Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehFendi Napitupulu Napitupulu Telah diubah "3 tahun yang lalu
1
GEJALA VULKANISME
2
Vulkanisme Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan pembentukan gunungapi, yaitu pergerakan magma dari dalam litosfera yang menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke permukaan bumi. Keterangan gambar: 1.Batolit yang merupakan batuan intrusi sangat besar. 2.Pipa kawah (gang atau diatrema). 3.Lubang kepundan (kawah). 4.Sumbat kepundan. Erupsi dapat terjadi lagi bila aliran magma terhalang sumbat kepundan. 5.Gunung api parasiter (adventif) atau anak gunung api, yang muncul pada lereng. 6.Lakolit berbentuk lensa cembung. 7.Sills (retas) berbentuk tipis, mendatar, dan sejajar dengan lapisan batuan.
3
Vulkanisme Intrusi Magma Magma dari dalam Bumi dapat mengalir menyusup di antara lapisan batuan tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Setelah membeku, penyusupan magma ini membentuk kenampakansebagai berikut. a) Batolit b) Lakolit c) Sills d) Diatrema Ekstrusi Magma Ekstrusi magma terjadi bila magma keluar ke permukaan Bumi akibat tekanan dari dalam Bumi. Aktivitas ini bisa menimbulkan letusan (erupsi)pada gunung api. Erupsi Linier atau Erupsi Melalui Retakan Magma dari dapur magma mengalir menyusup keluar melalui retakan memanjang pada kulit Bumi. Akibat erupsi ini terbentuk deretan gunung api. Erupsi Areal Magma yang keluar dan meleleh pada permukaan Bumi dapat terjadi karena letak dapur magma yang sangat dekat dengan permukaan Bumi. Akibat erupsi ini terbentuk kawah gunung api yang sangat luas. Erupsi sentral atau biasa kita kenal sebagai letusan gunung api terjadi karena keluarnya magma melalui sebuah lubang di permukaan Bumi hingga terbentuk gunung yang letaknya terpisah dengan gunung-gunung lainnya.
4
Proses Erupsi Sentral Dapat Membentuk Tiga Macam Bentuk Gunung Api, Yaitu: (1) Gunung Api Perisai (Tameng) Gunung api ini terbentuk karena sifat magma yang keluar sangat encer dengan tekanan yang rendah, hampir tanpa letusan. Lereng gunung yang terbentuk menjadi sangat landai. Di Indonesia hampir tidak ada gunung yang berbentuk perisai, sehingga magma mudah mengalir ke segala arah. Sebagian besar gunung ini ada di Hawaii. (2) Gunung Api Maar Bentuk gunung api maar seperti danau kering. Jenis letusan yang terjadi adalah jenis eksplosif sehingga membentuk lubang besar pada bagian puncak (kawah). Letusan gunung api seperti ini terjadi karena ukuran dapur magma kecil dan letaknya dangkal, sehingga letusan hanya terjadi satu kali kemudian mati. Contoh Danau Klakah di Lamongan dan Danau Eifel di Prancis. (3) Gunung Api Strato Gunung api ini terbentuk akibat terjadi-nya erupsi eksplosif dan erupsi efusif ber- selang-seling. Sebagian besar gunung api di alam ini merupakan gunung api strato. Contoh: Gunung api Merapi, Merbabu, Semeru, dan Kelud di Indonesia, Gunung Fuji di Jepang, Gunung Vesuvius di Italia, serta Gunung Santo Helens dan Rainier di Amerika Serikat.
5
Sebuah Gunungapi Yang Akan Meletus Pada Umumnya Memperlihatkan Tanda-tanda Yang Dapat Diamati Oleh Penduduk Di Sekitarnya. Gejala alam yang menjadi indikasi gunungapi akan meletus antara lain: 1)suhu di sekitar kawah mengalami peningkatan dari rata-rata suhu normal; 2)sumber air yang terletak di sekitar wilayah tersebut banyak yang tiba-tiba kering; 3)banyak pohon-pohon yang tumbuh di sekitar areal gunung mengering dan mati; 4)sering terjadi getaran-getaran gempa, baik yang skalanya kecil maupun besar yang kadang-kadang disertai suara gemuruh; 5)binatang-binatang liar yang hidup di sekitar gunungapi banyak yang mengungsi ke wilayah lain. Berbagai Macam Bahan yang Dikeluarkan oleh Tenaga Vulkanisme a. Benda Cair Benda cair terdiri atas berikut. Lava, Lahar panas, Lahar dingin, terdiri dari batu, pasir, dan debu di puncak gunung. Jika hujan lebat, air hujan itu akan bercampur dengan debu dan pasir yang merupakan bubur kental b. Efflata (bahan padat) Berdasarkan asalnya, efflata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu efflata antogen/pyrodastic atau effata yang berasal dari magma sendiri dan efflata allogen atau efflata yang berasal dari bebatuan yang berada di sekitar pipa kawah yang ikut terlempar. c. Bahan gas (ekshalasi) Bahan gas terdiri atas: (1) solftar, yaitu gas (H2S) yang keluar dari lubang; (2) fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air; (3) mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan CO2 seperti Pegunungan Dieng dan Gunung Tangkuban Perahu.
6
Peristiwa Post Vulkanis Peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati atau yang telah meletus sering disebut dengan peristiwa post vulkanis. Peristiwa ini, antara lain, sebagai berikut. a) Makdani Makdani merupakan sumber mata air mineral yang biasanya panas dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya penyakit kulit. b) Geyser Geyser merupakan mata air yang memancarkan air panas secara periodik setiap jam, satu hari, atau satu minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai 10 sampai 100 meter. Contoh: di Selandia Baru, Pulau Islandia, dan Yellowstone National Park (Amerika). c) Fumarol Fumarol adalah sumber gas yang dapat merupakan: (1) mofet, adalah sumber gas asam arang (CO2), contohnya: Gunung Tangkuban Perahu; (2) sumber uap air, contohnya: fumarol gunung-gunung yang terdapat di Italia dan Islandia; (3) solfatar, adalah sumber gas belerang (H2S), contohnya: Gunung Papandayan, Kawah Manuk, dan Gunung Welirang.lfatar, adalah sumber gas belerang (H2S),
7
TIPE LETUSAN GUNUNG API Tipe letusan gunungapi ditentukan berdasarkan kedalaman dapur magma, volume dapur magma, dan kekentalan (Viscositas) magma. Viscositas magma bergantung pada susunan dan tingginya suhu. Semakin tinggi suhunya maka semakin besar viscositasnya. (1) Tipe Hawaii Tipe ini mempunyai ciri, yaitu lava cair yang mengalir keluar (letusan air mancur). Contoh, Gunung Mauna Loa di Kepulauan Hawaii. (2) Tipe Stromboli Tipe stromboli mempunyai ciri-ciri yaitu seringnya terjadi letusan-letusan kecil yang tidak begitu kuat, namun terus-menerus, dan banyak mengeluarkan efflata. Contoh, Gunung Vesuvius di Italia, Gunung Raung di Jawa, dan Gunung Batur di Bali. (3) Tipe Vulkano Tipe vulkano mempunyai ciri-ciri, yaitu cairan magma yang kental dan dapur magma yang bervariasi dari dangkal sampai dalam, sehingga memiliki tekanan yang sedang sampai tinggi. Tipe ini merupakan tipe letusan gunung api pada umumnya. Contoh, Gunung Semeru di Jawa Timur. (4) Tipe Perret Tipe perret termasuk tipe yang sangat merusak karena ledakannya sangat dahsyat. Ciri utama tipe ini ialah letusan tiangan, gas yang sangat tinggi, dan dihiasi oleh awan menyerupai bunga kol di ujungnya. Contoh, letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan tipe perret yang letusannyapaling kuat dengan fase gas setinggi 50 km. (5) Tipe Merapi Lava kental yang mengalir keluar perlahan-lahan dan membentuk sumbat kawah adalah ciri-ciri tipe Merapi. Karena tekanan gas dari dalam semakin kuat, maka kawah tersebut terangkat dan bagian luarnya pecah-pecah disertai awan panas yang membahayakan penduduk. (6) Tipe St. Vincent Tipe letusan ini merupakan tipe letusan dengan lava yang kental, tekanan gas sedang, dan dapur magma yang dangkal. Contohnya, Gunung Kelud dan St. Vincent. (7) Tipe Pelle Tipe letusan yang dicirikan dengan lava kental, tekanan gas tinggi, dan dapur magma yang dalam. Contohnya, Gunung Montagne Pelee di Amerika Tengah. Beberapa tipe letusan hasil penelitian
8
GEMPA BUMI Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Agar bisa membaca peta informasi gempa, kita harus mengenal beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam peta gempa, yaitu sebagai berikut: a)Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian dalam. b)Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus dengan hiposentrum. c)Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dengan episentrum. d)Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami intensitas getaran gempa yang sama besarnya. e)Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum. f)Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
9
KLASIFIKASI GEMPA Gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor penyebabnya, kedalaman hiposentrum, jarak episentral, dan letak pusat gempa Berdasarkan faktor penyebabnya a)Gempa bumi runtuhan (Fall Earthquake) Gempa ini terjadi akibat runtuhnya batu-batu raksasa di sisi gunung, atau akibat runtuhnya gua-gua besar. Radius getaran tidak begitu besar atau tidak terasa. b)Gempa bumi vulkanik (Volcanic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat aktivitas gunung api. Dalam banyak peristiwa, gempa bumi ini mendahului erupsi gunung api, tetapi lebih sering terjadi secara bersamaan. Getaran gempa vulkanik lebih terasa dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya terasa di daerah yang lebih luas. c)Gempa bumi tektonik (Tectonic Earthquake) Gempa ini terjadi akibat proses tektonik di dalam litosfer yang berupa pergeseran lapisan batuan tua terjadi dislokasi. Gempa ini memiliki kekuatan yang sangat besar dan meliputi daerah yang sangat luas. Berdasarkan bentuk episentrum a)Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Gempa tektonik merupakan gempa linear. Salah satu akibat tektonisme adalah patahan. b)Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berupa titik. Gunung api pada erupsi sentral adalah sebuah titik letusan, demikian juga runtuhan retak bumi. Berdasarkan jarak episentrum a)Gempa setempat, berjarak kurang dari 10.000 km. b)Gempa jauh, berjarak 10.000 km. c)Gempa jauh sekali, berjarak lebih dari 10.000 km.
10
Berdasarkan kedalaman hiposentrum a)Gempa dangkal, memiliki kedalaman hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan bumi. b)Gempa menengah, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 100 km-300 km di bawah permukaan bumi. c)Gempa dalam, memiliki kedalaman hiposentrumnya antara 300- 700 km di bawah permukaan bumi. Sampai saat ini tercatat gempa terdalam 700 km. Berdasarkan letak pusat gempa a)Gempa laut, terjadi jika letak episentrumnya terletak di dasar laut atau dapat pula dikatakan episentrumnya terletak di permukaan laut. Gempa ini terjadi karena getaran permukaan dirambatkan di permukaan laut bersamaan dengan yang dirambatkan pada permukaan bumi di dasar laut. b)Gempa darat, terjadi jika episentrumnya berada di daratan Gelombang gempa ada dasarnya, ada tiga macam gelombang gempa,yaitu sebagai berikut: 1)Gelombang longitudinal atau gelombang primer (P), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat pertama kali oleh seismograf dengan kecepatan antara 7 - 14 km per detik dan periode gelombang 5 - 7 detik. 2)Gelombang transversal atau gelombang sekunder (S), yaitu gelombang yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dan tercatat sebagai gelombang kedua oleh seismograf dengan kecepatan antara 4 - 7 km per detik dan periode gelombang 11 - 13 detik. 3)Gelombang panjang atau gelombang permukaan, yaitu gelombang yang merambat dari episentrum menyebar ke segala arah di permukaan bumi dengan kecepatan antara 3,5 - 3,9 km per detik dan periode gelombang relatif lama.
11
Metode Penentuan Episentrum Gempa 1) Metode Episentral Pencatatannya dilakukan di beberapa tempat yang berbeda, sehingga pusat gempa dan episentrumnya bisa diketahui secara tepat. Untuk menentukan letak suatu episentrum gempa, diperlukan catatan gempa bumi dari minimal tiga pencatat gempa bumi. Jarak stasion ke episentrum dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Laska berikut: Δ = Delta, menunjukkan jarak ke episentrum S = Saat tibanya gelombang S pada seismograf P = Saat tibanya gelombang P pada seismograf r = 1 menit; 1 megameter = 1.000 km. Contoh soal: Gempa Gunung Tangkubanperahu tercatat pada seismograf stasion di Garut sebagai berikut: a)Gelombang longitudinal tercatat pada jam 08 25’ 25“ b)Gelombang transversal tercatat pada jam 08 26’ 40" Berapa jarak Garut dari episentrum gempa? Jawab: Delta = {(08 26’ 40” – 08 25’ 25”) – 1’} × 1.000 km = ( 01’ 15” – 1’) × 1.000 km = 15/60 × 1.000 km = 250 km Jarak dari episentrum ke Garut adalah sekitar 250 km.
12
2) Metode Homoseista Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan Bumi yang mencatat getaran gempa yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya, a)seismograf yang terdapat di stasiun D, E, dan F mencatat getaran gempa pada pukul 20:35.15 WIB. b)Pada peta ketiga stasiun tersebut terletak pada satu garis homoseista. Untuk menentukan lokasi episentrum, c)buatlah garis DE, dan EF kemudian tariklah sumbu dari kedua garis tersebut. Pertemuan kedua sumbu garis merupakan lokasi episentrum Intensitas kekuatan gempa Untuk mengetahui intensitas kekuatan gempa, maka kita menggunakan skala intensitas gempa. Skala yang biasa digunakan adalah Richter Magnitude Scale dan Modified Mercalli Intensity. Richter mendasarkan skalanya pada magnitudo dengan menggunakan besar magnitudonyaangka 1 sampai 9. Jadi semakin besar angka, semakin
13
Proses terjadinya tsunami Saat ini, berita tentang bahaya Tsunami terus mengancam di berbagai wilayah dunia yang dilalui oleh zona-zona tumbukan lempeng, seperti di Indonesia. a.Tsunami adalah gelombang laut tinggi yang muncul akibat pengaruh terjadinya gempa yang bersumber di bawah laut. b.Jika bagian dasar laut naik atau turun secara mendadak maka air di atasnya akan mengalami guncangan yang berupa gelombang-gelombang hebat yang dipancarkan ke seluruh arah, sehingga terjadilah tsunami. c.Kecepatan gelombang ini tergantung pada kedalaman dasar laut dan gaya gravitasi bumi. d.Ketika tsunami bergerak cepat melintasi samudera, gelombangnya tetap rendah. e.Tetapi ketika mencapai pantai, gelombang tersebut naik, sehingga membentuk dinding air raksasa. f.Gelombang bergerak cepat menuju daratan, merusak segala sesuatu yang dilaluinya. Tinggi gelombang tsunami bisa mencapai 30 meter.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.