Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

OLEH: NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "OLEH: NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021."— Transcript presentasi:

1 OLEH: NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021

2 Pelarut Metanol Metanol Dapar fosfat pH 5 OPTIMASI PELARUT Metanol Dapar fosfat pH 6 Kesalahan Fotometrik

3 Grafik Jumlah Kesalahan Fotometrik terhadap Jenis Pelarut

4 SPEKTRUM SERAPAN AMLODIPIN KONSENTRASI 4 – 12 µg/mL METANOL

5 SPEKTRUM SERAPAN VALSARTAN KONSENTRASI 6 – 18 µg/mL METANOL

6 SPEKTRUM TUMPANG TINDIH SERAPAN TUNGGAL AMLODIPIN DAN VALSARTAN METANOL

7 METODE ABSORPTION FACTOR Metode ini merupakan modifikasi dari metode persamaan simultan, perbandingan serapan pada dua panjang gelombang untuk suatu zat, yang harus mematuhi hukum Lambert – Beer. Syarat utama dari metode ini adalah kurva spektra dari masing – masing zat harus saling tumpang tindih satu sama lain. Suatu zat dengan pelarut yang berbeda, maka akan menghasilkan panjang gelombang dan serapan yang berbeda pula

8 SPEKTRUM TUMPANG TINDIH ABSORPTION FACTOR METANOL

9 METODE SUCCESSIVE RATIO DERIVATIVE SPECTRA Metode ini baru-baru diadopsi untuk analisis campuran obat sebagai pengurangan rasio berturut-turut. Jika kita memiliki campuran ternary X, dan Y, di mana salah satunya lebih diperluas dan menunjukkan spektrum yang lebih diperluas, sehingga kita dapat menghilangkan salah satunya dengan pengurangan rasio, maka obat yang tidak diperluas spektrumnya ditentukan sebagai campuran biner atau menghilangkannya satu per satu menggunakan pengurangan rasio berturut-turut. Metode ini bisa menjadi metode pilihan ketika ada bagian yang diperluas dari spektrum salah satu analit tetapi juga dapat mewakili batasan besar

10 SPEKTRUM HASIL PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN AML SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT-TURUT

11 SPEKTRUM HASIL SUBTRACTION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN AML SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT-TURUT.

12 SPEKTRUM HASIL MULTIPLICATION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN AML SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT

13 SPEKTRUM TUNGGAL HASIL MULTIPLICATION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN AML SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 8 µG/ML DENGAN VLS 12 µG/ML

14 TUMPANG TINDIH SPEKTRUM HASIL MULTIPLICATION DENGAN VLS UNTUK MENENTUKAN NILAI CONCIDENCE POINT

15 SPEKTRUM HASIL PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN VLS SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT

16 SPEKTRUM HASIL SUBTRACTION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN VLS SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT

17 SPEKTRUM HASIL MULTIPLICATION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN VLS SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 4, 6, 8, 10,12 µg/mL DENGAN VLS 6, 9, 12, 15, 18 µg/mL SECARA BERTURUT

18 SPEKTRUM TUNGGAL HASIL MULTIPLICATION DENGAN CONSTANT DARI PEMBAGIAN CAMPURAN AML DAN VLS DENGAN VLS SEBAGAI DIVISOR MELALUI PERBANDINGAN RASIO KONSENTRASI DARI AML 8 µG/ML DENGAN VLS 12 µG/ML

19 Tumpang Tindih Spektrum Hasil Multiplication Dengan AML Untuk Menentukn Nilai Concidence Point

20 KURVA KALIBRASI AML PADA λ MAKSIMUM SECARA AFM 358 nm

21 KURVA KALIBRASI VLS PADA λ MAKSIMUM SECARA AFM 247,2 nm

22 KURVA KALIBRASI AML PADA λ CONCIDENCE POINT

23 KURVA KALIBRASI VLS PADA λ CONCIDENCE POINT

24 MODIFIKASI PERHITUNGAN KONSENTRASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ABSORPTION FACTOR DARI AMLODIPIN DAN VALSARTAN MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Absoprtion Factor

25 Penetapan kadar VLS (komponen X) dengan metode successive ratio, spektrum campuran dibagi dengan amlodipin dengan konsentrasi 8 µg mL-1 dari AML diperoleh konstanta, kemudian dilakukan subtraction dan pengkalian terhadap spektrum standar 8 µg mL-1 dari AML sehingga diperoleh concidence point (nilai yang diperoleh dari tumpang tindih antara spektrum hasil multiplication manipulate dengan spektrum standard sampel yang dicari dengan melihat puncak panjang gelombang maksimum hasil manipulate yang berhimpitan dengan spektrum standard sampel analisa). Kemudian dibuat kurva kalibrasi pada panjang gelombang di titik tersebut. MODIFIKASI PERHITUNGAN KONSENTRASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUCCESSIVE RATIO DERIVATIVE SPECTRA DARI AMLODIPIN DAN VALSARTAN MENGGUNAKAN PELARUT METANOL Perhitungan Terlampir.

26 HASIL PEROLEHAN KADAR AMLODIPIN DAN VALSARTAN DALAM SEDIAAN TABLET A DAN B MENGGUNAKAN PELARUT METANOL DENGAN METODE AFM DAN SRDS TABLET A TABLET B

27 VALIDASI METODE AFM DAN SRDS

28 NILAI INTRADAY DAN INTERDAY

29 Kesimpulan a.Metanol merupakan jenis pelarut terbaik jika dibandingkan dengan campuran metanol dapar fosfat pH 5; pH 6 untuk analisis simultan AML dan VLS. b.Metode AFM dan SRDS dapat digunakan untuk menetapkan kadar AML dan VLS secara simultan dan memenuhi syarat validasi metode. c.Metode AFM dan SRDS dapat digunakan untuk menetapkan secara simultan kadar AML dan VLS dalam sediaan tablet di pasaran. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, disarankan peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap sediaan tablet yang mengandung lebih dari tiga campuran obat dengan menggunakan metode AFM dan SRDS. Kesimpulan dan Saran

30 TERIMA KASIH


Download ppt "OLEH: NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google