Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Portfolio Performance Evaluation
KELOMPOK 2 (WEEK 12 MKL)
2
KELOMPOK 2 Ratika Anindiaty 042123143002 Mia Arum Puspita 042123143004
Silfia Herlina Widoretno Maharani Luluk Atika R
3
AGENDA The Conventional Theory of performance Evaluation
PRESENTATION TITLE AGENDA The Conventional Theory of performance Evaluation Performance Measurement for Hedge Funds Performance Measurement with Changing Portfolio Composition Market Timing Evaluating Performance Evaluation Related Case
4
The Conventional Theory of performance Evaluation
5
Sejauh manakah portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan kinerja yang memuaskan investor?
Evaluasi kinerja portofolio akan memungkinkan kita mengidentifikasi apakah portofolio yang telah terbentuk mampu memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibanding return portofolio lainnya dan apakah return tersebut juga sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. Overview
6
METODE SEDERHANA Mengukur Tingkat Return dari Portofolio
Metode sederhana yang biasanya dipakai dengan menghitung semua aliran kas yang diterima (dividen + capital gain), dan selanjutnya dibagi dengan dengan nilai pasar portofolio pada awal periode. Walaupun metode tersebut sederhana, tetapi mengandung kelemahan karena hanya sesuai untuk portofolio yang “statis‟, yaitu portofolio yang tidak mempunyai aliran kas keluar maupun masuk dari investor
7
Menggunakan metode alternatif yang bisa mengakomodasi waktu dan aliran keluar masuk kas dari investor : TWR DWR Bagaimana cara mengatasi kelemahan perhitungan metode sederhana tersebut?
8
Mengukur Tingkat Return dari Portofolio
Besarnya TWR ini tidak dipengaruhi oleh penambahan atau penarikan dana yang dilakukan oleh investor selama periode perhitungan return portofolio TWR (Time-weighted rate of return) Return yang benar-benar diterima oleh investor ditentukan oleh besarnya arus kas masuk dan keluar dalam investasi portofolio akibat tambahan atau penarikan dana yang dilakukan investor selama periode perhitungan return portofolio tersebut DWR (dollar-weighted rate of return) Mengukur Tingkat Return dari Portofolio
9
Mengukur Tingkat Return dari Portofolio
Persamaan TWR dan DWR : Kedua metode tersebut sama-sama bisa digunakan untuk menghitung return portofolio dan sama-sama merupakan metode perhitungan yang valid Perbedaan TWR dan DWR : DWR lebih sesuai digunakan oleh para investor, karena metode ini akan bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkah return yang akan diterima investor?” TWR, lebih cocok untuk digunakan oleh manajer investasi, karena bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkan return yang ditawarkan portofolio?”
10
TWR (Time-weighted rate of return)
TWR = (1,0 + S1) (1,0 + S2) ……..(1,0 + SN) – 1,0 Dalam hal ini, S adalah return yang diperoleh dalam setiap subperiode perhitungan. Contoh: Suatu portofolio yang diamati selama 5 tahun terdiri dari 3 sub periode aliran kas yang masing-masing memberikan return berturut-turut sebesar 5%; 8%; dan 10%. Jawab : TWR = (1,0 + 0,05) (1,0 + 0,08) (1,0 + 0,1) – 1,0 = (1,05) (1,08) (1,1) – 1,0 = 0,247 atau 24,7%.
11
DWR ( Dollar-weighted rate of return )
Dalam hal ini: Dt = penambahan dana pada saat t. Wt = penarikan dana pada saat t. n = jumlah penambahan dana selama periode perhitungan. M = jumlah penarikan dana selama periode perhitungan. r = tingkat bunga yang menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran kas (masuk dan atau keluar) ditambah nilai akhir portofolio. Besarnya r ini sekaligus merupakan tingkat return portofolio yang dihitung dengan metode TWR.
12
DWR ( Dollar-weighted rate of return )
15
Adjusting Returns for Risk
Kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan, tetapi juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risiko portofolio tersebut. Ada beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukan faktor risiko : Indeks Sharpe Indeks Treynor Indeks Jensen Adjusting Returns for Risk
16
Adjusting Returns for Risk
Metode sharpe membagi rata-rata imbal hasil lebih (selisih imbal hasil portofolio dengan imbal hasil bebas resiko) portofolio selama periode sampel dengan standart deviasi imbal hasil periode tersebut. Metode ini menghitung hasil dari pertukaran (trade off ) volatilitas (total). Sharpe measure: ( rp – rf)/σp Seperti metode Sharpe, metode Treynor menghasilkan kelebihan imbal hasil (exess return) per unit resiko, namun menggunakan resiko sistematis dan bukan resiko total. Treynor measure: ( rp – rf)/βp Metode Jensen adalah rata-rata imbal hasil portofolio dari luar hasil prediksi CAPM, menggunakan beta portofolio dan rata-rata imbal hasil pasar. Metode Jensen adalah nilai alfa portofolio. Jensen measure (portfolio alpha): αp= rp - [rf + βp (rm – rf)] Information ratio membagi alfa portofolio dengan resiko non sistematis portofolio yang disebut juga “tracking error”. Rasio ini mengukur imbal hasil abnormal per unit resiko yang pada prinsipnya dapat didiversifikasi jika memiliki portofolio sesuai dengan indeks pasar. Information ratio: αp / σ(ϱp ) Adjusting Returns for Risk Morningstar Risk-Adjusted Return
17
SHARPE INDEX Disebut juga reward-to-variability ratio.
Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai benchmark, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya..
18
Treynor Measure Sering disebut reward to volatility ratio, yaitu asumsi bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan adalah risiko sistematis (beta).
19
Jensen’s Measure Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpretasikan sebagai pengukur berapa banyak portofolio “mengalahkan pasar”. Indeks yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada di atas garis pasar sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistimatisnya Ketiga ukuran kinerja portofolio di atas tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengukuran. Ketiga ukuran tersebut menggunakan dasar CAPM. Padahal model CAPM merupakan model keseimbangan yang menggunakan asumsi-asumsi yang sangat sulit kita temukan dalam kondisi nyata, sehingga penggunaan model CAPM bisa menyebabkan adanya bias dalam pengukuran kinerja portofolio tersebut.
20
2. Performance Measurement for Hedge Funds
21
Performance Measurement for Hedge Funds
Hedge fund atau dana lindung nilai, pada dasarnya adalah kumpulan investasi yang dikontribusikan oleh sejumlah investor mitra. Dana yang sudah terkumpul nantinya akan dioperasikan oleh seorang manajer investasi profesional untuk keperluan risk management. Meskipun tidak secara eksklusif, institusi, investor dengan koneksi ke manajer, atau bahkan manajer itu sendiri juga sering berinvestasi untuk dana lindung nilai. Intensi utama dikumpulkannya dana lindung nilai adalah untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko merugikan. Selain itu, setiap dana lindung nilai yang terkumpul dibangun untuk memanfaatkan peluang pasar tertentu yang telah diidentifikasi para analis. Dalam mata hukum, hedge fund paling sering dianggap sebagai kemitraan investasi swasta yang terbuka untuk sejumlah investor terakreditasi, di mana mereka membutuhkan biaya awal dengan jumlah minimum yang cukup besar.
22
Karateristik Hedge fun
1. Hanya terbuka untuk investor yang memenuhi syarat Seperti yang sudah Glints jelaskan, investasi hedge fund hanya diperbolehkan untuk sejumlah investor yang berkualifikasi.I nvestor berkualifikasi adalah individu dengan pendapatan yang melebihi dolar AS selama dua tahun terakhir atau kekayaan bersih melebihi 1 juta dolar AS. Aturan ini dikeluarkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat. Mereka menilai bahwa investor yang memenuhi syarat tersebut cocok untuk menangani potensi risiko amanat investasi yang lebih luas. 2. Menawarkan keleluasaan dalam berinvestasi Lingkup investasi dana nilai lindung hanya dibatasi oleh mandatnya. Dana lindung nilai pada dasarnya dapat diinvestasikan pada berbagai hal, seperti tanah, rumah, saham, derivatif, dan mata uang. Sebaliknya, reksa dana harus ditempatkan pada saham atau obligasi dan biasanya hanya bersifat jangka panjang.
23
Karateristik Hedge fun
3. Sering membutuhkan dana pinjaman Hedge fund akan sering menggunakan dana pinjaman untuk meningkatkan keuntungan mereka. Namun, seperti yang terjadi selama krisis keuangan tahun 2008, dana pinjaman juga dapat menghapus value dari dana lindung nilai. 4. Struktur biaya Alih-alih hanya membebankan rasio biaya, dana lindung nilai membebankan investor dengan rasio biaya serta biaya kinerja. Struktur biaya ini dikenal sebagai “Two and Twenty“, di mana biaya manajemen aset sebesar 2% akan dikenakan potongan 20% dari setiap keuntungan yang dihasilkan. Sebenarnya, masih ada karakteristik yang lebih spesifik yang menggambarkan dana lindung nilai. Akan tetapi, karena pada dasarnya mereka adalah sarana investasi swasta yang hanya memungkinkan individu kaya untuk berinvestasi, pemilik hedge fund dapat melakukan segala kepentingan mereka jika para pemegang dana mengungkapkan strateginya kepada para investor.
24
Kelebihan dan kekurangan hedge funds
Fleksibilitas Strategi investasi yang agresif Cocok untuk long maupun short selling Return tinggi Meningkatkan peluang diversifikasi portofolio investasi Saran dari ahli dan transparansi Biaya yang cukup besar Kualifikasi terbatas pada investor dengan kekayaan besar Risiko kegagalan tinggi
25
Performance Measurement for Hedge Funds
H : the active portfolio established by the hedge fund M : the investor’s baseline passive portfolio P : the optimal position of H in the overall portfolio
26
CONT. Ketika hedge fund secara optimal dikombinasikan dengan portofolio baseline menggunakan Persamaan sebelumnya, peningkatan ukuran Sharpe akan ditentukan oleh rasio informasinya: Dari persamaan ini, ditemukan bahwa ukuran kinerja yang tepat untuk hedge fund adalah rasio informasi (IR)
27
CONT. : Portofolio Jane
28
Menghitung IR portofolio P dan Q
Beta P: 0,70, dapat dihasilkan dari posisi pendek yang dimiliki dana di beberapa aset. Beta Q yang relatif tinggi: 1,40 mungkin dihasilkan dari leverage yang juga akan meningkatkan risiko spesifik perusahaan dari dana tersebut. Jane dapat mendukung hedge fund P dengan rasio informasi yang lebih tinggi
29
Kesulitan Evaluating Hedge Funds
Profil risiko hedge fund dapat berubah dengan cepat Hedge fund cenderung berinvestasi dalam aset tidak likuid Banyak hedge fund mengejar strategi yang dapat memberikan keuntungan yang jelas selama jangka waktu yang lama, tetapi mengekspos dana untuk kerugian yang jarang tetapi parah Hedge fund memiliki garis lintang yang cukup untuk mengubah profil risiko Kesulitan Evaluating Hedge Funds
30
3. Performance Measurement with changing portfolio composition
31
Pengukuran Kinerja dengan Mengubah Komposisi Portofolio
Volatilitas pengembalian saham membutuhkan periode pengamatan yang sangat lama untuk menentukan tingkat kinerja dengan presisi apa pun, bahkan jika pengembalian portofolio didistribusikan dengan rata-rata dan varians yang konstan. Bayangkan bagaimana masalah ini diperparah ketika distribusi pengembalian portofolio terus berubah. Diasumsikan bahwa strategi pasif distribusi pengembalian memiliki mean dan varians konstan ketika interval pengukuran tidak terlalu lama. Sedangkan strategi aktif distribusi pengembalian berubah berdasarkan desain, karena manajer portofolio memperbarui portofolio sesuai dengan perintah analisis keuangan. Dalam kasus seperti itu, memperkirakan berbagai statistik dari periode sampel dengan asumsi rata-rata dan varians konstan dapat menyebabkan kesalahan substansial. Pengubahan komposisi portofolio dengan mengukur resiko dari tiap instrument investasi yang dipilih untuk menentukan prosentase komposisi portofolio tersebut.
33
Contoh Sharpe ratio Kesimpulannya, kinerja unggul tampaknya menghilang begitu kita menganalisis strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi secara bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa penting untuk mempertimbangkan perubahan komposisi portofolio saat menggunakan ukuran kinerja seperti rasio Sharpe.
36
“Jangan taruh telur seluruh milikmu dalam keranjang yang sama”, karena kalau keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Dalam konteks investasi, pepatah tersebut bisa diartikan sebagai imbauan untuk tidak melakukan investasi semua dana yang dimiliki hanya pada satu aset saja, sebab jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah diinvestasikan akan lenyap (Tandellin, 2001).
37
4. Market timing
38
MARKET TIMING – PENGUKURAN WAKTU PASAR
Market Timing terkait dengan memindahkan dana antara portofolio indeks pasar dan aset aman seperti obligasi negara atau reksa dana pasar uang, tergantung apakah pasar secara keseluruhan diperkirakan akan mencatat kinerja lebih baik dari aset aman. Perpaduan antara kemampuan stock selection dan market timing ini akan menciptakan sinergi yang dapat menghasilkan tingkat imbal hasil yang optimum
39
MARKET TIMING – PENGUKURAN WAKTU PASAR
Model Treynor-Mazuy Model regresi : (rp – rf) = a + b (rm – rf) + cp (rm - rf)2 + εp (rp – rf) = Excess Return Portfolio (rm – rf) = Excess Return market εp = random error
40
MARKET TIMING – PENGUKURAN WAKTU PASAR
Model Henriksson-Merton Metodologi yang mirip namun lebih sederhana. Mereka menyatakan bahwa beta portofolio hanya memiliki dua nilai : nilai besar jika pasar diperkirakan akan berkinerja baik, dan nilai kecil jika sebaliknya. (rp – rf) = a + b (rm – rf) + cp (rm - rf) D + εp (rp – rf) = Excess Return Portfolio (rm – rf) = Excess Return market D =Dummy Variabel MARKET TIMING – PENGUKURAN WAKTU PASAR
41
MARKET TIMING dan Security Characteristic Line (SCL)
42
5. Evaluating performance Evaluation
43
Evaluasi Kinerja Portofolio
Evaluasi kinerja portofolio akan terkait dua isu utama: Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return di atas return portofolio yang dijadikan benchmark. Mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat resiko yang harus ditanggung. Beberapa faktor dalam mengevaluasi kinerja portofolio: Tingkat risiko Periode waktu Penggunaan patok duga (bechmark) yang sesuai Tujuan investasi
44
Evaluasi Kinerja Portofolio
Mengukur Tingkat Return Portofolio : Metode Sederhana Metode Time-Weighted Rate Of Return (TWR) Metode Dollar-weighted Rate Of Return (DWR) Risk Adjusted Performance Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukan faktor risiko : Indeks Sharpe Indeks Treynor Indeks Jensen Evaluasi Kinerja Portofolio
45
6. Related case
46
Case: Evaluasi Kinerja Reksadana Menggunakan Indeks Treynor
47
CONT. Semakin besar nilai rasio premi risiko portofolio terhadap beta atau R Treynors (reward to volatility) semakin besar berarti Kinerja portofolio / reksa dana semakin baik
48
THANK YOU
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.