2 or 4 Data Link Modules 1 pair communicates with field equipment 1 pair for internal communication to another SSI
73
Sistem Interlocking Electronic Vital Processor Interlocking (VPI)
Sistem persinyalan elektronik Vital Processor Interlocking (VPI) telah menggunakan komponen dasar elektronik yang dipaket dalam bentuk modul-modul dengan interface ke peralatan luar menggunakan rele Sistem interlocking menggunakan single processor, dengan sistem fail-safe yang dikontrol oleh rele VRD Pembangunan Sistem Persinyalan VPI di Indonesia, sebagai berikut : Vendor GRS Amerika di lintas Cirebon–Semarang sebanyak 24 Stasiun Vendor ASI Belanda di lintas Cikampek Cirebon sebanyak 18 Stasiun Vendor DBRI Inggris di lintas Merak–Serpong sebanyak 17 Stasiun
74
Diagram Blok Vital Processor Interlocking
Vital Subsystem CPU/PD VSC IO BUS Vital Outputs VRD CRG Vital inputs Non-Vital Subsystem CSEX Non-Vital inputs Non-Vital outputs Train to wayside communications
75
Vital Processor Interlocking
76
Sistem Interlocking Electronic Westrace
Sistem persinyalan berbasis elektronik WESTRACE (Westinghouse Train Radio Advance Control Equipment) dibuat oleh Westinghouse Brake & Signal Ltd. Australia (WBSA) Sistem Westrace adalah hasil adopsi dari beberapa teknologi, dan kapasitas sistem lebih kecil karena didesain untuk stasiun kecil Sistem interlocking menggunakan single processor, dengan sistem fail-safe yang dikontrol oleh rele OPCR dan interface ke peralatan luar juga menggunakan rele Pembangunan Sistem Persinyalan WESTRACE di Indonesia, sebagai berikut : Vendor Westinghouse Australia di lintas Cirebon-Kroya-Yogyakarta sebanyak 43 Stasiun Vendor Westinghouse Australia di lintas Tasikmalaya-Banjar-Kroya sebanyak 19 Stasiun
77
Sistem Interlocking Electronic Westrace
78
Sistem Interlocking LEN-02 (SIL-02)
Sistem Interlocking LEN-02 adalah sistem interlocking buatan PT LEN INDUSTRI Sistem Interlocking LEN-02 berbasis PLC yang dikonfigurasi fail safe dengan menggunakan metode 2oo2 (Two out of two) Sistem Interlocking LEN-02 pertama kali dipasang di Stasiun Slawi Jawa Tengah tahun 2004 Sistem Interlocking LEN-02 telah dipasang : Stasiun Gundih Stasiun Prabumulih Stasiun Bangil Stasiun Nambo Stasiun Cibinong Stasiun Tebing Tinggi Stasiun Belawan Stasiun Prabumulih Baru Stasiun Tarahan Stasiun Tanjung Priok Stasiun Kertapati Lintas Utara Cirebon-Surabaya Pasarturi Stasiun Surabaya Kota
79
Sistem Interlocking LEN-02
Panel PLC PLC A PLC B DUAL CHANNEL FAILSAFE RELAY INTERFACE POWER SYSTEM NON-VITAL VITAL Maintenance IPC DUAL CHANNEL VITAL DRIVER RELAY
80
Prinsip-Prinsip Interlocking Elektrik
81
Tata Cara Penomoran Peralatan Outdoor Persinyalan Elektrik
Sinyal diberi nomor genap dimulai dengan angka 10 Point machine diberi nomor ganjil dimulai dengan angka 11(wesel) Track circuit sesuai dengan peralatan outdoor didalamnya Nomor berurutan dari sepur hulu ke sepur hilir
82
Interlocking Table Interlocking Table menyatakan kondisi-kondisi yang harus di-cek oleh sistem interlocking sebelum suatu route terbentuk Interlocking Table terdiri dari Route Interlocking Table dan Point Interlocking Table Route Interlocking Table menyatakan suatu route setting akan memberikan output : nyala aspek sinyal asal route nyala aspek speed indicator nyala aspek sinyal muka terkait dengan sinyal asal route dengan men-cek kondisi berikut : point/electric lock/wesel dalam area route harus terkunci track dalam area route harus clear conflicting route tidak ada dan men-cek serta mengunci overlap/luncuran yaitu : point/electric lock/wesel yang terletak dalam area overlap track dalam area overlap serta mengunci route yang berlawanan (opposite route) sinyal yang masuk dalam area flank protection atau penjaga samping pada aspek tidak aman Sedangkan Point Interlocking Table menyatakan penguncian suatu point/wesel oleh suatu route setting dalam posisi normal atau reverse tergantung request route Interlocking Table akan menjadi elemen pokok desain yang akan disusun per stasiun sesuai dengan tahapan proyek
83
Route Control tidak ada route yang berlawanan terbentuk
Ada empat macam route setting yaitu : Train route Shunt route Emergency route Contraflow route Sesuai dengan Interlocking Table maka suatu train route dapat dibentuk dan sinyal terkait dengan route dapat dinyatakan aman (signal clear) bila kondisi berikut dipenuhi tidak ada route yang berlawanan terbentuk semua wesel yang membentuk route dicek pada posisi seharusnya dan dalam kondisi terkunci (locked) semua wesel yang berkaitan dengan penjaga samping (flank protection) dan overlap bagi route yang di-set dicek pada posis seharusnya dan dalam kondisi terkunci dari operasi lain semua wesel terlayan setempat/handpoint yang membentuk route dicek pada posisi seharusnya dan electric lock dalam keadaan terkunci (tidak sedang diberi key release) semua track section yang membentuk route dan yang termasuk dalam area luncuran (overlap) dalam kondisi tidak terduduki (unoccupied)
84
Route Control khusus untuk sinyal masuk, aspek sinyal baru bisa berpindah ke aspek aman apabila aspek speed indikator telah menyala untuk rute masuk sepur belok Apabila lampu speed indicator putus sehingga speed indicator tidak menunjukkan aspek atau tidak menyala, aspek sinyal untuk rute sepur belok harus tidak dapat menunjukkan aspek aman, sedangkan rute tetap terbentuk Apabila speed indicator dalam keadaan aman/menyala tiba-tiba lampu filamen putus, sinyal harus kembali ke aspek tidak aman Khusus untuk sinyal masuk, untuk route masuk sepur belok aspek sinyal dan speed indikator akan aman setelah track didepan sinyal masuk diduduki (occupied) Khusus sinyal berangkat dari sepur belok, sinyal dapat menunjukkan aspek aman setelah track didepan sinyal berangkat yang bersangkutan diduduki (occupied) Setiap pembentukan rute yang menuju ke stasiun sebelahnya harus meyakinkan terlebih dahulu arah panah blok telah menunjukkan aman dan tidak muncul secara bersamaan, meskipun terjadi gangguan track blok
85
Route Control Hubungan train route terhadap pintu perlintasan ada tiga macam : IPPT: Setelah train route dibentuk aspek sinyal bisa berpindah ke aspek aman setelah pintu perlintasan menutup TPPT: Setelah train route dibentuk aspek sinyal bisa berpindah ke aspek aman setelah penjaga perlintasan menekan tombol ACKNOWLEDGE GPB : Setelah train route dibentuk aspek sinyal bisa langsung berpindah ke aspek aman setelah genta penjaga dibunyikan Hubungan Contraflow route terhadap pintu perlintasan disamakan dengan hubungan antara emergency route
86
Switch Control Implementasi dari Point Interlocking Table adalah wesel tidak dapat dioperasikan pada saat : suatu route telah terbentuk atas wesel tersebut (wesel terkunci oleh route) track section yang terletak pada wesel dalam kondisi terduduki wesel dalam kondisi terlanggar (trailed), yang dalam kondisi ini wesel hanya bisa dibalik dengan crank handle crank handle terpasang pada point machine wesel ter-blok secara elektris
87
Approach Locking Pada dasarnya semua entrance signal/sinyal start suatu route dilengkapi dengan prinsip approach locking yang mencegah terlepasnya penguncian sinyal akibat adanya pembatalan route setting pada saat kereta mendekati entrance signal Approach locking akan terlepas bilamana : track section di belakang entrance signal terduduki oleh kereta yang datang predefined time atau time release 90 detik setelah pembatalan route Kereta api belum menduduki approach track
88
Sistem Blok Persinyalan Mekanik
89
Pelayanan Blok Mekanik Sepur Tunggal
90
Sistem Blok Persinyalan Elektrik
91
Blok Sinyal Elektrik Tanpa Sinyal Intermediate
Lintas Cigading – Serpong dan Lintas Cirebon - Semarang
92
Blok Sinyal Elektrik Dengan Sinyal Intermediate
Lintas Cigading - Serpong
93
Blok Sinyal Elektrik Dengan Sinyal Intermediate
Lintas Pkl - Sm
94
Sistem Interlocking Modern
96
Heavy Metro Moda layanan transportasi (biasa disebut metro, subway, Mass Rapid Transit (MRT)) yang beroperasi pada persinyalan electic dengan daya angkut yang besar. Dengan karakteristik kecepatan yang tinggi dan akselerasi yang cepat Beroperasi dengan rangkaian gerbong yang banyak pada fixed rail. Terpisah dengan jalur kendaraan lain (jalur khusus). Persinyalan yang canggih.
97
Heavy Metro
98
Light Rail Transit (LRT)
Moda layanan transportasi ( juga disebut Light Metro) yang beroperasi pada fixed rail yang terpisah. Dengan karakteristik roda dan gerbong yang lebih ringan sehingga meminimalkan struktur jalur LRT. Dapat menggunakan sistem operasi otomatis. Power yang digunakan berasal dari jaringan LAA atau trird rail.
99
Light Rail Transit (LRT)
100
Tram Moda layanan transportasi (juga disebut streetcar, tramway, atau trolley) yang beroperasi pada fixed rail yang pada beberapa bagian menyatu dengan jalur kendaraan lain (jalan raya) Biasanya terdiri dari satu sampai tiga gerbong. Power yang digunakan berasal dari jaringan LAA. Dikemudikan oleh opertor.
101
Tram
102
Automated Guided Transit (AGT)
Transportasi yang dipandu menggunakan roda karet pada jalurnya. Dengan karakteristik roda dan gerbong yang lebih ringan sehingga meminimalkan struktur jalur AGT. Bisa menggunakan sistem tanpa pengemudi. Power berasal dari third rail.
103
Automated Guided Transit (AGT)
104
Monorail Moda transportasi yang ditopang oleh jalur yang berbentuk single beam, rail, atau tube. Bogie menggunakan roda karet yang unik. Bisa menggunakan sistem tanpa pengemudi. Power berasal dari third rail.
105
Monorail
106
Bus Rapid Transit (BRT)
Moda layanan transportasi yang menggunakan bus, dimana sistem terintegrasi (stasiun, kendaraan, operasi, jalur dan Intelligent Transportation System (ITS)). Mengunakan jalur existing (jalan raya). Menggunakan panduan virtual ( lane tracking system). Menggunakan mesin sehingga tidak memerlukan power elektrik.
107
Bus Rapid Transit (BRT)
108
Bogie Heavy metro, LRT, tram: Using steel wheel on steel rail AGT:
Rubber tires on concrete running surface with guide rail Monorail: Rubber tires on concrete beam BRT: Rubber tires on concrete road
109
Bogie Bogie Heavy Metro – Tokyo Metro Bogie LRT / Tram – Hungary Tram
Bogie Monorail - Bombardier Bogie AGT - MHI
110
Track Switch Track Switch Heavy Metro – Tokyo Metro
Track Switch Tram – Bordeaux Track Switch AGT - Yurikamome Track Switch Monorail – Osaka
111
Railway Comparation
112
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2025 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.