Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS GUNADARMA Imunologi Masa Nifas Nama Kelompok : Erika Malia: Sri Utami:

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS GUNADARMA Imunologi Masa Nifas Nama Kelompok : Erika Malia: Sri Utami:"— Transcript presentasi:

1 S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS GUNADARMA Imunologi Masa Nifas Nama Kelompok : Erika Malia: 42719046 Sri Utami: 46719145

2 Imunologi & Sistem imun Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari sistem imun atau daya t ahan tubuh dan sejumlah bentuk gangguan sistem imun. Ilmu ini kini mengalami perkembangan yang cukup pesat karena makin banyak ga ngguan kesehatan yang muncul akibat gangguan pada sistem imun Sistem imun adalah mekanisme yg digunakan tubuh untuk memperta hankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang ditimbulkan dalam lingkungan hidup, baik organik maupun anorganik, baik yg hidup maupun mati, berasal dr hewan, jamur, bakteri, virus,par asit, debu dan polusi

3 Akibat sistem imun terganggu menimbulkan berbagai macam penyakit bahkan kerusakan jaringan, sel tubuh menjadi tua dan sel yg bermutasi menjadi ganas. Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk kedalam tub uh tergantung kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul asing atau ant igen atau kemampuan untuk melakukan reaksi yg tepat untuk menyingkirkan a ntigen Pembagian sistem imun: Spesifik dan nonspesifik. Sistem imun ini terdiri dari bermacam macam sel leukosit (sel darah putih) Akibat sistem imun terganggu

4 Masa Nifas Buku Acuan Nasional Yankes Matern al dan Neoatal (2006) dalam Maryunani (2009) masa nifas (puerpe rium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhi r ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya perawat untuk s elalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan masal ah dan sebagai akibatnya akan berimbas pada kes ejahteraan bayi yang dilahirkannya seperti pemen uhan nutrisi yang adekuat.

5 A. Nutrisi dan Cairan 1. Sumber tenaga (energy) Sumber tenaga yang diperlukan adalah karbohidrat dan lemak 2. Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel – sel yang rusak atau mati. Sumber protein dap at diperoleh dari protein hewani seperti telur, daging. Sedangkan protein nabati dapat diperoleh dari tahu, te mpe, kacang – kacangan. 3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin) B. Ambulasi Karena lelah setelah melahirkan, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemud ian boleh miring – miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pad a hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan –jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. M obilisasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka – lu ka.Keuntngan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut: 1.Ibu merasa lebih sehat dan kuat. 2.Faal usus dan kandung kemih lebih baik. 3.Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/ memlihara anaknya. 4.Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal. 5.Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut. 6.Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

6 C. Eliminasi Pengeluaran air seni akan meningkat 24 – 48 jam pertama sampai sekitar hari ke 5 setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena volume darah meningkat pada saat hamil tidak diperlukan lagi saat persalinan. Oleh karen a itu ibu perlu belajar berkemih secara spontan dan tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pad a jahitan D. Defekasi Buang air besar harus dilakukan dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (fes es yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut). E. Menjaga Kebersihan Diri Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebe rsihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

7 F. Istirahat Istirahat membantu mempercepat proses involusi uterus dan mengurangi perdarahan, memperbanyak jumlah pengelua ran ASI dan mengurangi penyebab terjadinya depresi. G. Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 2 jarin ya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu merasa nyaman untuk berhubungan seksual maka ibu telah siap.Tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual sampai dengan 6 minggu postpartum. Keput usan bergantung pada pasangan yang bersangkutan. H. Senam Nifas Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulih kan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama post partum sampai dengan hari kesepuluh. Tujuan senam nifas adalah sebag ai berikut : Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu Mempercepat proses involusi uteri Membantu mempercepat mengencangkan otot panggul, perut dan perineum Memperlancar pengeluaran lochea Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

8 PERAWATAN LUKA PERINIUM PERAWATAN LUKA PERINIUM 1 PRODUKSI ASI 2 INVOLUSI UTERI 3

9 LUKA PERINIUM

10 Luka perineum adalah luka pada bagian perineum karena adanya robekan pada jalan lahir baik karena ruptur maupun tindakan episiotomi pada waktu melahirkan janin (Walyani; Purwoastuti, 2015 : 107). Luka perineum merupakan perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina sehingga tidak kelihatan dari luar, sehingga dapat melemahkan dasar pinggul dan mudah terjadi prolaps genetalia (Rukiyah; Yulianti, 2014: 361).

11 Jenis Luka Perinium

12 Jenis luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam, yaitu: 1.Ruptur Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Banyak ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Walyani; Purwoastuti, 2015: 107). 2.Episiotomi Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina cincin selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan pasiaperineum dan kulit sebelah depan perineum (Walyani; Purwoastuti, 2015: 107).

13 Klasifikasi Laserasi Perinium

14 Robekan perineum dibagi menjadi 4 derajat, yaitu: 1.Derajat I yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum. Robekan derajat I tidak perlu dilakukan penjahitan jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik. 2.Derajat II yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, dan otot perineum. Robekan derajat II perlu dilakukan penjahitan. 3.Derajat III yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, dan sfingter ani eksterna. Robekan derajat III jika penolong asuhan persalinan normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga maka segera rujuk ke fasilitas rujukan. 4.Derajat IV yaitu robekan yang terjadi pada bagian mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum, sfingter ani eksterna, dan dinding rektum anterior. Robekan derajat IV jika penolong asuhan persalinan normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat empat maka segera rujuk ke fasilitas rujukan (Indrayani; Djami, 2016: 460).

15 Proses Penyembuhan Luka

16 Luka Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan, hal ini juga berhubungan dengan regenarasi jaringan (Johnson; Tylor, 2015). Fase penyembuhan luka meliputi tiga fase, yaitu: 1.Fase Inflamatory 2.Fase Proliferative 3.Fase Maturasi

17 Fase penyembuhan luka meliputi tiga fase, yaitu: Fase Inflamatory Fase inflamatory (fase peradangan) dimulai setelah pembedahan dan berakhir pada hari ke 3-4 pascaoperasi. Terdapat 2 tahap dalam fase ini, yang pertama hemostasis merupakan proses untuk menghentikan perdarahan, yakni kontraksi yang terjadi pada pembuluh darah akan membawa platelet yang membentuk matriks fibrin yang berguna untuk mencegah masuknya organisme infeksius, luka akan mengalami sindrom adaptasi lokal untuk membentuk tekanan yang besar. Fase kedua pada tahap ini yaitu pagositosis, memproses hasil dari konstruksi pembuluh darah yang berakibat terjadinya pembekuan darah berguna untuk menutupi luka dengan diikuti vasoliditasi darah putih untuk menyerang luka, menghancurkan bakteri dan debris. Proses ini berlangsung kurang lebih 24 jam setelah luka beberapa dari fagosit (makrofag) masuk ke bagian luka yang kemudian mengeluarkan anginogenesis dan merangsang pembentukan kembali anak epitel pada akhir pembuluh darah.

18 Fase penyembuhan luka meliputi tiga fase, yaitu: Fase Proliferative Fase proliferative atau fase fibroplasia dimulai pada hari ke 3-4 dan berakhir pada hari ke-21. Fase proliferative terjadi proses yang menghasilkan zatzat penutup tepi luka bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi yang akan membuat seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel. Fibroblast secara cepat memadukan kolagen dan substansi dasar akan membentuk perbaikan luka. Selanjutnya, pembentukan lapisan tipis epitel akan melewati luka dan aliran darah didalamnya, kemudian pembuluh kapiler akan melewati luka (kapilarisasi tumbuh) dan membentuk jaringan baru yang disebut granulasi jaringan, yakni adanya pembulu darah, kemerahan, dan mudah berdarah.

19 Fase penyembuhan luka meliputi tiga fase, yaitu: Fase Maturasi Fase maturasi atau fase remodeling yang dimulai pada hari ke-21 dan dapat berlanjut hingga 1-2 tahun pasca terjadinya luka. Pada fase ini, terjadi proses pematangan, yaitu jaringan yang berlebih akan kembali diserap dan membentuk kembali jaringan yang baru. Kolagen yang tertimbun dalam luka akan diubah dan membuat penyembuhan luka lebih kuat, serta lebih mirip jaringan. Kolagen baru akan menyatu dan menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis, dan membetuk garis putih (Fatimah; Lestari, 2019: 27-28)

20 Kriteria Penyembuhan Luka

21 Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan terbentuknya jaringan-jaringan baru menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7 hari. Kriteria penilaian penyembuhan luka menurut Hamilton (2002), yaitu: 1.Baik 2.Sedang 3.Buruk Menurut Smeltzer (2005) lama penyembuhan luka perineum terdiri dari: 1.Cepat 2.Normal 3.Lama

22 Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka

23 Faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum, yaitu: 1.Budaya dan Keyakinan 2.Pengetahuan Ibu 3.Sarana dan Prasarana 4.Penanganan Petugas 5.Gizi atau Nutrisi 6.Usia 7.Perawatan Luka Perineum 8.Aktivitas 9.Infeksi 10.Keturunan 11.Obat-obatan 12.Diabetes mellitus

24 Dampak Perawatan Luka Perineum yang Tidak Benar

25 Perawatan perineum yang tidak dilakukan dengan baik dapat menyembabkan hal berikut ini : 1.Infeksi : Kondisi perineum yang terkena lokea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang menimbulkan infeksi pada ibu nifas. 2.Komplikasi : Luka perineum yang terkena infeksi dapat merambat pada saluran kencing atau pada jalan lahir yang dapat menyebabkan komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jalan lahir. 3.Kematian Ibu Post Partum

26 Perawatan Luka Perineum

27 Perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi pada organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masukny mikroorgani sme melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangan bakteri pada peralatan penampung lochea (Feerer, 2002 dalam Rukiyah; Yulianti, 2019: 193). Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/ memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episotomi. Anjuran untuk menjaga kebersihan luka perineum, yaitu: 1.Menjaga kebersihan alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan air, kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut wanita, setiap selesai buang air besar atau kecil, pembalut diganti mini mal 3 kali sehari. 2.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia. 3.Mengajarkan ibu membersihkan daerah genetalia dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Membersihkan vulva setiap buang air kecil atau buang air besar. 4.Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah sinar matahari atau disetrika. 5.Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, tidak jarang pasien ingin menyentuh luka bekas jahitan diperineum tanpa memperhatikan efek yang bisa ditimbulkan dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi. Cebok dengan air dingin atau cuci menggunakan sabun (Anggraini, 2010: 57). 6.Bilas perineum dengan larutan antiseptik sehabis buang air kecil atau saat ganti pembalut. Keringkan dengan handuk, ditepuk-tepuk lembut (Sustanto, 2018: 45).

28 Kebutuhan utama penyembuhan luka perineum Kebutuhan paling utama yang harus di penuhi oleh ibu nifas dengan adanya luka perineum adalah nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka. Hal ini di karenakan ada beberapa zat gizi yang memang sangat di perlukan untuk mendukung sistem imun tubuh serta berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Nutrisi secara spesifik di perlukan untuk meningkatkan kekuatan luka, menurunkan dehisensi luka, menurunkan kerentanan terhadap infeksi dan sedikit menimbulkan parut. Simpnan nutrisi yang baik juga akna mempercepat penyembuhan dan penurunan angka infeksi.

29 Produksi ASI Proses laktasi atau menyusui adalah proses pembentukan ASI yang melib atkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin selama kehamilan akan meningkat akan tetapi ASI belum keluar karena masih te rhambat hormon estrogen yang tinggi. Dan pada saat melahirkan, hormo ne estrogen dan progesterone akan menurun dan hormone prolactin akan lebih dominan sehingga terjadi sekresi ASI (Rini Yuli Astutik, 2014).

30 Proses Pembentukan ASI Proses pembentukan ASI dim ulai sejak awal kehamilan, A SI (Air Susu Ibu) diproduksi karena pengaruh faktor horm onal, proses pembentukan AS I dimulai dari proses terbentu knya laktogen dan hormone – hormone yang mempengaruh i terbentuknya ASI, proses pe mbentukan laktogen dan hor mone produksi ASI sebagai b erikut : 1)Laktogenesis I 2)Laktogenesis II 3)Latogenesis III

31 Hormone – Hormone Pembentuk ASI Progesterone 1 Estrogen 2 Prolactin & Oksitosin 3 Human Placenta Lactogen (HPL) 4

32 Proses Laktasi dan menyusui

33 Fisiologi Laktasi Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu, dan baru selesai ketika menstruasi, dengan terbentuknya hormone estrogen dan progesterone yang berfungsi un tuk maturasi alveoli.Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI disamping hormone lain seperti insulin,tiroksin dan sebagainya. Selama m asa kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI biasanya belum ke luar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prol aktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin dan hipofisis, sehing ga sekresi ASI lebih lancar. (Maryunani,2017)

34 Dua refleks penting dalam Proses Laktasi : a)Refleks Prolaktin Seperti telah dijelaskan dimuka, dalam puting susu terdapat banyak ujung syaraf sensorik. Bila ini dirangsang, tin bul impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar bagian depan sehingga kelenjar ini mengeluarkan ho rmon prolaktin.Hormon inilah yang berperan dalam produksi ASI di tingkat alveoli. Dengan demikian mudah dipa hami bahwa makin sering rangsangan penyusuan, makin banyak pula produksi ASI. (Mayunani,2017) a)Refleks Aliran (let down reflex) Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang yang mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada didinding alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, da n menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu peyusuan, teta pi juga berakibat mudah terkena infeksi.

35 Hormon Oksitosin Oksitosin juga memacu kon traksi otot rahim sehingga i nvolusi Rahim makin cepat dan bai k. Tidak jarang perut ibu ter asa mules yang sangat pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme a lamiah untuk kembalinya ra him ke bentuk semula. Portfolio Presentation Easy to change colors, photos and Text.

36 Refleks menangkap (Rooting refleks) Refleks menghisap Reflek menelan adalah bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya. Tiga Refleks Penting D alam Mekanisme Hisa pan Bayi :

37 Manfaat ASI ASI merupakan makanan yang pilih oleh semua neonatus, termasuk bayi prematur. ASI memiliki keuntungan nutrisi imunologis dan psikologis dibandingkan dengan susu bayi komersial dan je nis lainnya seperti berikut ini : a.ASI selalu dalam kondisi hangat, siap tersedia, steril dan mengandung protein, karbohidrat, lemak dan vitamin dalam jumlah yang seimbang. b.ASI lebih mudah dicerna daripada susu sapi c.Menyusui bayi (dengan ASI) membuat bayi memiliki imunitas yang lebih besar terhadap penyakit anak tertentu, sep erti infeksi dada dan telinga, karena aan memberikan faktor-faktor imunologi terhadap penyakit-penyakit tertentu. d.Bayi yang diberi ASI lebih sedikit mengalami masalah gastrointestinal, anemia dan defisiensi vitamin. e.Disamping itu, bayi yang diberikan ASI juga tidak gampang mendapatkan infeksi dirumah dimana kebersihan lingku ngan seringkali terjadi problematik. f.ASI penting untuk otak dan sistem syaraf pusat maupun memperbaiki penglihatan mata, terutama jika bayi lahir pre mature.

38 ASI Air susu ibu (ASI) merupakan cairan terbaik bagi seorang bayi. ASI memiliki unsur komposisi yang pas untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Bayi yang baru lahir secara alamiah mempunyai immunoglobulin dari plasenta. Immunoglobulin ini akan cepat menurun segera setelah bayi lahir, sedangkan tubuh bayi baru lahir belum mampu mebentuk immunoglobulin tersebut. Kondisi ini akan berkurang apabila bayi mendapatkan ASI, karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur (Suradi dan Rusli, 2008; Sarkar, 2004). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan rekomendasi ASI ekslusif yang diberikan kepada bayi hingga enam bulan, diikuti dengan menyusui lanjutan dengan makanan pelengkap yang sesuai hingga 2 tahun ke depan (World Health Organization, 2003).

39 Zat Imun yang terdapat dalam ASI Zat kekebalan dalam ASI diantaranya secretory-IgA (sIgA), Lactobacillus bifidus, laktoperoksidase, lisozim, dan lekosit akan menurunkan risiko inf eksi pada saluran pencernaan, saluran pernafasan, telinga, diabetes mellitus, dan penyakit alergi. Bayi d engan ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Suradi dan Rusli, 2008; Sarkar, 2004; Duffy et al., 1997; Arifeen et al., 2 001; Heinig et al., 1996).

40 Involusi Uteri Masa nifas merupakan masa yang perlu perhatian khusus karena pros es involusi uterus sangat penting dan harus berjalan dengan baik. Pad a masa nifas terjadi proses involusi uterus yaitu kembalinya uterus ked alam keadaan sebelum hamil dan terjadi kontraksi pada uterus. Apabil a proses involusi uterus tidak berjalandengan baik maka akan menimb ulkan suatu keadaan yang disebut subinvolusi, dimana uterus gagal un tuk mengikuti pola normal involusi atau proses involusi uterus tidak berj alan dengan baik sehingga proses kontraksi uterus terhambat. Ada beb erapa hal yang menyebabkan terjadinya subinvolusi uterus salah satun ya adalah sisa uri (plasenta),mioma uteri, ibu tidak menyusui bayinya, kurang mobilisasi, terdapat bekuan darah yang tidak keluar, terdapat si sa plasenta dan selaput plasenta dalam uterus, tidak ada kontraksi infe ksi tonus otot perineum sudah lemah dan lain sebagainya.

41 Involusi pada ibu nifas Pada ibu nifas kebanyakan tidak langsung melakukan pergerakan s etelah melahirkan, mereka khawatir gerakan yang dilakukan justru men imbulkan seperti nyeri dan perdarahan. Kenyataannya pada ibu nifas ya ng tidak melakukan senam nifas berdampak kurang baik seperti timbul nya perdarahan atau infeksi dan banyak ibu nifas takut untuk bergerak s ehingga menggunakan sebagian waktunya untuk tidur terus menerus da n ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain s enam nifas, mobilitas dini ibu post partum, inisiasi menyusu dini, gizi, psikologis dan faktor usia serta faktor paritas ( Rukiyah dkk,2010).

42 Insidensi subinvolusi uterus Insidensi subinvolusi uterus yang menyebabkan terjadinya per darahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalin an sedangkan negara berkembang bisa mencapai 28% dari pe rsalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Pen yebab subinvolusi dan terjadinya perdarahan postpartum terbe sar 90% adalah atonia uteri, 7% adalah robekan jalan lahir, da n sisanya karena retensio plasenta serta gangguan pembekua n darahsedangkan penyebab kematian ibu diJawa Timur tahun 2010 yang terbesar karena subinvolusi uteri sebesar 26,96% ( DEPKES RI,2011).

43 Pada ibu nifas Pada ibu nifas kebanyakan tidak langsung melakuk an pergerakan setelah melahirkan, mereka khawatir gerakan yang dilakukan justru menimbulkan seperti nyeri dan perdarahan. Kenyataannya pada ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas berdampak kura ng baik seperti timbulnya perdarahan atau infeksi d an banyak ibu nifas takut untuk bergerak sehingga menggunakan sebagian waktunya untuk tidur terus menerus dan ada beberapa faktor yang mempengar uhi involusi uterus antara lain senam nifas, mobilita s dini ibu post partum, inisiasi menyusu dini, gizi, ps ikologis dan faktor usia serta faktor paritas ( Rukiya h dkk,2010).

44 Senam Nifas sebagai solusi proses involusi Uteri Senam nifas juga salah satu solusi yang mempengaruhi pr oses involusi uteri dan sangat penting karena pengaruh ger akan otot – otot pada ibu nifas dapat membantu penyembu han rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian – bagian tersebut k ebentuk normal terutama kembalinya uterus kebentuk sem ula. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus karena saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosi n yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot pol os payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan r etraksi otot uterus. Hal ini akan menekan pembuluh darah y ang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. P roses ini membantu untuk mengurangi perdarahan (Rukiya h dkk,2010).

45 Mobilisasi Dini Pada masa nifas ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis untuk memperta hankan kemandirian. Penatalaksanan asuhan masa nifas (post partum) pada h ari pertama yaitu 2 jam masa nifas seorang ibu harus segera melakukan mobilis asi untuk mengurangi pembekuan darah pada vena dalam (deep vein) ditungkai yang dapat menyebabkan masalah. Mobilisasi yang dilakukan diantaranya miring ke kiri atau ke kanan kemudian du duk dan berdiri. Mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lochea dalam rahi m, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin, mempercepat pengemb alian alat reproduksi ke keadaan semula (Maritalia, 2012).

46 Kesimpulan Masa nifas atau post partum disebut juga peurperim, yang berasal dari bahasa latin yaitu ka ta “puer” yang berati bayi dan “parous” yang berati melahirkan. Masa nifas (peurperium) dimu lai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kadungan kembali seperti keadaan sebelu m hamil) (Anggraini, 2010) Waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak dalam bahasa latin disebut pueperium yaitu d ari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah m elahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai ala t-alat kandungan kembali seperti pra-hamil (Vivian, 2014). Buku Acuan Nasional Yankes Mate rnal dan Neoatal (2006) dalam Maryunani (2009) masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keada an sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

47 DAFTAR PUSTAKA Dewi, Viviana, Nanny Li & Sunarsih, Tri 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu NIfas. Jakarta: Salemba Medika. Heryani, Reni 2012. Asuhan Kebidanan Nifas. Tim. Jakarta Mulati, T. S., 2016. Bentuk Dan Derajat Luka Perineum Ibu Nifas Di Wilayah. Kebidanan Dan Kesehatan Tra disional, 1(2), pp. 100-144.

48 Thank you


Download ppt "S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS GUNADARMA Imunologi Masa Nifas Nama Kelompok : Erika Malia: Sri Utami:"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google