Referat PNEUMOTHORAX Pembimbing : dr. Sumidi, Sp.B Oleh : Kesih Kalua

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Referat PNEUMOTHORAX Pembimbing : dr. Sumidi, Sp.B Oleh : Kesih Kalua"— Transcript presentasi:

1 Referat PNEUMOTHORAX Pembimbing : dr. Sumidi, Sp.B Oleh : Kesih Kalua 201806010155

2 PENDAHULUAN

3 LATAR BELAKANG ● Trauma thorax merupakan urutan ketiga penyebab kematian terbanyak setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Kecelakaan pada thorax sebanyak 20-25 % menyebabkan trauma, dan trauma thoraks berkontribusi sebanyak 25-50% menyebabkan kematian. Di Amerika Serikat, sebanyak 16,000 kematian disebabkan oleh trauma thoraks setiap tahunnya. Trauma thorax dapat disebabkan oleh trauma tumpul ataupun trauma tajam. ● Pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang ringan. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. ● Pneumotoraks sederhana dapat menjadi life threatening tension pneumothorax, jika tidak mendapatkan penanganan cepat yang mengakibatkan peningkatan risiko mortalitas. ● Insidensi pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5:1.

4 TUJUAN Memperluas pengetahuan -> Pneumothorax, ● definisi ● anatomi dinding dada ● klasifikasi pneumothorax ● manifestasi klinis ● diagnosa ● penanganannya.

5 MANFAAT ● Bagi Masyarakat → Memberikan wawasan bagi masyarakat mengenai trauma tumpul pada dada dan penanganannya yang baik dan benar. ● Bagi Bidang Akademik ○ Mengetahui bagaimana cara mendiagnosa pasien ○ Mengetahui bagaimana alur tatalaksana yang baik dan benar pada pasien ● Bagi Pengembangan Masyarakat → Menambah literatur untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan trauma tumpul pada dada.

6 TINJAUAN PUSTAKA

7 DEFINISI suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.

8 Klasifikasi

9 Pneumothorax spontan menurut penyebabnya Pneumothorax spontan Primer Pneumothorax spontan Sekunder

10 Pneumothorax traumatik menurut penyebabnya Pneumothorax traumatik iatrogenik Pneumothorax traumatik non-iatrogenik.

11 berdasarkan fistulanya;

12 Pneumothorax parsialis (<50% volume paru ) menurut luasnya paru yang mengalami kolaps,

13 Pneumothorax totalis ( >50% volume paru) menurut luasnya paru yang mengalami kolaps,

14 Luas Pneumothorax

15 beberapa rumus yang dipakai ● Rasio antara selisih luas hemithorax dan luas paru yang kolaps dengan luas hemithorax.

16 beberapa rumus yang dipakai ● Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh.

17 Manifestasi Klinis

18 Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah 4 : 1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka. 2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan. 3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien. 4. Denyut jantung meningkat. 5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang. 6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.

19 Manifestasi Klinis Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut: 1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat 2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat 3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta ada tidaknya jalan napas. 4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan pengisian yang kurang.

20 Pemeriksaan Fisik thorax didapatkan Inspeksi : a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada) b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat Palpasi : a, Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

21 Pemeriksaan Fisik thorax didapatkan Perkusi : a. Suara ketuk pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar b.Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi Auskultasi : a. Pada bagian yang sakit, suara nafas melemah sampai menghilang b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif

22 Pemeriksaan Penunjang

23 Foto Rontgen ● Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps seperti massa radiopaque yang berada di daerah hilus. ● Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. ● Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

24 pemeriksaan penunjang ● Analisa Gas Darah dapat memberikan gambaran hipoksemia ●CT Scan Thorax

25 Tatalaksana

26 Observasi & pemberian O2 ● fistula yang menghubungkan alveolus dan rongga pleura menutup -> udara yang berada di dalam rongga pleura -> diresorpsi. ● tambahan O2 -> Laju resorpsi tersebut akan meningkat ● Observasi beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari ● Tindakan -> untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka. Tindakan Dekompresi ●Needle Thoracosintesis ●menghubungkan udara luar melalui kontra ventil (infus set / jarum abbocath / pipa WSD)

27 Needle Thoracosintesis WSD

28 Tatalaksana Torakoskopi dilakukan apabila: ● Tindakan aspirasi maupun WSD gagal ● Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube toraskostomi ● Terjadinya fistula bronkopleura ● timbul kembali pneumothorax setelah pleurodesis Torakotomi dilakukan apabila : ● Kebocoran paru yang massif sehingga paru tidak dapat mengembang (bullae / fistel Bronkhopleura). ● Pneumotoraks berulang. ● Adanya komplikasi (Empiema, Hemotoraks, Tension pneumothorax) ● Pneumotoraks bilateral.

29 Torakoskopi

30 Tindakan Bedah ● Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit. ● Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi. ● Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak ● Pleurodesis yaitu masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura direkatkan satu sama lain di tempat fistel.

31 Operative tube thoracostomy

32 komplikasi chest tube ● Laserasi atau menusuk organ intrathoraks atau organ abdomen. (seharusnya tidak terjadi dengan teknik memasukkan jari sebelum dilakukan insersi). ● Infeksi pleura (empiema) ● Kerusakan saraf interkostal, arteri, vena: Pneumothoraks menjadi hemothoraks, Neuritis interkostal/neuraigia ● Posisi chest tube yang keliru (ekstrathoraks atau intrathoraks) ● Lepasnya chest tube dari dinding dada atau lepasnya sambungan dengan WSD ● Pneumothoraks persisten; Kebocoran primer yang besar, Kebocoran di kulit sekitar chest fube, Kebocoran pada WSD ● Emfisema subkulis, biasanya pada daerah insersi. ● Pneumothoraks rekuren sesudah pencabutan tube: penulupan uka thorakostomi fidak segera dilakukan. ● Gagalnya paru untuk mengembang akibat adanya plak bronkus: perlu bronkoskopi. ● Reaksi anafilaktik atau alergl

33 Medikasi & Rehabilitasi ➔ terdapat proses lain di paru, ➔ Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator ➔ Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat. ➔ Pemberian antibiotik profilaksis setelah tíndakan bedah ~-> mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema. ➢ Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks -> dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya. ➢ penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu keras. ➢ Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif ~> berilah laksan ringan. ➢ kalau ada keluhan batuk, sesak napas. ~> Kontrol penderita pada waktu tertentu

34 Komplikasi

35 Komplikasi Pneumothorax Pneumomediastinum ➔ Terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Emfisema subkutan ➔ Udara yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada dan belakang. Piopneumothorax ➔ pneumothorax disertai emfisema secara bersamaan pada satu sisi paru. Pneumothorax kronik ➔ Menetap selama lebih dari 3 bulan, bila fistula bronkopleura tetap membuka. Hidro-pneumothorax ➔ adanya cairan dalam pleuranya ~> bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah).

36 KESIMPULAN

37 Kesimpulan ● Pneumothorax ~> suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru dan menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. ● Klasifikasi pneumothorax berdasarkan fistel yang terbentuk, dapat bersifat terbuka, tertutup, dan ventil (tension) Pneumothorax. ● Penanganan pneumotoraks bertujuan untuk mengeluarkan udara dalam rongga pleura, mengusahakan penyembuhan lesi di pleura, mencegah timbulnya pneumotoraks ulang. ● Observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan tindakan dekompresi dengan Needle Thoracosintesis, dan insersi Chest Tube. ● Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila pneumotoraks berat. Medikasi diberikan sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi. ● Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya pneumomediastinum, emfisema subkutan, piopneumothorax, pneumothorax kronik, dan hidro-pneumothorax.

38 Daftar Pustaka 1. Chen, K. C., Chen, P. H., & Chen, J. S. (2020). New options for pneumothorax management. Expert review of respiratory medicine, 14(6), 587-591. 2. Sudoyo, Aru, W. Seliyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K. Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti, Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam. Jilid Il. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063. 3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated: 2010 May 27: cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.medscape.comlarticle/827551 4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179 5. Schiffman, George. Stoppier, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed Lung). Cited 2011 January 10. Available from http://www.medicinenet.cominneumothoraxlarticle.htm 6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56 7. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997. p. 598. 8. American American College of Surgeons Commtee on Trouma Advanced hrouo Le Sucoor Student Coune Manuo Ed.Bahasa indonesia Ph Ed. Jokorto KA 2014 9. Somsuhidajat R Prasetyono 10 Rudiman R et al. Buku Ajar Imu Bedah vol 13 Edisi 4. Jakarta EGC.2017

39 THANK YOU


Download ppt "Referat PNEUMOTHORAX Pembimbing : dr. Sumidi, Sp.B Oleh : Kesih Kalua"
Iklan oleh Google