Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TOKSIKOLOGI FORENSIK (KERACUNAN MAKANAN, ORGANOFOSFAT DAN GAS) Disusun oleh : Zulaikha ( ) Pembimbing : dr. Nasrun, S.H, M. Sc.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TOKSIKOLOGI FORENSIK (KERACUNAN MAKANAN, ORGANOFOSFAT DAN GAS) Disusun oleh : Zulaikha ( ) Pembimbing : dr. Nasrun, S.H, M. Sc."— Transcript presentasi:

1 TOKSIKOLOGI FORENSIK (KERACUNAN MAKANAN, ORGANOFOSFAT DAN GAS) Disusun oleh : Zulaikha (13 18 777 14 319) Pembimbing : dr. Nasrun, S.H, M. Sc

2 Latar belakang Toksikologi forensik adalah penerapan ilmu toksikologi pada berbagai kasus dan permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan kimia yang dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal dan dapat digunakan sebagai bukti dalam pengadilan. Metode yang digunakan dalam toksikologi forensik terus berkembang seiring dengan berjalanya waktu. Penggunaan metode tertentu, alat-alat yang diperlukan, serta interpretasi hasil dalam pengujian sampel mengenai obat-obatan klinis dan cara uji laboratoris sangat membantu dalam mengkerucutkan suatu proses pencarian.

3 Keracunan makanan melalui proses intoksikasi dan infeksi bakteri pada umumnya terjadi karena sanitasi atau hygiene yang kurang, dan penyimpanan yang tidak baik. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan kimia beracun, kontaminasi makanan, mikroba patogen, dan non bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Pestisida adalah zat untuk membunuh dan mengendalikan hama. Penggunaan pestisidan yang tidak tepat dapat mengakibatkan keracunan bahkan kematian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap hari. Di negara-negara yang belum berkembang, terdapat lebih dari 60% kasus kematian akibat pestisida

4 Definisi Toksikologi Forensik

5 Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang membahas berbagai efek samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup. Sedangkan toksikologi forensik adalah penerapan ilmu toksikologi terhadap berbagai permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan bahan – bahan kimia yang dapat menimbulkan masalah konsekuensi medikolegal serta untuk menjadi bukti pengadilan. 2 Toksikologi Forensik juga dapat didefinsikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang racun dan pengidentifikasian bahan racun yang diduga ada dalam jaringan, organ maupun cairan tubuh korban.

6 Etiologi Toksikologi Forensik

7 Keracunan Makanan Makanan diketahui sebagai jalur penyebaran patogen dan toksin yang diproduksi oleh mikroba patogen. Keracunan makanan melalui proses intoksikasi dan infeksi bakteri pada umumnya terjadi karena sanitasi atau hygiene yang kurang, dan penyimpanan yang tidak baik. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan kimia beracun, kontaminasi makanan, mikroba patogen, dan non bakteri yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan.

8 Jengkol atau disebut juga secara ilmiah dengan Archidendron pauciflorum, merupakan salah satu makanan yang umum ditemukan di Asia Tenggara. Walaupun berbau tajam, jengkol merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Karakteristik keracunan jengkol adalah nyeri spasmodik, obstruksi urine, dan gagal ginjal akut, yang dapat timbul dalam beberapa jam setelah konsumsi jengkol. Penyebabnya adalah asam jengkolat yang terkandung dalam jengkol yang dapat mengganggu traktus urinarius. Jengkolic acid

9 Patogenesis Patogenesis dari jengkolisme belum diketahui secara pasti, akan tetapi diduga merupakan efek toksik secara langsung atau hipersensitivitas terhadap asam amino atau metabolit dari asam jengkolat yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Jengkol memiliki kandungan asam jengkolat sekitar 0,3 – 1,3 gram dalam 100 gram berat basah dan 93% asam jengkolat berada dalam bentuk bebas. Asam jengkolat adalah struktur asam amino yang mengandung sulfur. Asam jengkolat dapat membuat produksi urine menjadi lebih kental seperti berlumpur dan mengakibatkan obstruksi nefropati, yang berakhir dengan nekrosis tubular akut.

10 Gejala klinis Manifestasi klinis dari jengkolisme bervariasi, tetapi secara umum dapat berupa nyeri pinggang spasmodik (kolik) atau nyeri di pangkal paha serta gagal ginjal akut dengan obstruksi traktus urinarius. Onset timbulnya gejala sejak konsumsi jengkol adalah sekitar 2 sampai 12 jam, tetapi bisa juga terjadi sampai pada hari ke-4. Manifestasi lain yang dapat timbul akibat jengkolisme adalah buang angin berlebihan, diare atau sembelit, serta urine yang berwarna seperti susu dan kemudian berubah menjadi darah. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan “ bau jengkol ” pada napas dan urine pasien karena kandungan sulfur pada asam jengkolat.

11 ● Secara umum, berdasarkan tingkat keparahan dan gejala yang timbul, keracunan jengkol dapat dibagi menjadi dua derajat, yaitu: ● Keracunan jengkol ringan: nyeri dan hematuria setelah obstruksi uretra sementara yang disebabkan karena kristal asam jengkolat ● Keracunan jengkol berat: hipertensi, oliguria, azotemia, anuria dan kematian Gejala klinis

12 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan ureum atau BUN (blood urea nitrogen) dan kreatinin darah. Munculnya tanda dan gejala, berupa nyeri pinggang, mual, muntah, dan hematuria mengarahkan kecurigaan pada obstruksi ureter dan uretra yang disebabkan oleh asam jengkolat. Pemeriksaan urinalisis dapat memperlihatkan adanya albumin, sel epitel, eritrosit, dan terkadang dapat muncul kristal berbentuk jarum. Pembentukan kristal ini bergantung dengan pH karena tingkat kelarutan asam jengkolat meningkat secara signifikan pada pH basa. Kristal yang dapat menyebabkan laserasi pada jaringan ginjal dan perdarahan atau obstruksi pada uretra.

13 Penatalaksanaan ● Setelah diagnosis ditegakkan, terapi keracunan jengkol dapat segera dilakukan, yaitu dengan rehidrasi dan pemberian diuretik (furosemide). ● Terapi ini terbagi menjadi 2 kelompok berdasarkan derajat keparahan dari keracunan jengkol:  Ringan: rehidrasi dan kontrol nyeri  Berat: kontrol nyeri yang lebih tinggi, rehidrasi yang agresif, pemberian basa (natrium bikarbonat) untuk meningkatkan keluaran asam jengkolat. Bila tidak terdapat natrium bikarbonat, minuman bersoda pernah digunakan dalam satu kasus di Indonesia untuk tujuan ini

14 Ikan buntal berasal dari famili Diodontidae dan berasal dari ordo Tetraodontiformes. Selain memiliki kandungan metabolit primer yang cukup lengkap terutama asam aminonya, ikan buntal juga memiliki kandungan metabolit sekunder seperti racun tetrodotoksin (TTX). Racun ini biasanya digunakan sebagai alat pertahanan diri dari serangan predator. Racun ikan buntal

15 Toksisitas ikan buntal terkait erat dengan adanya racun yang mampu melumpuhkan (tetrodotoksin dan saksitoksin). Racun TTX pada ikan betina lebih tinggi daripada jantan karena di ovarium terdeteksi TTX lebih banyak bila dibandingkan dengan testis ikan. Menurut Noguchi dan Arakawa racun TTX pada ikan buntal terdistribusi di organ hati dan ovarium (paling tinggi), diikuti oleh usus dan kulit.

16 ● Tahap 1 Gejala keracunan ikan buntal tahap 1 adalah area di sekitar mulut terasa kebas atau mati rasa. Gejala ini dapat disertai dengan gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, sakit perut, atau diare. Gejala ini biasanya muncul 10 – 45 menit setelah mengonsumsi ikan buntal. ● Tahap 2 Gejala keracunan ikan buntal selanjutnya adalah mati rasa di bagian wajah, tidak jelas saat berbicara atau cadel, kehilangan keseimbangan, dan tubuh terasa lemah atau tidak bisa bergerak. Gejala klinis

17 ● Tahap 3 Pada tahap ini, keracunan ikan buntal akan membuat tubuh menjadi lumpuh atau tidak bisa digerakkan sama sekali, tidak bisa bicara, gagal napas, dan pupil mata membesar. ● Tahap 4 Tahap terakhir dari gejala keracunan ikan buntal adalah gagal napas parah, kadar oksigen di dalam tubuh berkurang (hipoksia), jantung berdetak lebih lambat dari biasanya (bradikardia), penurunan tekanan darah (hipotensi), gangguan irama jantung, dan penurunan kesadaran. Gejala klinis

18 ● Gastric lavage merupakan prosedur pengosongan lambung untuk membuang zat-zat beracun dari sistem pencernaan. Prosedur ini dahulu umum dilakukan sebagai cara mengatasi keracunan atau overdosis obat di wilayah dengan fasilitas kesehatan yang terbatas. Bilas lambung

19 ● Selain kasus keracunan bahan-bahan toksik dalam kurun waktu 60 menit, terapi bilas lambung juga dilakukan bila pasien mengalami kondisi berikut. ● Keracunan bersifat fatal yang membuat pasien tidak sadarkan diri. ● Keracunan bersifat fatal akibat overdosis obat antikolinergik dalam waktu 4 jam. Obat antikolinergik menghambat fungsi otot-otot sadar dan biasanya digunakan untuk mengatasi kandung kemih overaktif serta penyakit paru obstruktif. ● Keracunan salisilat dalam jumlah besar dalam waktu 12 jam. ● Keracunan mineral besi atau lithium. ● Keracunan paraquat, salah satu bahan pembasmi gulma.

20 ● Pasien keracunan makanan atau obat ● Keracunan bukan bahan korosif dan kurang dari enam puluh menit ● Overdosis obat/ narkotik ● Terjadi perdarahan ( hematemesis dan melena) pada saluran pencernaan atas ● Mengambil contoh asam lambung untuk dianalisis lebih lanjut ● Dekompresi lambung Indikasi

21 ● Keracunan oral lebih dari 1 jam ● Pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida, hidrokarbon aromatic, halogen); ● Pasien yang menelan benda asing yang tajam; ● Pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi. Kontraindikasi

22 ● Sebelumnya pasang NGT berukuran besar, pastikan posisi sudah tepat dengan cara memasukkan pangkalnya kedalam air dengan klem dibuka, jika tidak ada gelembung air yang keluar, selang sudah masuk dalam lambung. ● Lakukan irigasi dengan menggunakan air dengan cara memasukkan sejumlah air secara bertahap dan kemudian mengeluarkannya dengan cara mengalirkan ● Alirkan cairan yang dikeluarkan ke dalam kantong (collectionbag) yang diletakkan dengan posisi lebih rendah dari tubuh klien atau tempat tidur klien. Prosedur

23 ● Organofosfat merupakan zat kimia yang terkandung pada pestisida untuk membunuh hama. Organofosfat juga digunakan dalam produk rumah tangga, seperti pembasmi nyamuk, kecoa, dan hewan pengganggu lainnya. ● Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena menghambat enzim kolinesterase. Enzim ini berfungsi agar asetilkolin terhidrolisis menjadi asetat dan dan kolin. Keracunan Organofosfat

24 Patofisiologi ● Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena menghambat enzim kolinesterase. Enzim ini berfungsi agar asetilkolin terhidrolisis menjadi asetat dan dan kolin. Organofosfat mampu berikatan dengan sisi aktif kolinesterase sehingga kerja enzim ini terhambat. Asetilkolin terdapat di seluruh sistem saraf. Asetilkolin berperan penting pada sistem saraf autonom yang mengatur berbagai kerja, seperti pupil mata, jantung, pembuluh, darah. Asetilkolin juga merupakan neurotransmiter yang langsung memengaruhi jantung serta berbagai kelenjar dan otot polos saluran napas.

25 Gejala klinis ● Gejala keracunan organofosfat timbul 6-12 jam setelah paparan. Gejala awal adalah ruam dan iritasi kulit, mual, muntah, lemas, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Gejala lanjutan seperti keluar ludah berlebih, keluar lender dari hidung, berkemih berlebih, diare, keringat berlebih, air mata berlebih, kelemahan yang disertai sesak nafas, kelumpuhan otot rangka, sukar bicara, hilangnya reflek, kejang, dan koma.

26 Pemeriksaan toksikologi ● Untuk pemeriksaan toksikologik insektisida perlu diambil darah, jaringan hati, limpa, paru-paru dan lemak badan. ● cara tintimeter (Edson) Ambil darah korban dan tambahkan indikator bromtimol biru, diamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan warna. bandingkan warna yang timbul dengan warna standar pada comparator disc (cakram pembanding), maka dapat ditentukan AchE dalam darah.

27 ● Cara Acholest 1. Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest bersamaan dengankontrol serum darah normal. Pada kertas Acholest sudah terdapat Ach dan indikator. 2. Waktu perubahan warna pada kertas tersebut dicatat. Perubahan warna harus sama dengan perubahan warna pembanding (serum normal) yaitu warna kuning telur.

28 Tindakan umum : ● Menjauhkan pasien dari sumber kontaminasi, terutama dari tempat paparan inhalasi. ● Pakaian yang terkontaminasi harus dilepas dan kulit harus dicuci dengan air dan sabun alkali. ● Sekret pada jalan nafas dikeluarkan dengan suction Penatalaksanaan

29 ● Dalam hal keracunan oral yang masuk ke lambung harus diberikan kalium permanganat 1-3% atau natrium bikarbonat 0,5%. Bilas lambung dapat membantu bahkan berjam-jam setelah konsumsi. Dekontaminasi gastrointestinal harus mencakup penggunaan charcoal. ● Rekomendasi dosis inisial atropin adalah 2-5 mg IV pada orang dewasa atau 0,05 mg/kgBB pada anak-anak. Dosis tersebut harus diberikan selama 3-5 menit sampai sekret paru hilang. Alternatif untuk dosis berulang atropin adalah infus kontinu (0,02-0,08 mg/kgBB/jam) setelah bolus awal diberikan

30 Karbon merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur yang terdapat dalam golongan IVA dan merupakan salah unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena terdapat lebih banyak senyawaan yang terbentuk dari unsur karbon. Gas CO dan CO 2 adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon dan bahan-bahan organik yang mengandung karbon. Keracunan Gas

31 Penyebab

32 Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO 2 ) akan menyebabkan hipoksia. Keracunan karbonmonoksida dan karbondioksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen ditingkat seluler. Karbon monoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ yang paling terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah besar, seperti otak dan jantung. Efek toksisitas utamanya adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat daripada oksigen. Patofisiologi

33 Gejala yang biasa muncul adalah kelelahan, sakit kepala, pusing, kesulitan berpikir, mual, dipsneu, kelemahan dan konfusi. Diare, nyeri perut, gangguan penglihatan dan nyeri dada lebih jarang ditemukan. Dari gejala-gejala ini, kita dapat melihat bahwa kesalahan diagnosis kearah influenza sering terjadi, terutama pada saat ada riwayat angggota keluarga yang lain yang memiliki keluhan yang sama. Perlu diketahui kejadian keracunan CO cenderung meningkat saat bulan-bulan musim dingin akibat peningkatan penggunaan pemanas ruangan. Gejala-gejala yang muncul sering tidak sesuai dengan kadar HbCO dalam darah. Penderita trauma inhalasi atau penderita luka bakar harus dicurigai kemungkinan terpapar dan keracunan gas CO. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan takikardi, hipertensi atau hipotensi, hipertermia, takipnea. Pada kulit biasanya didapatkan wama kulit yang merah seperti buah cherry, bisa juga didapatkan lesi di kulit berupa eritema Gejala Klinis

34 Pemeriksaan Laboratorium ● Uji Kualitatif 1. Uji Delusi Alkali 2. Uji Formalin (Eachlolz-Liebman) ● Uji Kuantitatif Pemeriksaan Penunjang

35 Kesimpulan ● Toksikologi Forensik Adalah ilmu yang mempelajari tentang penerapan ilmu toksikologi, yang berguna untuk membantu proses peradilan. Toksikologi forensik tidak hanya untuk mengidentifikasi/ mengetahui jumlah/ kuantitas dari obat, racun atau bahan-bahan dalam tubuh manusia tapi juga dapat menentukan akibat-akibatnya. ● Berdasarkan kecepatan kerjanya, maka racun paling cepat menimbulkan efek pada manusia bila masuknya racun secara inhalasi, kemudian secara berturut-turut intravena, intramuscular, intraperitoneal dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.

36 TERIMAKASIH


Download ppt "TOKSIKOLOGI FORENSIK (KERACUNAN MAKANAN, ORGANOFOSFAT DAN GAS) Disusun oleh : Zulaikha ( ) Pembimbing : dr. Nasrun, S.H, M. Sc."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google