Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehDon Bosco Doho Telah diubah "3 tahun yang lalu
1
ETIKA Presented by Mr. Don Bosco Doho, S.Phil, MM
2
APA ITU ETIKA APA ITU ETIKA Etika sbg cabang filsafat juga disebut filsafat moral (moral philosophy). Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani=Ethos: watak.Sedangkan moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan. Jadi etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan. Obyek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan dimaksudkan di sini adalah yang dilakukan secara bebas dan sadar. Obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.
3
Persoalan2 dalam etika di antaranya adalah: Persoalan2 dalam etika di antaranya adalah: a. Apa yg dimaksud “baik” atau “buruk” secara moral. b. Apa syarat2 sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral? c. Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila. d. Apa yg dimaksud kesadaran moral? e. Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia? f. Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dalam bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral.
4
Aliran-Aliran dalam Persoalan Etika Eudemonisme: (Yunani= eu+daimon= roh atau semangat yang baik). Pandangan aliran ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. Mereka meyakini hal2 berikut: Eudemonisme: (Yunani= eu+daimon= roh atau semangat yang baik). Pandangan aliran ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik. Mereka meyakini hal2 berikut: a.adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral atau aturan2 bertindak (code of conduct) b.lebih menguntungkan hal2 yg bersifat spiritual atau mental daripada yg bersifat inderawi/ kebendaan c.lebih mengutamakan kebebasan moral daripada ketentuan kejiwaan atau alami. d.lebih mengutamakan hal yg umum daripada yang khusus.
5
Aliran Pemikiran Etika (cont….) Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan). Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia. Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. Aliran hedonisme menyatakan bahwa kesenangan/ kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia oleh karena itu reguklah kenikmatan selama masih bisa direguk. Padahal mereka lupa bahwa kegembiraan pikiran lebih tinggi daripada kenikmatan jasmani. Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan). Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia. Aliran ini menganjurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan. Aliran hedonisme menyatakan bahwa kesenangan/ kebahagiaan adalah tujuan hidup manusia oleh karena itu reguklah kenikmatan selama masih bisa direguk. Padahal mereka lupa bahwa kegembiraan pikiran lebih tinggi daripada kenikmatan jasmani.
6
Aliran Pemikiran Etika (cont…) Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain. Sebaliknya aliran yang menekankan dan melihat kesenangan atau kebahagiaan orang lain menjadi tujuan segala usaha manusia disebut: altruisme (Latin: alter= yang lain atau orang lain) Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain. Sebaliknya aliran yang menekankan dan melihat kesenangan atau kebahagiaan orang lain menjadi tujuan segala usaha manusia disebut: altruisme (Latin: alter= yang lain atau orang lain) Utilitarianisme: (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir. Kesenangan atau kenikmatan manusia dilihat sebagai seusuatu yang baik dalam dirinya, sedangkan penderitaan dan sakit adalah buruk dalam dirinya. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yg baik adalah tindakan yg sebesar-besarnya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain segala sesuatu yang berguna selalu dianggap baik. Utilitarianisme: (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir. Kesenangan atau kenikmatan manusia dilihat sebagai seusuatu yang baik dalam dirinya, sedangkan penderitaan dan sakit adalah buruk dalam dirinya. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yg baik adalah tindakan yg sebesar-besarnya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain segala sesuatu yang berguna selalu dianggap baik.
7
Aliran Pemikiran Etika Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip- prinsip moral. Sikap dan intensi pelaku lebih diutamakan daripada apa yang dilakukan secara konsekuensi perbuatan itu. Deontologisme Etis: berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban. Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip- prinsip moral. Sikap dan intensi pelaku lebih diutamakan daripada apa yang dilakukan secara konsekuensi perbuatan itu. Deontologisme Etis: berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan suatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewajiban. Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual. Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.
8
ETIKA Apa itu etika? Apa itu etika? Sistematika etika Sistematika etika Etika profesi Etika profesi Etika profesi dalam bidang komunikasi Etika profesi dalam bidang komunikasi Kebebasan dan tanggung jawab media/pers Kebebasan dan tanggung jawab media/pers
9
APA ITU ETIKA? Arti Etika Arti Etika Objek Etika Objek Etika Etika sebagai cabang filsafat Etika sebagai cabang filsafat Etika dan Moral Etika dan Moral Amoral dan Immoral Amoral dan Immoral Etika dan Etiket Etika dan Etiket Etika dan Hukum Etika dan Hukum Etika dan Agama Etika dan Agama
10
APA ITU ETIKA? “ Dalam dunia bisnis etika merosot terus” “ Dalam dunia bisnis etika merosot terus” “Etika dan moral perlu ditegaskan kembali” “Etika dan moral perlu ditegaskan kembali” “Adalah tidak etis, jika …” “Adalah tidak etis, jika …” “Di televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang etis” “Di televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang etis” Moral Pancasila Moral Pancasila Etika Pembangunan Etika Pembangunan
11
ARTI ETIKA Etika sebagai ilmu Etika sebagai ilmu “Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.” Etika sebagai kode etik Etika sebagai kode etik “Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.” Etika sebagai sistem nilai Etika sebagai sistem nilai “Nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.”
12
OBYEK MATERIAL & OBYEK FORMAL ETIKA Objek material = suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak. Objek material = suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak. Objek formal = cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal = cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
13
Objek material etika = tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas). Objek material etika = tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas). Objek formal etika = kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. (Perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar atau tidak bebas, tidak dapat dikenakan penilaian bermoral atau tidak bermoral). Objek formal etika = kebaikan dan keburukan, bermoral tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. (Perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar atau tidak bebas, tidak dapat dikenakan penilaian bermoral atau tidak bermoral).
14
ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi dan metode tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral, atau menerjemahkan pelbagai nilai itu ke dalam norma-norma, lalu menerapkannya pada situasi kehidupan konkret. Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran; sebagai filsafat, etika mencari keterangan (dan kebenaran) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas, etika mencari ukuran tentang baik-buruknya tingkah laku manusia.
15
BEDA ETIKA DAN MORAL Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos,” artinya adat kebiasaan, (jamaknya “ta etha”),. Moral berasal dari bahasa Latin “mos,” artinya adat kebiasaan (jamaknya “mores”). Jadi, keduanya memiliki kesamaan arti. Hanya asal bahasanya yang berbeda. Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos,” artinya adat kebiasaan, (jamaknya “ta etha”),. Moral berasal dari bahasa Latin “mos,” artinya adat kebiasaan (jamaknya “mores”). Jadi, keduanya memiliki kesamaan arti. Hanya asal bahasanya yang berbeda. Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari: moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai; etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Ada sedikit perbedaan dalam penggunaannya sehari-hari: moral/moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai; etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
16
AMORAL DAN IMORAL Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta): Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta): Tidak terdapat kata “amoral” ataupun “immoral”. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Amoral” dijelaskan sebagai “tidak bermoral, tidak berakhlak” (contoh: “Memeras para pensiunan adalah tindakan amoral”); tidak terdapat kata “immoral”.
17
AMORAL DAN IMMORAL Concise Oxford Dictionary: Amoral = “unconcerned with, out of the Amoral = “unconcerned with, out of the sphere of moral, non moral”. sphere of moral, non moral”. Immoral = “opposed to morality; morally evil” Immoral = “opposed to morality; morally evil”
18
AMORAL DAN IMMORAL Amoral: “ tidak berhubungan dengan konteks moral” “ tidak berhubungan dengan konteks moral” “di luar suasana etis” “di luar suasana etis” “non-moral” “non-moral”Immoral: “bertentangan dengan moralitas yang baik” “bertentangan dengan moralitas yang baik” “secara moral buruk” “secara moral buruk” “tidak etis” “tidak etis”
19
“Decision-making in business: amoral?”
20
Kata “amoral” sebaiknya diartikan sebagai: “netral dari sudut moral” atau “tidak mempunyai relevansi etis”
21
BEDA ETIKA DAN ETIKET Etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus dilakukan. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang “perbuatan itu sendiri”. Etiket menyangkut “cara” suatu perbuatan harus dilakukan. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang “perbuatan itu sendiri”. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan; etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan; etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain.
22
Etiket bersifat relatif; etika jauh lebih bersifat absolut. Etiket bersifat relatif; etika jauh lebih bersifat absolut. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja; etika menyangkut manusia dari segi dalam. Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja; etika menyangkut manusia dari segi dalam.
23
BEDA ETIKA DAN HUKUM Hukum lebih dikodifikasi daripada etika; etika tidak dikodifikasi. Hukum lebih dikodifikasi daripada etika; etika tidak dikodifikasi. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja; etika menyangkut juga sikap batin seseorang. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja; etika menyangkut juga sikap batin seseorang. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan etika (sanksi hukum bisa dipaksakan, etika tidak bisa dipaksakan). Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan etika (sanksi hukum bisa dipaksakan, etika tidak bisa dipaksakan). Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara; etika melebihi para individu dan masyarakat. Hukum didasarkan pada kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara; etika melebihi para individu dan masyarakat. Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik buruknya. Jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, etika memberikan penilaian baik buruknya. Etika ditujukan kepada manusia sebagai individu; hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial. Etika ditujukan kepada manusia sebagai individu; hukum ditujukan kepada manusia sebagai makhluk sosial.
24
BEDA ETIKA DAN AGAMA Etika sebagai cabang filsafat bertitik tolak pada akal pikiran, bukan agama. Etika mendasarkan diri hanya pada argumentasi rasional. Agama bertitik tolak dari wahyu Tuhan melalui Kitab Suci.
25
ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT De Vos (1987) ETIKA: Etika Deskriptif Etika Deskriptif 1. Sejarah Kesusilaan 2. Fenomenologi Kesusilaan Etika Normatif Etika Normatif K. Bertens (1993): ETIKA: Etika Deskriptif Etika Deskriptif Etika Normatif Etika Normatif 1. Etika Umum 2. Etika Khusus Metaetika Metaetika
26
Franz Magnis-Suseno (1991) ETIKA: Etika Umum Etika Umum Etika Khusus Etika Khusus - Etika Individividual - Etika Sosial : - Sikap terhadap sesama - Etika keluarga - Etika keluarga - Etika profesi: -biomedis - Etika profesi: -biomedis - bisnis - bisnis - hukum - hukum - ilmu pengetahuan - ilmu pengetahuan - dll - dll - Etika politik - Etika politik - Etika lingkungan hidup - Etika lingkungan hidup - Kritik ideologi-ideologi - Kritik ideologi-ideologi
27
ETIKA Etika Deskriptif Etika Normatif Mataetika Sejarah Kesusilaan Fenomenologi Kesusilaan Etika Umum Prinsip Moral Dasar Etika Khusus/ Terapan Etika Individual Etika Sosial
28
Sikap terhadap sesama Etika Keluarga Etika Profesi Etika Politik Etika Lingkungan Hidup Kritik Ideologi- Ideologi Biomedis Bisnis Hukum Ilmu Pengetahuan Komunikasi
29
Etika Deskriptif Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya. Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Misal: adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Misal: adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur tertentu, atau dalam suatu periode sejarah.
30
Sejarah Kesusilaan Bagian ini timbul bila orang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif. Bagian ini timbul bila orang menerapkan metode historis dalam etika deskriptif. Yang diseilidiki: pendirian-pendirian mengenai baik-buruk yang manakah, norma- norma kesusilaan yang manakah yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang manakah yang dianut oleh bangsa-bangsa tertentu Yang diseilidiki: pendirian-pendirian mengenai baik-buruk yang manakah, norma- norma kesusilaan yang manakah yang pernah berlaku, dan cita-cita kesusilaan yang manakah yang dianut oleh bangsa-bangsa tertentu
31
Fenomenologi Kesusilaan Fenomenologi = fenomenon + logos Fenomenon = sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya (sering disebut gejala) Logos = uraian, percakapan Fenomenologi: Uraian atau percakapan tentang fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala.
32
Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma- norma, tidak pun menilainya, juga tidak “membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral. Etika fenomenologi hanya menjelaskan, menunjukkan adanya unsur-unsur itu dalam kesadaran moral. Etika fenomenologi tidak memasang sendiri norma- norma, tidak pun menilainya, juga tidak “membuktikan” sifat mutlak kesadaran moral. Etika fenomenologi hanya menjelaskan, menunjukkan adanya unsur-unsur itu dalam kesadaran moral. Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan; artinya, ilmu pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan hakikat kesusilaan. Fenomenologi kesusilaan mencari makna kesusilaan dari gejala-gejala kesusilaan; artinya, ilmu pengetahuan ini melukiskan kesusilaan sebagaimana adanya, mempertanyakan apakah yang merupakan hakikat kesusilaan. Ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran. Ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran.
33
Etika Normatif Etika normatif tidak lagi berbicara tentang gejala- gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan. Etika normatif tidak lagi berbicara tentang gejala- gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai dan sikap manusia ditentukan. Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. Etika normatif memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia. Etika normatif memberikan penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Etika normatif itu tidak deskriptif, tetapi preskriptif (artinya memerintahkan); tidak melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral. Etika normatif itu tidak deskriptif, tetapi preskriptif (artinya memerintahkan); tidak melukiskan melainkan menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.
34
Metaetika Meta (Yunani) = “melebihi”, “melampaui”, “setelah”, “di luar”, “tentang”. “setelah”, “di luar”, “tentang”. (metabahasa = bahasa yang (metabahasa = bahasa yang dipakai dalam berbicara dipakai dalam berbicara tentang bahasa). tentang bahasa). Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas. Istilah metabahasa diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan di bidang moralitas.
35
Metabahasa bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan di bidang moral. Metabahasa bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis” atau bahasa yang digunakan di bidang moral. Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan dan keburukan, kerap tidak bisa bisa dijawab secara memuaskan. Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan dan keburukan, kerap tidak bisa bisa dijawab secara memuaskan.
36
Etika Umum Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia. Tema-tema yang menjadi penyelidikan etika umum: Tema-tema yang menjadi penyelidikan etika umum: - Apakah norma etis itu? Jika ada banyak norma etis, bagaimana hubungannya satu sama lain? bagaimana hubungannya satu sama lain? - Mengapa norma moral mengikat kita? Apakah nilai itu dan apakah kekhususan nilai moral? itu dan apakah kekhususan nilai moral? - Bagaimana hubungan tanggung jawab manusia dan kebebasannya? Dapatkah dipastika bahwa manusia kebebasannya? Dapatkah dipastika bahwa manusia sungguh-sungguh bebas. sungguh-sungguh bebas. - Apakah yang dimaksud dengan hak dan kewajiban? Bagaimana kaitannya satu sama lain? Bagaimana kaitannya satu sama lain?
37
Etika Khusus Etika khusus membahas prinsip-prinsip moral dasar itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya; atau, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap bidang kehidupan manusia. Etika khusus membahas prinsip-prinsip moral dasar itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya; atau, etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada setiap bidang kehidupan manusia. Karena sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa juga dikatakan sebagai “etika terapan”. Karena sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa juga dikatakan sebagai “etika terapan”.
38
MULTAS GRACIAS
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.