Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehbed 789 Telah diubah "3 tahun yang lalu
1
PENERAPAN 7 DIMENSI LANSIA TANGGUH SEJAK DINI Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur Drs. H. Muhammad Edi Muin, M.Si
5
Rasio ketergantungan lansia (2019) sebesar 15,01, setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia 15-59 tahun) harus menanggung 15 orang penduduk lansia. Banyaknya populasi lansia menyebabkan tuntutan perawatan yang lebih besar Menambah tanggungan beban ekonomi penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lansia Rasio Ketergantungan Lansia Terhadap Penduduk Produktif, Indonesia, 2019 apabila penduduk lansia dalam kondisi sehat, aktif, dan produktif, maka besarnya jumlah penduduk lansia berdampak positif terhadap angka rasio ketergantungan (umur) serta kondisi sosial ekonomi keluarga, masyarakat, dan negara
6
pergeseran tatanan hidup keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga inti tentunya menjadi kendala tersendiri bagikebutuhan dukungan hidup bagi lansia ini. kondisi lansia di hari ini ditentukan oleh pola hidup mereka di masa lalu. Lansia akan menjadi potensi bila sehat, mandiri, aktif, produktif, dan berdayaguna Lansia Indonesia yang banyak disebutkan ‘tua sebelum kaya’, tentunya akan lebih memperbesar kebergantungan lansia pada kelompok penduduk usia produktif Tantangan Penuaan Penduduk Meningkatnya jumlah lansia dan minimnya kualitas hidup lanjut usia, maka perlu dilakukan upaya maksimal diranah kebijakan yang dapat menjadi rujukan program perlindungan sosial yang tepat sasaran dan efektif.
7
56.5 1 43.0 6 64.4 7 35.6 6 0 10 20 30 40 50 60 70 Perdesaa n Perkotaa n Laki- laki Perempua n Prosentase Lansia Bekerja, 2019 Perdesaa n Perkotaa n Laki- laki Perempua n Tahun 2019 Lansia bekerja mencapai 49,39 persen, artinya satu dari dua lansia Indonesia masih bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang terlibat aktif secara ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa, baik sebagai bentuk aktualisasi diri maupun karena adanya desakan ekonomi Lansia Bekerja, 2019 lapangan usaha didominasi sektor pertanian (52,86 persen). 46,22 persen lansia memperoleh pendapatan kurang dari 1.000.000 per bulan.
8
Enam dari sepuluh lansia di Indonesia berperan sebagai KRT, terlepas apakah mereka produktif atau tidak Sistem budaya patrilineal yang masih sangat melekat di masyarakat Indonesia mengakibatkan masih tingginya lansia laki-laki yang menjadi KRT.
10
Sumber: Susenas, 2019
11
63.563.5 53.653.6 18 17 5. 7 4. 5 4. 4 0. 8 0. 4 70 60 50 40 30 20 10 0 Prevalensi PTM pada Lansia, 2018 SANG AT KURU S KURU S NORMA L GEMU K SANG AT GEMU K Proporsi Status Gizi pada Lansia, 2018 9. 4 7. 9 5. 6 10. 4 ISP A Diar e Pneumoni a TB C Hepatiti s Prevalensi Penyakit Menular pada Lansia, 2018 1412108642014121086420 Gangguan Mental Emosional Depre si Prevalensi Gangguan Mental Pada Lansia, 2018 MASALAH KESEHATAN LANJUT USIA (1) 58.5 8.810.5 14.6 7.6
12
0%0% 20%20% 80%80% 100%100% Ceder a Remati k Strok e Kenc Manis Jantun g Proporsi Disabilitas pada Lansia Berdasarkan Penyakit yang Diderita, 2018 MandiriTgt Ringan 40% 60 % Tgt Sedang Tgt Berat Tgt Total MASALAH KESEHATAN LANJUT USIA (2) Jumlah orang yang Demensia di Indonesia : 1,2 juta(2015) diperkirakan akan meningkat menjadi 4 juta(2050)
13
(Susenas, 2019) MASALAH KESEHATAN LANJUT USIA (3)
14
LANSIA RENTAN TERINFEKSI CORONA 19 KARENA: MASALAH KESEHATAN TERMASUK PENYAKIT DAN DISABILITAS Sumber Riset Dasar Kesehatan 2018 dan Susenas 2018
16
MENJADI LANSIA TANGGUH Mengenali kondisi Kesehatan Memahami dan mempraktekkan 7 dimensi Lansia Tangguh sejak dini Menjadi Lansia Aktif sesuai dengan kondisi dan tingkat kemandirian Bergabung dengan BKL,Sekolah Lansia 12 3 4
17
Public Health Framework of Healthy Ageing WHO 2005 : Meminimalkan penurunan kemampuan fungsional dengan memaksimalkan kapasitas intrinsik sejak usia menengah
18
Faktor LINGKUNGAN Perumahan Teknologi membantu lansia Transportasi Fasilitas Sosial Perilaku Perubahan fungsi karena umur Genetika Penyakit Faktor yang Berpengaruh pada Kesehatan Lansia Faktor INDIVIDU
19
Active Ageing Policy (WHO, 2002) World Health Organization 2002 Policy Framework Active Ageing is the process of optimizing opportunities for health, participation, and security in order to enhance quality of life as people age.
20
Jika penuaan adalah pengalaman positif, umur yang lebih panjang harus disertai dengan peluang berkelanjutan untuk kesehatan, partisipasi dan keamanan (kesejahteraan). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengadopsi istilah “Active Ageing (penuaan aktif)" untuk mengekspresikan proses untuk mencapai visi ini. Apa itu "Penuaan Aktif“ (Active Ageing)? (1) Penuaan aktif adalah proses mengoptimalkan peluang untuk kesehatan, partisipasi dan keamanan (kesejahteraan) dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia berumur (lanjut).
21
Penuaan aktif berlaku untuk individu dan kelompok populasi. Ini memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka untuk fisik, sosial, dan mental kesejahteraan sepanjang perjalanan hidup dan untuk berpartisipasi dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka, keinginan dan kapasitas, sambil menyediakannya dengan perlindungan, keamanan (kesejahteraan), dan perawatan yang memadai ketika mereka membutuhkan bantuan. Kata "aktif" mengacu pada partisipasi berkelanjutan dalam sosial, ekonomi, budaya, spiritual dan urusan sipil, bukan hanya kemampuan untuk menjadi aktif secara fisik atau untuk berpartisipasi dalam tenaga kerja. Orang tua yang pensiun dari pekerjaan dan mereka yang sakit atau hidup dengan cacat dapat tetap menjadi kontributor aktif bagi keluarga, teman sebaya, komunitas, bangsa dan negara. Apa itu "Penuaan Aktif“ (Active Ageing)? (2)
22
Determinan Penuaan Aktif (“Active Ageing”) Budaya, yang mengelilingi semua individu dan populasi, membentuk cara kita menua karena itu mempengaruhi semua faktor penentu lainnya penuaan aktif Gender adalah "lensa" yang digunakan untuk mempertimbangkan kesesuaian berbagai opsi kebijakan dan bagaimana pilihannya mempengaruhi kesejahteraan antara pria dan wanita. Layanan kesehatan dan sosial perlu diintegrasikan, terkoordinasi, dan efisien. Tidak ada diskriminasi dalam pelayanan dan penyedia layanan serta memperlakukan pasien secara bermartabat. Adopsi gaya hidup sehat dan berpartisipasi aktif dalam perawatan diri sendiri penting pada semua tahapan siklus kehidupan. Faktor biologis dan genetika sangat mempengaruhi karena proses penuaan adalah serangkaian proses biologis yang ditentukan secara genetis. Faktor psikologis termasuk kecerdasan dan kapasitas kognitif adalah prediktor kuat penuaan aktif dan umur panjang. Lingkungan fisik yang ramah terhadap usia dapat membuat perbedaan antara independensi dan ketergantungan untuk semua individu tetapi sangat penting bagi mereka yang semakin tua. Dukungan sosial, peluang untuk pendidikan dan pembelajaran seumur hidup, kedamaian, dan perlindungan dari kekerasan dan pelecehan adalah faktor utama lingkungan sosial yang dapat meningkatkan kesehatan, partisipasi dan keamanan (kesejahteraan) seiring bertambahnya usia seseorang (menuju lanjut usia) Tiga aspek lingkungan ekonomi memiliki efek yang sangat signifikan pada penuaan aktif: pendapatan, pekerjaan dan perlindungan sosial Sumber: WHO, 2002
23
Populasi: Populasi dewasa yang beragam membutuhkan solusi yang beragam. Orang-orang: Individu yang terlatih dan berkomitmen diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, kemampuan, harapan, impian, dan keinginan orang dewasa yang lebih tua. Persepsi: Pemahaman dan stereotip negatif tentang penuaan menghambat masyarakat yang inklusif. Potensi: Penuaan populasi menciptakan ekonomi baru Produk: Diperlukan produk dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan orang dewasa yang lebih tua. Promosi: Orang dewasa yang lebih tua adalah pasar utama untuk daya tarik. Tempat: Lingkungan harus dibangun untuk memungkinkan berbagai kemampuan fungsional. Kebijakan: Hak asasi orang dewasa yang lebih tua harus dilindungi. Program: Tujuh dimensi “Lansia Tangguh” merupakan pondasi. International Council on Active Aging® (ICAA) telah menciptakan Sembilan Prinsip Penuaan Aktif, sebuah model untuk memandu pemerintah, penyedia produk dan layanan, pengusaha, dan industri kesehatan dalam cara mereka merespons penuaan populasi. Dengan menerapkan dan beroperasi dengan prinsip-prinsip panduan ini, organisasi dan lembaga akan dapat membangun fondasi untuk upaya mereka dan mendorong kehidupan aktif dan terlibat untuk orang-orang dari segala usia, YANG DIUKUR DALAM 7 DIMENSI KESEJAHTERAAN YAITU SPIRITUAL, INTELEKTUAL, EMOSIONAL, FISIK, SOSIAL,, VOKASIONAL, DAN LINGKUNGAN
24
Meminimalkan risiko dari penyakit dan kecacatan Mempertahankan Fungsi fisik dan kognitif Tetap berpartisipasi dalam kehidupan sosial Konsep MenuaSukses (Kemkes, 2019)
25
A Life Course Perspective for Maintenance of the Highest Possible Level of Functional Capacity
26
Meminimalkan faktor risiko di setiap tahap kehidupan, berpatisipasi dalam kegiatan sosial dan mempertahankan fungsi fisik dan kognitif dengan mengotimalkan faktor protektif melalui 7 dimensi welness/kesejahteraan ( spiritual intelektual, emosional, fisik, sosial, vokasional dan dukungan lingkungan ) sepanjang hayat LINGKUNGAN PELAYANAN KESEHATAN INDIVIDU FAKTOR PROTEKTIF DALAM 7 DIMENSI KESEJAHTERAAN
28
Seseorang/kelompok Lansia yang mampu beradaptasi terhadap proses penuaan secara positif sehingga mencapai masa tua berkualitas dalam lingkungan yang nyaman Sehatsecara fisik, sosial dan mental melalui siklus hidupnya, Aktif, Produktif, dan Mandiri sehingga tetap bernartabat sepanjang hayat (Diukur melalui indikator 7 dimensi Lansia tangguh) 7 DIMENSI : Spiritual, Intelektual, Fisik, Emosional, Sosial Kemasyarakatan, Profesional Vokasional, dan Lingkungan LANSIA TANGGUH BINA KELUARGA LANSIA (BKL)
29
“MEMAHAMI DAN PRAKTEK”KEGIATAN 7 (TUJUH) DIMENSI LANSIA TANGGUH SERTA DAMPAKNYA kesehatan fisik sosial kemasyarakatan lingkungan rohani/ spiritual Profesional, Vokasional intelektual emosional 1 2 3 4 5 6 7
30
Memahami bahwa bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai perubahan, baik positif maupun negatif. Dapat menerima proses penuaan dengan baik serta dapat mempraktikan faktor resiko dan faktor protektif sehingga mampu menjaga kesehatan lansia. “Dimensi Fisik” Olahraga ringan Menjaga kemampuan otak tetap terasah sekaligus sebagai langkah relaksasi yang baik Jaga pola makan (nutrisi/ gizi seimbang) Istirahat yang cukup,jaga kualitas tidur (setidaknya 7-8 jam setiap hari) Jaga kesehatan gigi, lebih rentan terhadap penyakit gusi Lansia mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya
31
Dimensi Sosial Memiliki Kemampuan Untuk Memahami Dirinya Sebagai Makhluk Sosial Tidak Cenderung Menyendiri Serta Tidak Punya Gairah Hidup Untuk Berkumpul Dengan Teman Sebaya, Keluarga Besar, Anak Dan Cucu Aktif dalam kegiatan Sosial Kemasyarakatan (merupakan upaya untuk membangun membangun kepedulian dengan sesama) Saling berbagi ilmu dan pengetahuan sebagai bentuk amalan ilmu yang dimiliki Saling tolong menolong dan bahu-membahu dalam kegiatan sehari-hari Menjaga dan memupuk kehormatan/ harga diri setiap pihak
32
Dimensi Spiritual membantu lansia menghadapi kenyataan, berpartisipasi dalam hidup, merasa memiliki harga diri dan menerima “takdir” termasuk kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari (Potter & Perry, 2009). Terus meningkatkan kesehatan spiritual lansia sesuai tahap perkembangan lansia, situasi/ lingkungan keluarga, latar belakang etnik dan budaya, agama dan pengalaman; Bimbingan spiritual menurut ajaran Agama sebagai sarana yang berfungsi untuk penentram batin dan melepaskan diri dari emosi negatif
33
Dimensi Vokasional Membantu mengembangkan kualitas lansia agar menjadi aktif dan mandiri sesuai dengan kelebihan yang dimiliki, baik dari sisi kemampuan maupun kesempatan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri dan kehidupannya Lansia menjadi aktif dan produktif sesuai kemampuan dan latar belakang keahliannya. Misal: membantu promosi kesehatan lingkungan; penyuluhan hukum; pengajar/ dosen/ pendamping pengasuhan kepada anggota keluarga atau anak cucu; sebagai mentor; relawan sosial dan usaha ekonomi produktif.
34
Dimensi Emosional Meningkatkan kemampuan lansia agar dapat mengelola kepribadian yang konstruktif, mandiri, mengelola emosi (stress), meningkatkan empati, tidak tergantung, tidak bermusuhan, dan bisa mengkritik diri (instropeksi) Lansia merasa nyaman dan bahagia karena berkurang atau hilangnya: Kecemasan dan ketakutan, mudah tersinggung, rasa kesepian, hilangya rasa percaya diri, bermimpi masa lampau, egois
35
Dimensi Intelektual Dapat mengurangi resiko penyakit Alzheimer (pikun): Gangguan memori/ingatan Gangguan orientasi waktu, tempat dan orang Kesulitan berpikir abstrak Perubahan suasana hati dan perilaku, seperti agresif, cepat marah, kehilangan minat untuk berinteraksi Lakukan stimulasi seperti: Membaca, menulis, mengarang, dan berkesenian. Melakukan permainan- permainan (catur, halma, congkak, ular tangga, teka-teki silang, puzzle, dan lainnya) Meningkatkan silaturahmi, rekreasi dengan keluarga. Senam otak (brain exercise) Menstimulasi lansia agar tetap mampu secara terus–menerus tumbuh dan belajar untuk beradaptasi secara efektif dengan perubahan yang baru, serta Kemampuan belajar dan menggunakan informasi secara efektif antar personal, keluarga, dan pengembangan karier lansia sesuai kondisinya.
36
Dimensi Lingkungan mampu beraktivitas, menjaga lingkungan bersih dan sehat, dan lingkungan yang aman dan nyaman mampu menjaga lingkungan mental spiritual dan lingkungan sosial budaya yang baik Menciptakan Lingkungan hidup yang baik bagi lansia untuk menjadi tempat yang strategis sebagai tempat tinggal yang baik, dimana dalam satu lingkungan yang bersih dan nyaman dengan suasana kehidupan yang saling menghormati, berdampingan, bekerja sama, dan
37
BINA KELUARGA LANSIA (BKL) BKL adalah Kelompok Kegiatan (Poktan) keluarga Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga Lansia untuk meningkatkan kualitas hidup Lansia dalam rangka mewujudkan Lansia Tangguh Saat ini terdapat : 1.434 kelompok BKL di Kaltim, diantaranya 109 kelompok BKL Pro PN 2.31 kelompok BKL di Kaltara, diantaranya 10 kelompok BKL Pro PN SASARAN : KELUARGA LANSIA
38
TUJUAN BKL 41 Meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan lansia dan anggota keluarga lainnya Keluarga lansia dan atau lansia itu sendiri mampu dalam pengasuhan, perawatan dan pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraan LANSIA Sehat secara fisik, sosial dan mental melalui siklus hidupnya, Aktif, Produktif, dan Mandiri
39
LANJUT USIA TANGGUH PELAYANAN KEAGAMAAN DAN MENTAL SPIRITUAL PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEMPATAN KERJA PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMUDAHAN DALAM PENGGUNAAN FASILITAS, SARANA DAN PRASARANA UMUM KEMUDAHAN DALAM LAYANAN PDAN BANTUAN HUKUM PERLINDUNGAN SOSIAL BANTUAN SOSIAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN KELUARGA KADER MASYARAKAT PIMPINAN MASYARAKAT PENERAPAN 7 DIMENSI LANSIA TANGGUH DI BKL SECARA TERINTEGRASISEJAKDINI( PRA LANSIA ) KELUARGAKELUARGA POTENSI MASYARAKAT
40
Active Ageing sejak Pralansia Penuaan Aktif (Active Ageing) merupakan proses optimalisasi peluang kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jadi, active ageingadalah upaya untuk membentuk lansia yang sebelumnya inaktif menjadi aktif yang tujuan utamanya memperpanjang usia harapan hidup dalam keadaan sehat dan berkualitas. Pra Lansia perlu mengetahui tentang masalah Penuaan Aktif atau “Active Ageing” agar dapat mempersiapkan diri menjadi lansia yang aktif, produktif, sehat, mandiri dan bermartabat.
41
ACTIVE AGEING BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN /KETERGANTUNGAN KARENA GANGGUAN PROSES PENUAAN ADL ( Activity Daily Living ) dan IADL ( Instrumental Activity Daily Living ) Lansia yang masih mandiri dan ketergantungan ringan tetap aktif dalam 7 dimensi Lansia yang mengalami penurunan kapabilitas fungsional, sedang, berat dan total total perlu Long-Term Care (perawatan jangka panjang), dan tetapbisa aktif sesuai dengan kondisinya
42
TETAP AKTIF DENGAN 7 DIMENSI LANSIA TANGGUH BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN Secara Utuh Mandiri/ Ketergantungan Ringan ADL 12 - 20 Keluarga mendampingi kegiatan di Poksila, Posyandu Lansia, peguyuban, secara aktif dalam 7 dimensi kesejahteraan lansia Pemberdayaan Lansia agar tetap sehat dan mandiri selama mungkin, namun tetap dimonitor kondisinya Ketergantungan Sedang ADL 9 - 11 Ketergantungn berat ADL 5 – 8/ Total 0 -4 Keluarga/care giver perlu memberi bantuan kehidupan sehari-hari bagi lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun penuh Tetap memberi kesempatan lansia melakukan kegiatan 7 dimensi lansia tangguh sesuai kondisinya Di keluarga, panti, maupun masyarakat TERMASUK BKL Keluarga,masyarakat TERMASUK BKL Panti / Fasilitas Khusus Puskesmas RS
44
Gerontologi ( IImu ttg Kelanjutusiaan ) adalah ilmu tentang proses menua dari berbagai aspek kehidupan diterapkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi
45
Branding – Lansia Expertise Definisi “Ramah Lansia” Konsumen Melalui Urindo, mudah mendapatkan produk dan jasa ramah lansia Pekerja Melalui Urindo, ada kesempatan beraktifitas kerja untuk lansia Pembelajar Melalui Urindo, lansia dapat belajar dan sekolah Investor Melalui Urindo, lansia dapat menjadi investor dan berbisnis dengan cara yang simpel Melalui Urindo, Lansia jadi lebih produktif dan sehat pikiran, emosi, raga
46
Demografi dan gerontologi sosial
47
Gerontologi Medik dan Kesehatan
48
Gerontologi Sosial : Lanjut Usia dan Bisnis
49
Geroteknologi : Lanjut Usia dan Teknologi
50
Lanjut Usia dan Pertanian
52
Mendidik, melibatkan, dan memberdayakan masyarakat untuk hidup di bawah new normal Hidup berdamai dengan Covid-19: Masyarakat diperbolehkan kembali beraktivitas dengan tetap mentaati aturan kesehatan yang berlaku Hidup bersih dan sehat Patuhi protokol kesehatan untuk Covid-19. TUGAS DAN FUNGSI KELUARGA DAN MASYARAKAT BAGI LANSIA: Pendamping ; Fasilitator; Sahabat; Konselor; Komunikator; Surat Edaran nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang pencegahan penularan virus Corona di tempat kerja sektor usaha dan perdagangan dalam mendukung keberlangsungan usaha. NEW NORMAL: perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19. LANSIA TETAP AKTIF SESUAI KONDISINYA DALAM 7 DIMENSI
53
NEW NORMAL AGAR LANSIA TETAP TANGGUH Hindari Kerumuman, Selalu menjaga jarak minimal 1 meter Lakukan Latihan fisik dan mental dan hindari stress Istirahat yang cukup dan makan dengan gizi seimbang Selalu Gunakan Masker saat keluar rumah Lakukan Adaptasi Kebiasaan Hidup sehat, dengan berperan aktif Tetap terhubung dengan teman/keluarga, melalui Televisi, Handphone, Internet dll
54
TIPS MENJADI LANSIA TANGGUH : BERFIKIR, BERSIKAP, DAN BERTINDAK POSITIF UNTUK KEBAHAGIAAN ORANG LAIN DAN DIRI SENDIRI SESUAI DENGAN MINAT DENGAN PENUH SYUKUR
55
KESIMPULAN 1.Indonesia sudah dalam population ageing 2.Lanjut Usia Tangguh, Active Ageing dan kesejahteraan dalam 7 dimensi merupakan konsep yang utuh dan melalui suatu proses sejak dini 3.Penerapan 7 dimensi lansia tangguh sejak dini dan berdasarkan tingkat kemandirian/ketergantungan bisa diterapkan dalam keluarga dan masuarakat 4.Peran keluarga dan masyarakat menjadi amat penting sebagai pendamping, komunikaor, dan fasilitator 5.Model New Normal untuk mewujudkan lansia tangguh bisa terwujud dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan memanfaatkan Teknologi Indormasi, antara lain menggunakan aplikasi Go Lantang 6.Tips menjadi lansia tangguh, berfikir, bersikap dan bertindak positif sejak dini
56
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.