Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Sajak-sajak yang berbisik tentang cinta

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Sajak-sajak yang berbisik tentang cinta"— Transcript presentasi:

1 Sajak-sajak yang berbisik tentang cinta
Melani Budianta. FIB-UI

2 Antologi Sajak Keluarga (Unik)
Antologi sajak, umumnya berisi seleksi karya satu orang, atau beberapa orang berdasarkan topik tertentu, atau pengelompokan berdasarkan genre, angkatan, periode, atau gender. Antologi karya satu anggota keluarga: mengapa jarang? (-dipublikasikan dalam lingkup keluarga, - “one poet in a family – more than enough?” -- keluarga kurang mendukung profesi sebagai penyair, - seandainya ada beberapa seniman, berkembang secara individual (Norca, Yudhis), dan baru secara retrospektif dilihat sebagai keluarga)

3 Antologi Sajak Keluarga (Unik)
Antologi Angin pun berbisik: muncul sebagai kumpulan sajak “Ayah-Ibu-Anak” Keunikan 2 : Keluarga multi-talenta, ayah dengan penglihatan “berbeda”, didukung istri dan anak Keunikan 3 : Pengikatnya Cinta yang saling dibisikkan oleh ketiga anggota keluarga

4 Antologi sajak keluarga (Berharga)
orientasi keluarga di abad materi (konflik keluarga menjadi sensasi yang dijual, romantisme perselingkuhan) Berkarya – keluarga (dua kutub berlawanan)? Perlu dibagikan bagi keluarga lain dan khalayak luas

5 Antologi sajak keluarga (berharga)
Menulis dan mengekspresikan diri melalui karya seni dan sastra : hak semua orang Seni elitis – seni publik Demokratisasi, kebebasan berekspresi Filantropi seni melalui komunitas-komunitas khusus

6 Tinjauan aspek sastra Irwan Dwi Kustanto: bagaimana penyair mengolah imaji? imaji sebagai inti puisi: (lihatan, dengaran, rabaan, cecapan, bauan) Imaji dengaran sangat menonjol, diikuti dengan imaji visualisasi gerakan. Berjuta debur gelombang hati Berbisik kepada angin (Angin pun Berbisik 3) Ketika gerimis mengetuk pintu menjelang fajar Kudengar anginpun berbisik Hampa mendera diantara kita: Sepi, dan… Semakin menggelegar tatkala angin berlalu (Angin pun Berbisik 4)

7 Tinjauan aspek Sastra Sajak I.D.K
Pengolahan imaji yang paling kuat dalam sajak-sajak I.D.K adalah sinestesia (pencampuran citraan satu indera dengan indera lainnya, misalnya dengaran, visualisasi gerak-rabaan) Semenjak tangismu meranum (“Angin pun berbisik 3”) Kudengar dari balik fajarmu, Sepotong doa yang terlukis Pada langit subuh bergemuruh alunan adzan (Jangan lepaskan jemarimu) Mencintaimu dengan mata terpejam Adalah bunga mawar Yang merahnya tercium temaram Saat senja tersandar dipantaian pasir putih (“Mencintaimu”) Luka seorang lelaki adalah embun pagi Yang sunyinya melengking Menguap tertusuk matahari (“Luka Seorang Lelaki")

8 Fungsi sosial karya seni
Fungsi karya sebagai pencatat sejarah komunitas – merekat memori kolektif (momen-momen penting bagi keluarga, bagi Mitra-Netra) Fungsi karya seni sebagai kritik sosial, sebagai “cermin” untuk refleksi komunitas yang lebih besar (bangsa, manusia): “Cermin” : Kemanusiaan abad ke-21 “Langkah Seribu Bintang”: Kemanusiaan terhadap Yang Lain

9 Cermin Seorang pemuda bercermin pada suatu malam
Betapa terperanjat dia, katanya, aku tak percaya, ini mimpi Wajahku, mengapa Desktop, inbox, taskbar, pipiku ? Keybord, mouse, mengapa melepaskan diri dari tahi lalat ? Mencari kursor yang lepas menderita karena mata kirinya buta Aku mencari apa ? Daguku ? Oh, kacamata, kulepas, mungkin Dalam cermin bergemeretak Memanggil-manggil sukmanya yang lepas, tarikan nafas? Tiba-tiba, berkelip lilin Pesta valentine, bercucuran air mata Akukah itu ? Mengapa dahi ini dipenuhi angka-angka liar ? Lembar demi lembar, harapan, kehilangan menjadi gigi Teriaklah dia, Wajahku berubah menjadi pabrik...

10 Oh tidak, mungkin aku lupa mencuci muka
5 menit kemudian, Sepi Cermin memeluknya dalam-dalam Ada sapuan kuas yang dirasakannya menyapa Aku menipumu, bisiknya lirih Pelahan pemuda sedikit berani melepaskan topengnya Ha, ha, ha,… Ya, ternyata aku tampan, tetapi… Tidak, tidak, tidak… Di lepasnya telinga, mata dan hidungnya, bukan ini Telingaku bukan inflasi Mataku bukan deretan suku bunga Dan hidungku mengapa? menjadi grafis statistika ? Pemuda tenggelam, dipejamkannya kedua kekasihnya Kini ia bercermin pada air matanya Dilihatnya kemilau bola matanya, indah Berbinar, sentuhan simphoni 27, ini laguku Partitur-partiturnya sungguh kukenali, hingga lekuk keningku Oh... Ternyata aku sebuah bingkai Dimana cinta bermula dan berwujud

11 Kritik Sosial: Kota yang tidak punya hati untuk yang berpenglihatan berbeda
Gedung-gedung tinggipun membelakangimu tak menoleh Bis-bis kota melaju dihadapanmu tanpa klakson, biarkanlah Lampu-lampu jalanan menari-nari bagai kegilaan Kabel-kabel telpon menjadi rantai yang siap menjerat …. Aku terpuruk ditrotoar Kuningan Bahkan garis setapak jalan tongkatku sudah ditancapkan swalayan Aku berteriak, tapi suaraku tertahan dihidung Kini nafasku sudah dapat diramalkan tarikannya Mengapa kampus-kampus sinis memandangku, Apakah potretku terlalu menjijikkan ? Aku pergi ke bank, tetapi semua dipagar besi, Tongkatku terhalang Sementara orang-orang dipasar berbisik-bisik

12 Nada: Bukan untuk menangisi diri sendiri: ketegaran penyintas
Kutembus tembok kampus, kulangkahi pagar-pagar bank, Kubangun trotoar sendiri Aku bangga ibu, aku bangga jadi anakmu (“Langkah Seribu Bintang)

13 Kekuatan / Potensi Kelemahan Jika terjebak pada sentimentalitas
cinta, duka,dan luka, lirih, perih, rintih imaji klise: cahaya rembulan yang pudar, matahari terang siang, rasa gejolak di dada Sajak esais abstrak (“Kepak) “dialektika pemikiran” “Kesunyian, Kepedihan, ketertindasan” Gagasan dinyatakan secara verbal Mengolah posisi dan perspektifnya yang unik (penglihatan berbeda) secara kreatif, kritis, menjadi karya seni yang indah, berbeda, dan menyentuh. Ketegaran, ketajaman penglihatan dan persepsi Gagasan, emosi, diwujudkan melalui imaji-imaji yang kuat dan tak pernah terbayangkan (melalui sinestesia visualisasi gerakan, dengaran, bauan, rabaan)

14 Sajak Siti Atmamiah Persepsi yang penuh empati
Ibu yang dapat menempatkan diri dalam posisi anak (“Aku hanya anak kecil, Mama”) dan bayi (“Ibu”) Suara anak yang naif, bening, polos, tajam (“Ketika Putri Kecilku Melihat Bulan”; “Putriku”) Ibu yang dapat mengritik kekerasan yang dilakukan seorang Ibu

15 AKU HANYA ANAK KECIL, MAMA Aku hanyalah anak kecil, mama Kaki-kakiku kecil Tanganku, tubuhku juga kecil Terkadang aku nakal dan membuatmu tak bisa menahan marah Memukul, mencubit, berkata keras dan bahkan membentak Aku hanya bisa menangis Aku hanya anak kecil mama Aku bukan penjahat Aku hanya ingin tahu Ingin mencoba Ingin belajar mengerti Tentang isi semesta dengan caraku sendiri Yang baru saja keluar Dari rahimmu Sementara wangi ketuban belum hilang dari raung ditubuhku Aku hanya punya cita-cita dan mimpi, mamapada surga tempat tumpahnya bahagia Membawamu pada surga tempat tumpahnya bahagia

16 Memahami dan menghayati Yang Lain
CINTA YANG BERGENAP  Kau bisikkan Ditelingaku Tentang danau biru Indah anyelir oranye Aku tak percaya Bagiku dunia tak diberi warna Kau lukiskan Bulan yang tersamar Tersaput mega-mega Aku hanya diam Bagiku diatas sana tak ada benda-benda Hingga kau sentuhkan jarimu menembus kulitku  Aku merasa begitu genap Cinta telah menjadi cahaya Apakah kini siang ataukah malam ? Tak kurang bagiku Karena rindumu telah menyempurnakan hidupku

17 Menghayati Yang Lain Matamu yang terpejam Terbuka
Saat fajar mulai tiba Sementara dunia masih Tetap gulita Pekatnya menghambur Menjadi hiasan lamunan (“Sebuah Tanya”)

18 Kemampuan membuat suasana, kegalauan perasaan yang disugestikan (“Di ujung jalan itu aku cemburu”, “Rindu”) RINDU  Kemarin engkau masih ada Menyeduhkan teh panas untukku Asap yang mengepul Menggumpal embun dikeningmu (Kepergian, perpisahan tidak disebutkan, tapi diwujudkan dalam imaji yang menghadirkan ingatan kehadiran secara sangat kongkrit)

19 Beberapa Catatan Ungkapan klise: Dan langit berubah
”Cinta yang ranum, kasih mengalir” Dan langit berubah Menjadi puisi hidupku Untuk kau gubah kembali Dengan biru cintamu (‘Gubah’) Frasa abstrak yang bercorak slogan Mari taburi ladang ini Benih-benih kebajikan Ku harap Kemerdekaan jiwa Bersemi Merimbuni Dadamu yang lapang

20 Kekuatan dan Kelemahan
Ketika ungkapan rindu menjadi imaji yang teraba, terdengar, tercium, dan ketika menjadi abstrak dan klise (“Sebatas Cinta’) Kubiarkan angin berhembus Tanpa sore Dan cicit burung mayar Rindu yang meluap Membayang Kepul aroma secangkir kopi Pahitnya masih terasa (“Sebatas Cinta”) …. Membawa cinta yang tak pernah sisa Karena engkau dan aku telah mengekalkannya (“Sebatas Cinta”)

21 Sajak Zeffa Yurihana Sebagian besar adalah gambaran anak (konstruksi ideal): menunjukkan apresiasi pada alam, menyayangi dan berterimakasih pada orang tua, menghormati guru, suka membaca, penyayang binatang, berempati pada orang kecil, tahu legenda lokal – si kancil Menunjukkan kecerdasan intelektual dan emosional

22 Sajak Zeffa Yurihana Paling menarik, ketika ia keluar dari pakem, menjadi “bukan sekadar anak manis” anak yang sedikit liar berimajinasi, kritis, bermain-main, merengek. Perspektif yang lucu, segar (meminta bintang menghibur bulan, meminta buku ingat pada penciptanya)

23 Ungkapan yang penuh empati tapi kritis, ada sense of humor
Banyak orang bertukar barang Sedikit orang bertukar senyum Seorang anak ingin membeli senyum Tapi tidak ada yang menjual senyum, Sedihnya… (“Pasar”) Berhematlah akan sabarmu dimusim susah Karena sedih selalu dibawa angin Meniupkan pedih pada pematangmu Dan air mata pada pucuk-pucuk padi yang rusak (“Petani”)

24 Membiarkan imajinasi mengalir bebas
“Selimut merah” (mendapat hadiah selimut merah, membayangkan di istana, membayangkan menjadi selimut merah : Subyek yang tidak memiliki objek, tetapi menjadi objek) “Sungai” (Subyek melihat objek, menyatu dengan objek)

25 Melihat Yang Lain, Melihat Diri (Yang di luar dan yang di dalam)
“Seorang Anak” Seorang anak didepanku Memainkan alat musik sederhana Sambil menyanyi riang Lalu kuberikan uang Seorang anak disampingku Mengangkat tangan Tanda meminta Tak ada orang yang memandang Lalu kuberi uang Seorang anak didalam hatiku Menatap tajam Menebar senyum, menanam janji Lalu kuberi kasih, sayang dan cinta

26 Dialog keluarga Ditulis oleh 3 orang, disatukan oleh dialog
Suami kepada istri (sajak angin pun berbisik), ekspresi diri Istri kepada suami (sajak-sajak rindu, membayangkan perasaan si Buta) Ibu membayangkan perspektif anaknya Surat-surat Ayah Anak yang merayakan pemberian ayah dan ibu = merayakan kehidupan

27 Berbisik tentang Cinta: Menghadirkan Yang Liyan
Sayang, Walaupun aku buta, photomu tetap menggema Terlukis pada garis tanganku Mengalun pada ruang-ruang bahuku Dan menjelmakan kehidupan Hingga Surga dan Neraka tak lagi ada, Kecuali Cinta (Photo)


Download ppt "Sajak-sajak yang berbisik tentang cinta"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google