Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Hemoglobin Hemoglobin adalah bentuk protein yang terkonjugasi di dalam sel darah merah dan merupakan komponen pigmen.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Hemoglobin Hemoglobin adalah bentuk protein yang terkonjugasi di dalam sel darah merah dan merupakan komponen pigmen."— Transcript presentasi:

1

2 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

3 Pemeriksaan Hemoglobin Hemoglobin adalah bentuk protein yang terkonjugasi di dalam sel darah merah dan merupakan komponen pigmen yang mempunyai banyak kandungan besi. Fungsi hemoglobin antara lain : 1.Mengikat oksigen yang kita hirup dan ditransportasikan ke berbagai bagian tubuh 2.Memberi warna merah pada darah 3.Mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh

4 1.Pemeriksaan kadar haemoglobin digunakan untuk menilai status besi, 2.Ada beberapa cara untuk menentukan kadar haemoglobin yaitu dengan cara : Sahli, Tallqvist, dan Cyanmethaemoglobin

5 3. Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah, pengambilan darah dilakukan melalui jaringan perifer. 4.Prinsip pemeriksaan hemoglobin adalah darah diubah menjadi Hematin chlorida, yang warnanya menjadi coklat tua (tengguli)

6 Prosedur Pemeriksaan Haemoglobin dengan Sahli Alat dan perlengkapan : a.Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari : Gelas berwarna sebagai warna standard dan tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan 22. Skala merah untuk hematokrit. b.Pengaduk dari gelas c.Pipet Sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul d.Pipet pasteur. e.Kertas saring/tissue/kain kassa kering f.Lancet g.kapas alcohol dan kapas kering h.Bengkok i.Larutan klorin 0,5 % dalam tempatnya j.sabun cair k.perlak dan pengalas l.tempat sampah Bahan : a.darah tepi ibu b.HCl 0,1 % c.Aquades untuk pelarut

7 Tahap Preinteraksi Baca catatan medis pasien Siapkan alat-alat dan tempatkan alat ke dekat pasien secara ergonomis dan jaga privacy ruangan Cuci tangan

8 Tahap Orientasi Berikan Salam, panggil pasien dengan namanya Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan Menjelaskan tentang tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan Pastikan bahwa ibu telah mengerti mengenai prosedur dan tujuan yang akan dilakukan Buatlah imformed consent

9 Tahap Kerja 1. Pakai sarung tangan, gunakan sesuai ukuran dan tidak bocor 2. Isilah tabung sahli dengan HCl 0,1 N Alat haemometer dalam keadaan bersih dan kering, Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 N atau sampai batasi angka 2 pada tabung skala ( HCl tidak boleh lebih atau kurang )

10 Lanjutan tahap kerja.......... 3. Desinfeksi ujung jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol, biarkan sebentar sampai kering. Taruh kapas bekas antiseptik kedalam bengkok 4. Tusuk ujung jari dengan lanset steril bersihkan terlebih dahulu darah yang pertama keluar dengan kapas kering. Saat melakukan penusukan jangan terlalu keras

11 Lanjutan tahap kerja.......... 5. Hisap darah menggunakan pipet sahli yang tersambung dengan tabung spuit yang telah diberi tekanan negatif untuk menampung darah sampai mencapai garis biru pada tabung atau angka 20 mm dan pastikan ukuran tepat dan tidak ada udara didalam tabung 6. Masukkan darah kedalam tabung dengan memberi tekanan positif pada tabung Spuit. Ujung pipet harus masuk ke dalam larutan HCl 0,1 N Masukkan darah secepatnya sebelum membeku. pastikan semua darah dalam pipet masuk ke tabung

12 Lanjutan tahap kerja.......... 7. Aduk dengan batang pengaduk kaca, pastikan darah dan HCl benar-benar tercampur 8. Encerkan dengan aquadest tetes demi tetes ke dalam tabung sahli sampai larutan sama dengan warna standar pada haemometer Jangan memasukkan aquades sekaligus

13 9. Baca skala meniscus yang ditunjukkan pada skala tabung sahli, baca ditempat yang terang jangan menutupi bagian belakang standar Normal apabila kadar Hb > 11 gr% Anemia ringan apabila kadar Hb berkisar 10 gr% - < 11 gr% Anemia sedang apabila kadar Hb 7 gr% - 10 gr% Anemia berat apabila kadar Hb di bawah 7 gr% Lanjutan tahap kerja..........

14 Tahap Terminasi 1.Cuci sarung tangan dalam keadaan terpakai dan buka dalam keadaan terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit untuk didekontaminasi. 2.Bereskan dan rapikan alat dan bahan yang telah selesai digunakan 3.Cuci tangan kembali di bawah air mengalir setelah selesai melakukan tindakan dengan menggunakan sabun kemudian keringkan dengan handuk bersih

15 Dokumentasi Catat hasil pemeriksaan di dalam catatan keperawatan

16 PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH (ABO)

17 Golongan Darah ABO DITEMUKAN PADA 1990. DENGAN KLISIFIKASI FENOTIP: A, B, AB, O

18 Klasifikasi didasarkan : ANTIGEN(aglutinogen) A DAN B DI RBC dan (aglutinin ) ANTI A DAN ANTI B DI SERUM

19 Dikenal 4 jenis golongan darah Gol A : RBC  aglutinogen A, serum  aglutinin anti-B Gol B : RBC  aglutinogen B serum  aglutinin anti-A Gol AB : RBC  qglutinogen A dan B serum  aglutinogen (-) Gol O : RBC  aglutinogen (-) serum  aglutinin A dan B

20 Ada 2 Cara Penetapan golongan darah : Penetapan aglutinogen di RBC (forward grouping, cell typing) Penetapan aglutinin di serum (reverse grouping, serum grouping) Cara terbaik : melakukan kedua penetapan : penetapan aglutinogen dan aglutinin bersama- sama.

21 Cara dengan kaca objek Letakkan 1 tetes serum anti A, 1 tetes serum anti-B, 1 tetes serum anti-AB di kartu gol darah sesuai kotaknya. Teteskan 1 tetes darah di masing-masing tetes serum, campur dengan lidi. Goyang kaca objek dengan gerakan melingkar Perhatikan adanya aglutinasi di salah satu atau beberapa kotak.

22 Pembacaan hasil test Anti-AAnti-BAnti-A,BGol. darah (-) (O) (+)(-)(+)(A) (-)(+) (B) (+) (AB)

23 Cara dengan tabung Buat suspensi sel darah dalam lar. NaCl 0.9% Sediakan 3 tabung reaksi kecil di rak. Teteskan anti serum anti A, anti B dan anti AB di tiap tabung Tambahkan 1 tetes suspensi sel pada masing-masing tabung, campur. Pusing 1 menit, rpm 1000. Goyang tabung, lihat ada aglutinasi.

24 Reverse grouping Menentukan aglutinin di serum dengan sel RBC yang telah diketahui aglutinogennya. Sebaiknya dengan cara tabung.

25 Cara Reverse grouping Buat suspensi RBC dalam larutan NaCl 0.9%. Sediakan 2 tetes serum yang akan diperiksa di tabung bertanda A dan B Masukkan setetes sel gol A ke tabung A dan sel gol B ke tabung B. campur. Biarkan tabung 5 – 15 menit. Pusing tabung 1 menit pada rpm 1000. Perhatikan adanya aglutinasi.

26 Pembacaan hasil test Tab ATab. B Serum yg diperiksa berasal dari gol. darah (+) O (-)(+)A (-)B AB

27 Faktor Rhesus ditemukan tahun 1940 oleh Landsteiner dan Wiener

28 Golongan Darah Rhesus RHESUS (+)  Rh (+) mengalami aglutinasi bila direaksikan dengan anti D (antibodi terhadap antigen D) Rh (+) bersifat dominan RHESUS (–)  Rh (–) tidak mengalami aglutinasi dengan anti D

29 Eritrosit manusia Rh (+) bila mempunyai antigen D  RBC + anti D  Aglutinasi (+) Rh (–) bila tidak memiliki antigen D  RBC + anti D  Aglutinasi (–)

30 URINALISIS oleh: Dr. Suryanto BAGIAN PATOLOGI KLINIK FK UMY

31 Pendahuluan Penyakit ginjal dan saluran kemih dapat asimtomatik sampai kerusakan 70-80% sehingga diperlukan pemeriksaan lab. yang dapat mendeteksi sedini mungkin kelainan tsb. Peradangan pada sal.kemih bagian bawah dapat naik/asenderen mengenai ginjal sampai terjadi kegagalan fungsi ginjal. Urinalisis : informasi diagnostik kelainan morfologik/anatomik sebelum terjadi kelainan fungsi.

32

33

34

35

36 Urinalisis : analisis mengenai ada tidaknya kelainan ginjal-sal.kemih/di luar ginjal-sal.kemih hasil pemeriksaan urin. Kelainan di ginjal-sal kemih : - Peradangan : leukosituria - Perdarahan : hematuria mikroskopis, ”gross hematuria”, piuria - Peny.ginjal: proteinuria persisten, silinderuria patologis, BJ yang selalu rendah (hipoperfusi, kerusakan parenkim, obstruksi)

37 Kelainan di luar ginjal-sal.kemih -DM: glukosuria,poliuria, BJ ,keton (+) -D.Insipidus: poliuria dengan BJ  -P.Perdarahan: hematuria/Hb.uria -Kehamilan:proteinuria,deskuamasi epitel,glukosa(+), HCG(+) -Payah jantung:proteinuria, fase edema vol.urin  -Hepatitis:bilirubinuria, urobilinogenuria -MM: Protein Bence Jones (+) -Panas/febris : proteinuria, hematuria mikros

38 Macam pemeriksaan urin: 1.Urin rutin : dikerjakan pada setiap penderita tanpa indikasi, digunakan sebagai dasar pemeriksaan lebih lanjut (makroskopis,sedimen,kimia) 2.Urin khusus : berdasarkan indikasi untuk menunjang diagnosis (bilirubin, keton, nitrit,Hb,urobilinogen, protein Bance Jones)

39 Macam sampel urin: 1.Urin sewaktu : untuk kualitatif 2.Urin pagi: pem.rutin dan tes kehamilan 3.Urin Pagi II: sesudah 1 jam 4.Urin 2jam setelah makan : glukosa 5.Urin tampung 12jam/24jam: kuantitatif 6.Urin residual:ada/tdknya hambatan berkemih (kateter)

40 Syarat urin yg akan diperiksa: Urin segar/baru (1-3jam) alasannya : - warna belum berubah - pH belum berubah - zat-zat tertentu belum berubah - bakteri belum berkembang biak

41 Pemeriksaan urin rutin: 1.Makroskopik/fisik: warna, kejernihan, buih, bau, BJ 2.Mikroskopis/sedimen : sdm, sdp, epithel, kristal, silinder, lain-lain. 3.Kimia : pH, protein, glukosa

42 1. Volume urin: Vol. Normal : 1200 – 1500 ml/24 jam Produksi urin dipengaruhi : - luas permukaan badan - intake cairan - kelembaban udara - aktifitas fisik/ psikis - obat : antipiretik, analgesik, diuretik

43 Abnormal volume urin : -poliuria : > 2000 ml/24 jam -oligouria: < 400 ml/ 24 jam -Anuria: < 100 ml/24 jam -Nokturia : vol. Urin malam meningkat > 500 ml dengan BJ < 1,018 (tanda dini kerusakan ginjal) -Polakisuria : frekuensi meningkat, vol.N -Retensi urin : tdk keluar o.k tertahan ; batu kandung kemih, radang uretra, BPH

44 2. Warna urin Normal disebabkan oleh pigmen: - urokrom (ginjal) - uroeritrin (timbunan asam urat) - urobilin Patologis : - seperti teh(bilirubin), merah(darah,Hb,myoglobin), hitam(melanin), hijau(biliverdin), putih susu(khilus), putih keruh(nanah).

45 3. Kejernihan Normal : jernih Keruh sejak dikemihkan : fosfat jumlah banyak(tdk ada arti klinis), nanah, khilus, darah Keruh setelah didiamkan : amorf fosfat, bakteri berkembang biak

46 4. Buih Normal : setelah dikocok buih cepat hilang Abnormal : -buih putih bertahan lama (proteinuria) -buih berwarna kuning (bilirubinuria)

47 5. Berat Jenis urin : Gambaran tentang kemampuan ginjal dalam pemekatkan urin BJ normal : 1,015 – 1,030 BJ  o.k obat, cairan kontras, glukosa, protein perlu koreksi BJ <1,018 setalah puasa malam hari menunjukkan gangguan tubulus BJ = BJ plasma = 1,010 (isosterniuria) menunjukkan gagal ginjal kronik

48 6. Bau Abnormal : -Bau buah-buahan :asaal benda keton -Amoniak : perombakan amoniak -Asam sulfat : perombakaan protein -Bau tinja : perforasi usus ke VU -Busuk : keganasan sal.kemih

49 7. Glukosuri: Keadaan glukosuria dapat disebabkan : - gangguan reabsorbsi tubulus - nilai ambang ginjal terlampaui > 180 mg/dl serum

50 8. Bilirubin Normal : negatif Patologis : bilirubin positip (liver disease, obstruksi bilier) 9. Protein Bance Jones Normal : negatip Positip : pada penyakit Multiple Myoloma.

51 10. Hemoglobin Normal : negatip Positip pada anemia hemolitik yang berat Bedakan Hemoglobinuria dengan hematuria. 11. Nitrit tes nitrit positip menandakan adanya bakteriuria (bakteri yang mengubah nitrat menjadi nitrit) Dipengaruhi 3 faktor : jenis bakteri (Enterobactericeae), jumlah nitrat, lamanya urin di VU

52 Pemerik.kelainan ginjal-sal.kemih A.Kelainan morfologik/anatomik: 1.Proteinuria menetap jenis protein : albumin(selektif) globulin(non-selektif) 2.SDM>5/LPB 3.Silinderuria patologik (broad cast) 4.epithel tubulus, oval fat bodies 5.RTA(Renal Tubuler Antigen) 6.NAG(N-asetl-beta-D-glukosamidase)

53 Contoh : 1.Kerusakan glomerulus a.l : peny.imun, hipertensi lama, DM, toksin 2.Kerusakan tubulus a.l : GFR meningkat memperberat kerja reabsorbsi tubulus kerusakan tubulus, peradangan, sumbatan tubulus oleh protein, Hb, mioglobin, obat-obatan.

54 Hematuria Fisiologis Patologis - aktifitas fisik >> -perdarahan - febris sepanjang ginjal/ - ggn.sirkulasi sal.kemih Batu Bkn. Batu - kristal +/- -trauma - Calsium darah -keganasan - asam urat darah

55 Leukosituria Bukan radang radang -aktifitas fisik>> -dehidrasi luar ginjal ginjal sal.kemih -stress -pelvitis protein+ protein+/- -febris -tercemar silinder(+) silinder(-)

56 B. Kelainan Fungsi : 1.Fungsi glomerulus : ureum, kreatinin, LFG/GFR 2.Fungsi tubulus: BJ, Na urin, glukosa 3.Fungsi tubulus dan glomerulus : volume urin, beta 2 mikroglobulin asam urat darah.

57 1. Penetapan kadar ureum dan kreatinin Meninggakat kadarnya apabila kegagalan fungsi >50% Kenaikan ureum lebih dulu dari kreatinin oleh karena : kreatinin pelepasanya ke plasma relatif konstan, ± 20% disekresi tubulus ke urin. Kreatin baru meningkat dengan cepat apabila kerusakan ginjal 2/3 bagian

58 Kreatinin Merupakan pemeriksaan terbaik dan mudah untuk mengukur permeabilitas glomerulus Relatif sedikit dipengaruhi oleh daging dalam makanan, kecuali pada GFR yang rendah. Orang tua GFR turun dan massa otot juga berkurang, maka kadar kreatinin yang normal belum tentu menyatakan fungsi ginjal normal. Penurunan bukan karena gangguan fungsi ginjal dapat dijumpai pada perubahan massa otot : kelaparan, wasting diseases, pasca bedah, dan penderita dalam pengobatan kortikosteroid. Sedangkan peningkatan pada refeeding Pada kehamilan GFR meningkat akan menurunkan kreatinin

59 Ureum Ureum dibentuk di hati sebagai produk ikatan dari deaminasi asam amino. Difiltrasi oleh glomerulus dan mendifusi kembali secara pasif di tubuli. Ureum kurang memberi penilaian fungsi ginjal yang akurat dibandingkan dengan kreatinin. Ureum meningkat pada proses katabolik diet tinggi protein(daging) dan perdarahan saluran cerna. Sebaliknya menurun pada diet rendah protein dan penyakit hati.

60 Prerenal uremia Ditemukan pada : -Dehidrasi -Diet tinggi protein -Katabolisme protein -Starvation -Reabsorbsi darah pada perdarahan saluran cerna -Terapi kortisol -Perfusi menurun/shock Ratio ureum/kreatinin > 40, dengan kratinin normal Normal ratio ureum/kreatinin antara 24 - 40

61 Post renal uremia Ditemukan pada : -Nefrolitiasis -Pembesaran prostat -Tumor tr. Genitourinaria. Ratio ureum/kreatinin > 40, dengan kreatinin tinggi

62 2. Penetapan laju filtrasi glomerulus (LFG)/ penetapan Klirens Klirens adalah vol.darah yang dibersihkan dari suatu zat dengan ekskresi dalam urin dalam waktu 1 menit. Sifat zat yang baik untuk klirens : - bebas difiltrasi - tdk direabsorbsi/sekresi tubulus - tdk dimetabolisme - tdk disimpan di ginjal - tdk mengikat protein - tdk bersifat toksik - tdk berefek thd kecepatan filtrasi - mudah diukur kadarnya dlm serum/ urin

63 3 macam pemeriksaan klirens: 1.Inulin : sangat tepat untuk klirens kelemahan:bahan eksogen, pemberian lewat i.v kemudian infus 2.kreatinin: sering digunakan untuk klirens o.k tidak dipengaruhi protein makanan, usia tua kreatinin berkurang kelemahan : 20% disekresi tubulus 3.ureum: kurang tepat o.k dipengaruhi protein makanan, trauma, perdarahan GIT, obat (kortikosteroid, tetrasiklin), penyakit payah jantung, dehidrasi dan syok.

64 Klirens kreatinin: Cara : (percobaan berlangsung minimum 8 jam, sebaiknya 24 jam).  ukur TB dan BB penderita  Penderita diberi minum air sedemikian sehingga diuresis minimum 1 ml/mnt.  Saat mulai percobaan, disuruh mengosongkan kandung kemih sehabis-habisnya lalu urin dibuang, dan cata waktunya dengan tepat sebagai permulaan percobaan.  Tampung urin 8 jam/24 jam, dan ukur kadar kreatinin urin.  Ambil darah vena pada jam ke 8/24 jam dan tetapkan kadar kreatinin darah.

65 Perhitungan : Normal : Laki-laki 98 – 156 ml/mnt Perempuan 95 – 160 ml/mnt utuk orang dengan luas permukaan tubuh 1,73 m 2 C CR = U CR P CR X VOL

66

67

68

69 68 PRAKTIKUM URINALISIS (CARIK CELUP) dr. Ety Retno Setyowati,M.Kes.,SpPK, MARS

70 PENGAMBILAN 1.Pagi hari 2.Porsi tengah bersih (clean voided specimen) 3.Tidak diperkenankan mengambil air kemih dari kantongnya 4.Air kemih ditampung dalam wadah steril Wadah steril sekali pakai Catatan: diatur malam sblmnya tidak kencing, wkt kencing jangan mengejan Noreg: Nama:…….

71 PENGAMBILAN AIR KEMIH PRIA

72 PENGAMBILAN AIR KEMIH WANITA

73 PENGAMBILAN AIR KEMIH ANAK-ANAK

74 73 Analisis Urine dengan Carik Celup / Kimia kering / test strip Dipstick : Merupakan secarik plastik  sebelah sisi dilekati dengan 1- 10 lapis kertas isap/bahan penyerap lain yang mengandung reagen spesifik terhadap zat yang akan diperiksa. Prinsip :bila dalam urine mengandung zat yang diperiksa  terjadi perubahan warna.

75 Intensitas Warna dapat diukur secara : 1. Visual (manual) 2. Alat Fotometer refleksi (Reflectance photometer ) Perhatikan: kadaluwarsa, perubahan warna sebelum dipakai Jangan buka tutup  lembab berubah warna Sampel urine harus fresh / segar dan jumlahnya cukup banyak untuk mencelup seluruh strip 74

76 75 Kegunaan carik uji antara lain : 1.Pemeriksaan rutin 2.Memantau pengobatan 3.Memantau sendiri 4.Tes penyaring Cara kerja : CelupSekaBaca Visual ( gambar 3 ) Fotometer Refleksi

77 Prosedur 1.Ambil 1 carik celup dari tabung / wadah reagens dan tutup kembali tabung dengan rapat 2.Celupkan carik celup dalam sampel urin segar tidak lebih dari 1 (satu) detik. 3.Tiriskan tepi dari carik celup pada kertas penghisap untuk menghilangkan adanya kelebihan urine dan untuk menghindari adanya sisa urine di antara bantalan pemeriksaan. 4.Carik celup siap dibaca dalam waktu 1 jam 76

78 77 Parameter yang diperiksa : 1.Berat Jenis 2.pH 3.Lekosit 4.Nitrit 5.Protein 6.glukosa 7.Badan Keton 8.Urobilinogen 9.Bilirubin 10.Darah ( Eritrosit / Hb )

79 78 Laporan Hasil Urinalisis

80 79 1.BERAT JENIS yaitu : zat yang terlarut dalam urine  Metode Refraktometri: menggambarkan konsentrasi ion dalam urine.  Metode urinometer: banyak kesalahan Hanya bergantung jml Kation dan protein, akan melepas proton oleh complexing agent, proton ditangkap oleh indikator Bromothymol Blue  biru hijau  kuning (biru)  Tidak dapat mengidentifikasi bahan yang non-ionik (urea, glukosa, kreatinin).

81 Sumber kesalahan False high: pembacaan BJ urine meningkat palsu Bila terdapat proteiuria antara 100 – 500 mg/dl Bila terdapat kation divalent seperti Ca2+ dalam jumlah banyak Benda keton Glukosa urine > 1000 mg/dL False low: pembacaan BJ urine rendah palsu pada: pH urine alkalis ( pH > 7)

82 Catatan Pada BJ yang rendah ( < 1.010) menyebabkan eritrosit dan lekosit lisis / pecah. Pada BJ > 1.025 harus dilakukan pemeriksaan BJ dengan refraktometer

83 2.pH URINE pH urine normal bervariasi lebar. Indikator:- Metil merah - Bromtimol biru. Kombinasi indikator ini menimbulkan perubahan warna yang jelas dari orange (Jingga)  hijau  biru : pada pH = 5 – 9 Sumber kesalahan: bila urine dibiarkan terlalu lama, akan berubah ke arah alkalis (pH > 7)

84 3. LEKOSIT ESTERASE Mendeteksi aktivitas esterase yg tdpt pd granulosit Prinsip: Indoxyl ester (tak berwarna) + granulocyte esterase  Indoxyl (tak stabil) + garam diazonium (oksidator)  warna ungu Ungu terang = urine normal Ungu tua = patologis.

85 Sumber kesalahan Positif palsu: - oksidant kuat ( formalin, kaporit dll) - kontaminasi cairan vagina Negatif palsu: -proteinuria > 500mg/dl, -glucose>2g/dl, - asam oksalat, -BJ urine tinggi. -Antibiotik: cephalexin, tetracyclin, cephalothine dan gentamycin. -reduktor misal asam askorbat 84

86 4.NITRIT Deteksi bakteriuria Prinsip = Tes Griess’s Sufanilamidamin + NO 2 garam diazonium ( ggs. aromatik ) (bufer asam) 3hidroksi-1,2,3,4 tetrohidro-7,8 bezoquinolin (merah) Kebanyakan m.o patogen urine mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit, yi : E. coli, Proteus, Klebsiella, Aerobacter, Citrobacter, Salmonella, Staphylococci, Pseudomonas spp.

87 Sumber kesalahan Negatif palsu: diuresis meningkat puasa / makanan tidak mengandung nitrat(sayur) kadar vitamin C / asam askorbat sangat tinggi Positif palsu: Terapi obat yang mengandung phenazopyridine (obat yang memberi warna merah pada urine) Perubahan in vitro nitrat menjadi nitir oleh kuman kontaminan

88 5. Darah Eritrosit Hemoglobin + organik hidroperoxid Myoglobin (2,5 dimetil – 2,5 dihidroperoksi heksan ) Biru hijau  hijau Eri  bintik2 hijau Free Hb  stick lebih sensitif

89 Positif palsu: - adanya peroksidase yang berasal dari bakteri (E.coli) dan sayuran, - adanya oksidator kuat spt sisa2 detergent di tabung. Negatif palsu: - adanya asam askorbat, - protein, - reduktor lain spt formalin, nitrit & obat Captopril 88 Sumber Kesalahan

90 6.Protein Yg terukur pada dipstick: adalah Albumin Carik celup tidak sensitif untuk globulin & protein Bence Jones. Prinsip reaksi: Tetra Bromfenol Biru yang dipertahankan pada oleh buffer pada pH = 3 ( warna kuning) + protein (albumin)  ( warna hijau – biru) ( tergantung  protein )

91 Sumber kesalahan Positif palsu: Selama & sesudah infus dengan polyvinylpyrolidone (pengganti darah). Kontaminasi sisa desinfekstans: Chlorohexidine Negatif palsu: Pengobatan dengan phenazopyridine (warna kemerahan) Hematuria makroskopik Protein Bence Jones, Globulin : tidak terdeteksi Urin terlalu encer

92 TES PROTEIN URINE

93 92 Proteinuria Adanya protein dalam urine Adanya protein dalam urine Orang sehat : ekskresi urine < 30 mg/24 jam Orang sehat : ekskresi urine < 30 mg/24 jam Proteinuria : ekskresi  300 mg/24 jam Proteinuria : ekskresi  300 mg/24 jam Mekanisme : Mekanisme : - prerenal proteinuria - prerenal proteinuria - glomerular proteinuria - glomerular proteinuria - tubular proteinuria - tubular proteinuria

94 93 Normal : protein diekskresi ke dalam urine Normal : protein diekskresi ke dalam urine < 150 mg/24 jam < 150 mg/24 jam Urine normal terdiri dari : albumin 30%, globulin 30%, Tamm-Horsfall protein 40% Urine normal terdiri dari : albumin 30%, globulin 30%, Tamm-Horsfall protein 40% Protein dengan BM > 20.000 dalton sukar melewati dinding kapiler glomerulus Protein dengan BM > 20.000 dalton sukar melewati dinding kapiler glomerulus Glomerular basement membrane bermuatan negatif, demikian juga albumin → menghalangi keluar Glomerular basement membrane bermuatan negatif, demikian juga albumin → menghalangi keluar

95 94 Klasifikasi proteinuria Glomerular Glomerular - paling sering - kadar bervariasi sampai > 100 g/hari Tubular Tubular Overflow : produksi protein yang berlebihan Overflow : produksi protein yang berlebihan

96 95 Protein dalam urine (komposisi) PROTEINCONDITIONS Albumin Strenuous physical exercise Emotional stress PregnancyInfectionsGlomerulonephritis New borns (first week) Globulins Glomerulonephritis Tubular dysfunction Hemoglobin Hematuria Hemoglobinuria Fibrinogen Severe renal disease Nucleoproteins WBCs in urine Bence Jones Multiple Myeloma Leukemie

97 96 Pemeriksaan proteinuria Tes penyaring →Tes carik celup Tes penyaring →Tes carik celup Ada kemungkinan positif palsu dan negatif palsu Ada kemungkinan positif palsu dan negatif palsu Hasil positif → ulang tes 2-3 X Hasil positif → ulang tes 2-3 X Penyebab transient proteinuria : Penyebab transient proteinuria : - gagal jantung kongestif - olah raga - panas badan

98 97 Penyebab positif palsu proteinuria urine pekat (concentrated urine) urine pekat (concentrated urine) urine alkali urine alkali urine yang mengandung darah urine yang mengandung darah pemberian radiocontrast pemberian radiocontrast

99 98 Negatif palsu tes carik celup urine Urine dilusi Urine dilusi Proteinuria ringan (mikroalbuminuria) Proteinuria ringan (mikroalbuminuria) Protein bermuatan negatif (light chains) Protein bermuatan negatif (light chains)

100 99 Mikroalbuminuria Mikroalbuminuria : ekskresi 30-300/24 jam atau 30-300  g/mg kreatinin yang diperoleh 2 kali dari 3 kali pemeriksaan Mikroalbuminuria : ekskresi 30-300/24 jam atau 30-300  g/mg kreatinin yang diperoleh 2 kali dari 3 kali pemeriksaan

101 7.GLUKOSA cara : Enzimatik cara : Enzimatik glukosa Oksidase - glukosa + O 2  Asam glukonat + H 2 O 2 GOD Peroksidase - H 2 O 2 + Kromogen a). O-toluidin  O-totuidin + H 2 O (red = m.m) (oks = biru)  hijau muda  tartrazin (kuning) biru Peroksidase b). Kompleks  kompleks + H 2 O Iodine Iodine ( Oks = coklat ) Hexokinase  ( lebih spesifik )

102 Sumber kesalahan  Positif palsu ; sisa2 deterjen yang mengandung peroksid atau bahan2 bersifat oksidan kuat (kaporit)  Negatif palsu ; asam askobat yang berasal dari vitamin C atau buah- buahan adanya benda keton dalam urine. Adanya asam homogentisat dan salisilat Infeksi bakteri Pengunaan NaF menghambat kerja enzim

103 TES GLUKOSA URINE

104 Glukose : Normal : < 0.1% difiltrasi oleh glomerolus  dalam urine : < 130 mg / 24 jam (tdk terdeteksi) Glukosuria : kadar glukose dlm darah > nilai ambang ginjal * infeksi saluran kemih  negatif palsu (bakteri>>) Benda keton : Ketonuria : peningkatan produksi dan akumulasi keton  katabolisme lemak dan glukoneogenesis * dapat terjadi pada : diabetes ketonuria, kelaparan

105 8. Benda keton Reaksi Nitroprusid Prinsip: tes Rothera Hasil: warna ungu ( intesitas warna  konsentrasi keton ) * D.  - asam hidroksi butirat : ( - )

106 105 Badan keton (keton bodies) hasil metabolisme lemak hasil metabolisme lemak  1. As. Asetoasetat (20%) 1. As. Asetoasetat (20%) 2. Aseton (2%) 2. Aseton (2%) 3. As. Betahidroksibutirat (78%) 3. As. Betahidroksibutirat (78%)

107 9.Urobilinogen Urobilinogen + methoxybenzenediazonium fluoroborat (indikator) Suasana asam Zat warna merah Azo

108 Sumber Kesalahan Negatif palsu :- Urine disimpan lama (sinar matahari  teroksidasi) - Formaldehid > 200 mg / dl - Terapi hexametilen tetranium (dosis >>) - Pengawet : formalin Positif palsu :- Obat derivat azo  phenazopyridin. - Sulfonamide,PAS, procainamide, metildopa - Temperatur tinggi

109 10.Bilirubin : Reaksi Diazotasi Bilirubin + Diazonium (coklat) Azobilirubin (merah ungu) * Diazonium yang digunakan : a. 2,6 dichlorophenyl diazonium fluoroborat b. Diazotized 2,4 – dichloro aniline. Syarat : Pemeriksaan harus segera !  - Bilirubin dalam larutan tidak stabil. - Dengan sinar matahari  bilirubin dioksidasi  biliverdin

110 Sumber kesalahan - Positif palsu: Obat2an berwarna merah dalam urin Phenazopyridin / pyridium, chlorpromazin - Negatif palsu: Bahan urin terpapar cahaya, atau terlalu lama, sehingga bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin Adanya hidrolisis biliruibn yang terkonjugasi bila urine tidak segar Adanya peningkatan asam askorbat dapat menganggu jalannya reaksi diazo Adanya peningkatan nitirt dapat mengganggu reaksi Hasil yang positif harus dikonformasi dengan konvensional (Fouchet)

111 TES BILIRUBIN URINE

112 Asam askorbat (vit C) Pemeriksaan asam askorbat dipakai sebagai indikator adanya gangguan pemeriksaan glukosa, darah, nitrit dan esterase lekosit. Negatif palsu: adanya garam diazonium yang terdapat dalam carik celup

113 PENGERTIAN : SPUTUM (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan Dari paru dan trakea melalui mulut Biasanya juga Disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992). Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut

114 PROSES TERBENTUNYA SPUTUM Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi Saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal, sehingga mukus ini banyak tertimbun Dibatukkan, udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum

115 JENIS PEMERIKSAAN SPUTUM a)Makroskopi Bisa dilihat dari banyaknya, bau, warna, konsistensi, unsur-unsur khusus (butiran keju, uliran curschmann, tuangan bronchi, sumbat dittrich). b)Mikroskopi Dilakukan dengan sedian natif dan pulasan.

116 TATA CARA PEMERIKSAAN SPUTUM  Tahap Perlengkapan : Wadah specimen steril dengan penutup, Sarung tangan disposable (bila membantu klien), Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air, Handuk kertas, Label yang berisi lengkap, Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap, Obat kumur.

117 LANJUTAN  Tahap Persiapan : (Tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai)  Tahap Pelaksanaan :  (Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya

118 LANJUTAN  (Berikan privasi klien)  Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.  (Pastikan klien merasa nyaman)  (Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium)  (Dokumentasikan semua informasi yang relevan)

119 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Sputum Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar Atau juga bisa diambil sputum sewaktu. Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).

120 LANJUTAN Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur- kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough).

121 Tehnik Untuk Mengeluarkan Sputum : Bila sputum juga tidak bisa didahakkan,sputum dapat diambil secara: Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal). Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage) Lung biopsy

122 Klasifikasi bentuk dari sputum dan kemungkinan- kemungkinan penyebab yang terjadi pada pasien Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah. Sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru) Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → tanda bronkhitis/ bronkhiektasis

123 LANJUTAN Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi. Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

124 LANJUTAN Sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

125


Download ppt "PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Hemoglobin Hemoglobin adalah bentuk protein yang terkonjugasi di dalam sel darah merah dan merupakan komponen pigmen."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google