Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Keunikan Ajaran Buddha
2
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Doktrin Praktek
3
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Doktrin Praktek
4
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Doktrin Praktek
5
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Free Enquiry Realistic and Practical Moralitas and Praktek over Faith and Worship Tolerance and Respect
6
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Kebebasan Menyelidiki Realistic and Practical Moralitas and Praktek over Faith and Worship Tolerance and Respect
7
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Kebebasan Menyelidiki Realistis dan Praktis Moralitas and Praktek over Faith and Worship Tolerance and Respect
8
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Kebebasan Menyelidiki Realistis dan Praktis Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Tolerance and Respect
9
Keunikan Ajaran Buddha
Filosofi Kebebasan Menyelidiki Realistis dan Praktis Moralitas and Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Toleransi and Sikap hormat
10
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Blind faith is not only not required, it is discouraged. Instead, questioning and investigating is encouraged, so that we can make our own informed decisions about the path we want to take for ourselves.
11
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Kepercayaan buta bukan hanya tidak dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan. Instead, questioning and investigating is encouraged, so that we can make our own informed decisions about the path we want to take for ourselves.
12
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Kepercayaan buta bukan hanya tidak dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan. Sebaliknya, bertanya dan meneliti dianjurkan, sehingga kita dapat membuat keputusan tentang jalan yang ingin kita lalui untuk diri kita sendiri.
13
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Kepercayaan buta bukan hanya tidak dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan. Sebaliknya, bertanya dan meneliti dianjurkan, sehingga kita dapat membuat keputusan tentang jalan yang ingin kita lalui untuk diri kita sendiri.
14
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Kepercayaan buta bukan hanya tidak dibutuhkan, tetapi tidak dianjurkan. Sebaliknya, bertanya dan meneliti dianjurkan, sehingga kita dapat membuat keputusan tentang jalan yang ingin kita lalui untuk diri kita sendiri.
15
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang benar. He did not say “do not believe the others, believe me”. Instead, the Buddha taught us proper way to discover the truth.
16
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang benar. Beliau tidak berkata “Jangan mempercayai yang lainnya, percayalah pada saya”. He did not say “do not believe the others, believe me”. Instead, the Buddha taught us proper way to discover the truth.
17
Filosofi 1. Kebebasan Menyelidiki
Dalam Kalama Sutta, Buddha berkata bahwa bersikap meragui dan bertanya adalah hal yang benar. Beliau tidak berkata “Jangan mempercayai yang lainnya, percayalah pada saya”. Sebaliknya, Buddha mengajari kita cara yang baik dalam menemukan kebenaran. He did not say “do not believe the others, believe me”. Instead, the Buddha taught us proper way to discover the truth.
18
Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut :
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut :
19
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan
20
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi
21
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor
22
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci
23
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis
24
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis Alasan yang bersifat filosofis
25
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis Alasan yang bersifat filosofis Penampilan luar
26
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis Alasan yang bersifat filosofis Penampilan luar Opini pribadi
27
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis Alasan yang bersifat filosofis Penampilan luar Opini pribadi Kekuasaan atau Ahli
28
Kalama Sutta Jangan bersandar pada hal-hal berikut tanpa pengujian lebih lanjut : Ajaran lisan atau wahyu Ketuhanan Tradisi Laporan atau rumor Kitab suci atau buku-buku suci Alasan yang bersifat logis Alasan yang bersifat filosofis Penampilan luar Opini pribadi Kekuasaan atau Ahli Guru sendiri
29
Kriteria penerimaan atau penolakan
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
30
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri.
31
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri. Apakah hal itu dapat diterima akal?
32
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri. Apakah hal itu dapat diterima akal? Akankah hal itu membawa pada kerugian atau kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya?
33
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri. Apakah hal itu dapat diterima akal? Akankah hal itu membawa pada kerugian atau kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya? Akankah hal itu membawa pada penderitaan atau kebahagiaan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya?
34
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan
Amati, selidiki dan cobalah untuk diri anda sendiri. Apakah hal itu dapat diterima akal? Akankah hal itu membawa pada kerugian atau kebaikan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya? Akankah hal itu membawa pada penderitaan atau kebahagiaan untuk diri anda sendiri dan yang lainnya? Akankah orang bijak memuji atau mencelanya?
35
Apabila ya, terimalah dan jadikan teladan hidup.
Kalama Sutta Kriteria penerimaan atau penolakan Apabila ya, terimalah dan jadikan teladan hidup.
36
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
Most other Doktrin and religions place faith and worship above all else. However, while Buddhism recognizes that faith and worship can be helpful in some circumstances, what is far more important is Moralitas and Praktek.
37
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
Kebanyakan ajaran dan agama dunia meletakkan kepercayaan dan penyembahan diatas segalanya.
38
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
Kebanyakan ajaran dan agama dunia meletakkan kepercayaan dan penyembahan diatas segalanya. Betapapun, sementara ajaran Buddha mengenali bahwa kepercayaan dan penyembahan dapat membantu dalam keadaan tertentu, apa yang lebih penting adalah moralitas dan praktek.
39
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Kepercayaan Wisdom faith Receptive, enquiring
40
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Kepercayaan Kepercayaan buta Dogmatis, tanpa dapat dipertanyakan Wisdom faith Receptive, enquiring
41
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Kepercayaan Kepercayaan buta Dogmatis, tanpa dapat dipertanyakan Kepercayaan yang bijak Bersedia menerima, bebas menyelidiki
42
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Moralitas Externalized Responsibility is outside Internalized Responsibility is within
43
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Moralitas Urusan luar Tanggung jawab ada di luar Internalized Responsibility is within
44
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Moralitas Urusan luar Tanggung jawab ada di luar Urusan dalam Tanggung jawab ada di dalam
45
Filosofi Ajaran Buddha mendorong :
2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Ajaran Buddha mendorong : Internalized Moralitas Wisdom faith
46
Filosofi Ajaran Buddha mendorong : Moralitas dalam + Wisdom faith
2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Ajaran Buddha mendorong : Moralitas dalam Wisdom faith
47
Filosofi Ajaran Buddha mendorong :
2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan Ajaran Buddha mendorong : Moralitas dalam Kepercayaan yang bijak
48
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor ini? He who sees the Dhamma, sees me; he who sees me, sees the Dhamma. Truly seeing the Dhamma, one sees me; seeing me, one sees the Dhamma.“ Vakkali Sutta Sn 22.87
49
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor ini? Dia yang melihat Dhamma, melihat saya; dia yang melihat saya, melihat Dhamma. Truly seeing the Dhamma, one sees me; seeing me, one sees the Dhamma.“ Vakkali Sutta Sn 22.87
50
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
“Apa yang perlu dilihati dari tubuh yang kotor ini? Dia yang melihat Dhamma, melihat saya; dia yang melihat saya, melihat Dhamma. Sungguh, dengan melihat Dhamma, dia melihat saya; dengan melihat saya, dia melihat Dhamma.” Vakkali Sutta Sn 22.87
51
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
"Bukan dengan kelahiran seseorang menjadi orang buangan; bukan dengan kelahiran seseorang menjadi brahmana. By deed one becomes and outcast, by deed one becomes a brahman.” Vasala Sutta: Snp 1.7
52
Filosofi 2. Moralitas dan Praktek diatas Kepercayaan dan Penyembahan
"Bukan dengan kelahiran seseorang menjadi orang buangan; bukan dengan kelahiran seseorang menjadi brahmana. Dengan perbuatan seseorang menjadi orang buangan, dengan perbuatan seseorang menjadi brahmana.” Vasala Sutta: Snp 1.7
53
Filosofi 3. Realistis dan Praktis The Buddha is like a doctor :
Discovering the illness Diagnosing the illness Seeing that there is a cure Prescribing the correct medicine for our health and well-being
54
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Buddha bagaikan seorang dokter :
Discovering the illness Diagnosing the illness Seeing that there is a cure Prescribing the correct medicine for our health and well-being
55
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Buddha bagaikan seorang dokter :
Menemukan penyakit Diagnosing the illness Seeing that there is a cure Prescribing the correct medicine for our health and well-being
56
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Buddha bagaikan seorang dokter :
Menemukan penyakit Mendiagnosa penyakit Seeing that there is a cure Prescribing the correct medicine for our health and well-being
57
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Buddha bagaikan seorang dokter :
Menemukan penyakit Mendiagnosa penyakit Mendapatkan cara pengobatan Prescribing the correct medicine for our health and well-being
58
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Buddha bagaikan seorang dokter :
Menemukan penyakit Mendiagnosa penyakit Mendapatkan cara pengobatan Menentukan obat yang benar bagi kesehatan dan kesejahteraan kita. Prescribing the correct medicine for our health and well-being
59
3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
60
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
Semua makhluk adalah sasaran dari dukkha
61
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
Semua makhluk adalah sasaran dari dukkha Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu keinginan
62
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
Semua makhluk adalah sasaran dari dukkha Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu keinginan Dukkha dapat diakhiri
63
Filosofi 3. Realistis dan Praktis Empat Kebenaran Mulia :
Semua makhluk adalah sasaran dari dukkha Dukkha timbul dari hasrat dan nafsu keinginan Dukkha dapat diakhiri Jalan Ariya Berunsur Delapan adalah jalan menuju kedamaian dan kebahagiaan abadi kita.
64
Filosofi 3. Realistis dan Praktis
Sejalan dengan Pengetahuan Modren : Diantara semua agama besar dunia, Ajaran Buddha tidak memiliki konflik besar atau yang berarti dengan penemuan pengetahuan modren. It does not have any creation myths, nor does it attempt to attribute any natural phenomenon to supernatural causes.
65
Filosofi 3. Realistis dan Praktis
Sejalan dengan Pengetahuan Modren : Diantara semua agama besar dunia, Ajaran Buddha tidak memiliki konflik besar atau yang berarti dengan penemuan pengetahuan modren. Ia tidak mengenali mitos penciptaan, atau berusaha menghubungkan fenomena alam manapun dengan sebab supranatural.
66
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
The Buddha never used any threats, or tried to force anyone to accept His Doktrin. He believed in freedom of thought. He recognized that not everyone will accept His Doktrin, and that people progress differently and will choose different paths for themselves.
67
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha tidak pernah menggunakan ancaman apapun, atau berusaha memaksa siapapun untuk menerima ajaran-Nya. Beliau percaya pada kebebasan berpikir. He recognized that not everyone will accept His Doktrin, and that people progress differently and will choose different paths for themselves.
68
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha tidak pernah menggunakan ancaman apapun, atau berusaha memaksa siapapun untuk menerima ajaran-Nya. Beliau percaya pada kebebasan berpikir. Beliau mengenali bahwa tidak semua orang dapat menerima ajaran-Nya, dan bahwa setiap orang mengalami kemajuan yang berbeda dan akan memilih jalan yang berbeda pula.
69
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Beliau memilih untuk menjelaskan ajaran- Nya dengan cara yang logis dan masuk akal, dan menginginkan orang-orang untuk memahami dan menyadari ajaran tersebut untuk diri mereka sendiri tanpa takut akan hukuman apapun dari-Nya. Buddhism is not about threats or rewards, but about knowledge and understanding.
70
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Beliau memilih untuk menjelaskan ajaran- Nya dengan cara yang logis dan masuk akal, dan menginginkan orang-orang untuk memahami dan menyadari ajaran tersebut untuk diri mereka sendiri tanpa takut akan hukuman apapun dari-Nya. Ajaran Buddha bukanlah tentang ancaman atau imbalan, tetapi tentang pengetahuan dan pemahaman.
71
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Upali adalah salah seorang pengikut utama dari guru Jain, Mahavira. Karena kecerdasannya, Upali sering muncul di perdebatan umum mewakili kaum Jain. Upali once had a debate with the Buddha and he was so impressed with His Doktrin that he asked to be the Enlightened One's follower.
72
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Upali adalah salah seorang pengikut utama dari guru Jain, Mahavira. Karena kecerdasannya, Upali sering muncul di perdebatan umum mewakili kaum Jain. Upali pernah berdebat dengan Buddha dan dia begitu terkesan dengan ajaran- Nya sehingga dia meminta untuk menjadi pengikut dari Yang Terberkahi.
73
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha berkata, “Kamu sedang diatas emosi kamu. Pulang dan pertimbangkan kembali dengan teliti sebelum kamu membuat permintaan lagi". Upali was extremely impressed, "If it was any other guru, he will parade a banner saying, 'Mahavira's chief lay-disciple has become my follower'.
74
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha berkata, “Kamu sedang diatas emosi kamu. Pulang dan pertimbangkan kembali dengan teliti sebelum kamu membuat permintaan lagi". Upali sangat terkesan, "Apabila guru lain, dia akan berpawai bendera dan berkata, 'Pengikut awam utama Mahavira telah menjadi pengikutku'.
75
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha setuju menerima dia dengan satu syarat, "Upali, sebagai seorang Jain, kamu senantiasa bersedekah pada praktisi Jain. When you become my follower, you will CONTINUE to give alms to Jain monks.” Upali agreed and became one of the Buddha's disciples.
76
Filosofi 4. Tolerance and Respect
Buddha setuju menerima dia dengan satu syarat, "Upali, sebagai seorang Jain, kamu senantiasa bersedekah pada praktisi Jain. Ketika kamu menjadi pengikutku, kamu akan TERUS bersedekah pada praktisi Jain.” Upali agreed and became one of the Buddha's disciples.
77
Filosofi 4. Toleransi dan Sikap hormat
Buddha setuju menerima dia dengan satu syarat, "Upali, sebagai seorang Jain, kamu senantiasa bersedekah pada praktisi Jain. Ketika kamu menjadi pengikutku, kamu akan TERUS bersedekah pada praktisi Jain.” Upali setuju dan menjadi salah satu pengikut dari Buddha.
78
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin Ultimate and Universal Truths Rationality and Free Will Self Salvation and Self Realization Compassion and Equality
79
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin Kebenaran Pokok dan Universal Rationality and Free Will Self Salvation and Self Realization Compassion and Equality
80
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin Kebenaran Pokok dan Universal Rasionalitas dan Kemauan bebas Self Salvation and Self Realization Compassion and Equality
81
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin Kebenaran Pokok dan Universal Rasionalitas dan Kemauan bebas Keselamatan dan Penyadaran dengan usaha sendiri Compassion and Equality
82
Keunikan Ajaran Buddha
Doktrin Kebenaran Pokok dan Universal Rasionalitas dan Kemauan bebas Keselamatan dan Penyadaran dengan usaha sendiri Belas kasih dan Kesetaraan
83
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
No other teacher in the world has ever perceived and taught the Three Characteristics of Existence which are the ultimate and universal truths : Anicca / Impermanence Dukkha / Unsatisfactoriness Anatta / Insubstantiality
84
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui dan mengajari Tiga Karakteristik Kehidupan yang merupakan kebenaran pokok dan universal : Anicca / Impermanence Dukkha / Unsatisfactoriness Anatta / Insubstantiality
85
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui dan mengajari Tiga Karakteristik Kehidupan yang merupakan kebenaran pokok dan universal : Anicca / Ketidak-kekalan Dukkha / Unsatisfactoriness Anatta / Insubstantiality
86
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui dan mengajari Tiga Karakteristik Kehidupan yang merupakan kebenaran pokok dan universal : Anicca / Ketidak-kekalan Dukkha / Ketidak-puasan Anatta / Insubstantiality
87
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tiada guru lain di dunia yang mengetahui dan mengajari Tiga Karakteristik Kehidupan yang merupakan kebenaran pokok dan universal : Anicca / Ketidak-kekalan Dukkha / Ketidak-puasan Anatta / Tanpa Inti
88
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan All things are impermanent, and everything is in the process of changing into something else. For example, we are all in the process of aging. Even the stars and galaxies are in the process of change.
89
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan Segala sesuatu tidak kekal, dan segala sesuatu dalam proses perubahan menjadi sesuatu yang lainnya. example, we are all in the process of aging. Even the stars and galaxies are in the process of change.
90
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anicca – Ketidak-kekalan Segala sesuatu tidak kekal, dan segala sesuatu dalam proses perubahan menjadi sesuatu yang lainnya. Sebagai contohnya, kita semua dalam proses penuaan. Bahkan bintang dan galaxi juga dalam proses perubahan.
91
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan Because all things are impermanent, existence is subject to dukkha. There will always be the craving for the pleasant, and the aversion to the unpleasant, resulting from the ever- changing nature of existence.
92
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan Karena segala sesuatu tidak kekal, kehidupan adalah sasaran dari dukkha. There will always be the craving for the pleasant, and the aversion to the unpleasant, resulting from the ever- changing nature of existence.
93
Tiga Karakteristik Kehidupan
Dukkha – Ketidak-puasan / Penderitaan Karena segala sesuatu tidak kekal, kehidupan adalah sasaran dari dukkha. Selalu saja ada hasrat dengan hal yang menyenangkan, dan keengganan dengan hal yang tidak menyenangkan, yang berasal dari sifat alami kehidupan yang senantiasa berubah.
94
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri There is no permanent or unchanging self. The 'self' which we are conditioned to believe exists, is comprised of nothing more than different mental and physical constituents, which are in a state of constant change because of Cause and Effect.
95
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri Tidak ada diri yang kekal atau diri yang tidak berubah. The 'self' which we are conditioned to believe exists, is comprised of nothing more than different mental and physical constituents, which are in a state of constant change because of Cause and Effect.
96
Tiga Karakteristik Kehidupan
Anatta – Tanpa Inti / Tanpa Diri Tidak ada diri yang kekal atau diri yang tidak berubah. 'Diri' yang keberadaannya kita percayai, tak lain hanya terdiri dari berbagai unsur mental dan jasmani, yang dalam keadaan yang terus berubah oleh proses Sebab dan Akibat.
97
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Body Vinnana / Consciousness Vedana / Feelings Sanna / Perception Sankhara / Mental States
98
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Materi Vinnana / Consciousness Vedana / Feelings Sanna / Perception Sankhara / Mental States
99
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Materi Vinnana / Kesadaran Vedana / Feelings Sanna / Perception Sankhara / Mental States
100
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Materi Vinnana / Kesadaran Vedana / Perasaan Sanna / Perception Sankhara / Mental States
101
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Materi Vinnana / Kesadaran Vedana / Perasaan Sanna / Persepsi Sankhara / Mental States
102
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Buddha juga merupakan satu-satunya guru di dunia yang menyadari bahwa kita terdiri tidak lebih dari Lima Kelompok Kehidupan : Rupa / Materi Vinnana / Kesadaran Vedana / Perasaan Sanna / Persepsi Sankhara / Bentukan mental
103
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tanpa mempraktekkan ajaran dari Buddha, kita akan senantiasa dihalangi oleh kebodohan dan khayalan. By practicing the Doktrin, we will gradually be able to see the ultimate and universal truths of our existence and thereby attain true and lasting peace and happiness.
104
Doktrin 1. Kebenaran Pokok dan Universal
Tanpa mempraktekkan ajaran dari Buddha, kita akan senantiasa dihalangi oleh kebodohan dan khayalan. Dengan mempraktekkan ajaran tersebut, kita secara perlahan-lahan akan mampu melihat kebenaran pokok dan universal dari kehidupan kita dan dengan demikian mencapai kedamaian dan kebahagiaan yang sejati dan abadi.
105
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma literally means 'intentional action', and this refers to the Buddhist belief in the Principle of Cause and Effect. That is, every intentional act will give rise to a corresponding result, in either the present life or in a future one, when conditions are right. The results of kamma are not rewards or punishments, but simply the results or outcome of intentional acts. Positive actions will eventually result in positive consequences, and negative actions will eventually result in negative consequences.
106
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma secara harfiah berarti ‘tindakan yang dikehendaki’, dan ini merujuk pada kepercayaan umat Buddha tentang Prinsip dasar Sebab dan Akibat. Yakni, setiap tindakan yang dikehendaki dapat memberikan akibat yang sesuai, baik di kehidupan sekarang ataupun di kehidupan yang akan datang, ketika kondisi- kondisinya tepat. The results of kamma are not rewards or punishments, but simply the results or outcome of intentional acts. Positive actions will eventually result in positive consequences, and negative actions will eventually result in negative consequences.
107
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Kamma secara harfiah berarti ‘tindakan yang dikehendaki’, dan ini merujuk pada kepercayaan umat Buddha tentang Prinsip dasar Sebab dan Akibat. Yakni, setiap tindakan yang dikehendaki dapat memberikan akibat yang sesuai, baik di kehidupan sekarang ataupun di kehidupan yang akan datang, ketika kondisi- kondisinya tepat. Hasil dari kamma bukanlah imbalan atau hukuman, tetapi hanyalah hasil atau akibat dari tindakan yang dikehendaki. Tindakan yang positif akan menghasilkan akibat yang positif, dan tindakan yang negatif akan menghasilkan akibat yang negatif.
108
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan mengapa tidak semua orang terlahir sama. Questions are always asked about why is one person so healthy, and another with many physical afflictions. Why is one person born wealthy, and another born into poverty. Why one person can enjoy a long and happy life, and another dying by violence or accident. Buddhists do not believe that all these inequalities are because of random events, luck, fate or the will of a god. Kamma and rebirth are able to explain these differences in people's lives.
109
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan mengapa tidak semua orang terlahir sama. Berbagai pertanyaan selalu dikemukakan tentang mengapa orang yang satu ini sangat sehat dan yang lainnya terlahir dengan berbagai penyakit jasmani. Mengapa orang yang satu ini terlahir di keluarga kaya, dan yang lainnya terlahir dalam kemiskinan papah. Mengapa orang yang satu ini mampu menikmati hidup bahagia dan berumur panjang, dan yang lainnya pendek umur oleh kekerasan atau musibah. Buddhists do not believe that all these inequalities are because of random events, luck, fate or the will of a god. Kamma and rebirth are able to explain these differences in people's lives.
110
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Orang-orang selalu keheranan tentang keadilan dalam hidup, dan mengapa tidak semua orang terlahir sama. Berbagai pertanyaan selalu dikemukakan tentang mengapa orang yang satu ini sangat sehat dan yang lainnya terlahir dengan berbagai penyakit jasmani. Mengapa orang yang satu ini terlahir di keluarga kaya, dan yang lainnya terlahir dalam kemiskinan papah. Mengapa orang yang satu ini mampu menikmati hidup bahagia dan berumur panjang, dan yang lainnya pendek umur oleh kekerasan atau musibah. Umat Buddha tidak percaya bahwa semua perbedaan ini disebabkan oleh sembarang kejadian, keberuntungan, nasib atau takdir Tuhan. Kamma dan kelahiran ulang mampu menjelaskan perbedaan-perbedaan ini dalam kehidupan manusia.
111
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan segala kejahatan adalah ciptaan pikiran. If one speaks or acts with a corrupt mind; Suffering follows as the wheel follows the hoof of the ox. Dhammapada Verse 1
112
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala kejahatan. Pikiran adalah pemimpin dan segala kejahatan adalah ciptaan pikiran. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat; Penderitaan mengikuti bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. Dhammapada Syair 1
113
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala kebaikan. Pikiran adalah pemimpin dan segala kebaikan adalah ciptaan pikiran. If one speaks or acts with a pure mind; Happiness follows as one’s own shadow that never leaves. Dhammapada Verse 2
114
Doktrin 2. Kamma dan Kemauan Bebas
Pikiran adalah pelopor dari segala kebaikan. Pikiran adalah pemimpin dan segala kebaikan adalah ciptaan pikiran. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran baik; Kebahagiaan mengikuti bagaikan bayang- bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya. Dhammapada Syair 2
115
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
The Buddha declared that he was self- enlightened without any external help : All-abandoning, released in the ending of craving: having fully known on my own, to whom should I point as my teacher? I have no teacher, and one like me can’t be found.
116
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar manapun : All-abandoning, released in the ending of craving: having fully known on my own, to whom should I point as my teacher? I have no teacher, and one like me can’t be found.
117
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar manapun : Semua noda, dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat : having fully known on my own, to whom should I point as my teacher? I have no teacher, and one like me can’t be found.
118
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar manapun : Semua noda, dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat : setelah diriku telah sepenuhnya memahami, Siapakah yang seharusnya saya tunjuk sebagai guru? I have no teacher, and one like me can’t be found.
119
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Buddha menyatakan bahwa pencerahannya adalah dengan usaha sendiri tanpa bantuan luar manapun : Semua noda, dilepaskan pada saat berakhirnya hasrat : setelah diriku telah sepenuhnya memahami, Siapakah yang seharusnya saya tunjuk sebagai guru? Saya tidak memiliki guru, dan seseorang seperti diriku tidak dapat ditemui.
120
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan dan oleh diri sendiri seseorang ternodai; By oneself is evil not done and by oneself is one purified. Purity and impurity depend entirely on oneself; no one can purify another. Dhammapada Verse 165
121
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan dan oleh diri sendiri seseorang ternodai; Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan dan oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Purity and impurity depend entirely on oneself; no one can purify another. Dhammapada Verse 165
122
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan dan oleh diri sendiri seseorang ternodai; Oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan dan oleh diri sendiri seseorang menjadi suci. Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri; tiada seorang pun yang dapat menyucikan orang lain. Dhammapada Syair 165
123
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Jadilah pulau bagi diri anda sendiri, Jadilah pelindung bagi diri anda sendiri, Tanpa pelindung yang lain; With the Dhamma as your island, the Dhamma as your refuge, seeking no other refuge." Maha Parinibbana Sutta
124
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Jadilah pulau bagi diri anda sendiri, Jadilah pelindung bagi diri anda sendiri, Tanpa pelindung yang lain; Dengan Dhamma sebagai pulau anda, Dengan Dhamma sebagai pelindung anda, tanpa pelindung yang lain." Maha Parinibbana Sutta
125
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah : "All composite things pass away. Strive for your own salvation with diligence."
126
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah : "Segala sesuatu yang berkondisi akan lenyap. Strive for your own salvation with diligence."
127
Doktrin 3. Penyadaran dan Keselamatan dengan usaha sendiri
Kata-kata terakhir Buddha adalah : "Segala sesuatu yang berkondisi akan lenyap. Berjuanglah untuk keselamatan anda dengan tekun."
128
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
The desire for all beings without exception, to be well and happy. Similar to the love that a mother has for her only child. “So with a boundless heart Should one cherish all living beings, Radiating kindness over the entire world.” Karaniya Metta Sutta
129
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan bahagia. Similar to the love that a mother has for her only child. “So with a boundless heart Should one cherish all living beings, Radiating kindness over the entire world.” Karaniya Metta Sutta
130
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan bahagia. Serupa dengan kasih yang dimiliki oleh seorang ibu terhadap anak satu-satunya. “So with a boundless heart Should one cherish all living beings, Radiating kindness over the entire world.” Karaniya Metta Sutta
131
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
Keinginan yang ditujukan pada semua makhluk tanpa pengecualian, semoga sejahtera dan bahagia. Serupa dengan kasih yang dimiliki oleh seorang ibu terhadap anak satu-satunya. “Jadi dengan hati tanpa batas Begitulah seharusnya seseorang menghargai semua makhluk hidup, Menyebarkan kebaikan keseluruh dunia.” Karaniya Metta Sutta
132
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini : Letakkan diri anda pada posisi orang lain. Imagine and experience both their comforts and discomforts, their joys and their sorrows. Feel for yourself their likes and dislikes. Live truly in the midst of others all the time." Veludvareyya Sutta
133
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini : Letakkan diri anda pada posisi orang lain. Bayangkan dan alami kesenangan dan kegelisahan mereka, kegembiraan dan kesedihan mereka. Feel for yourself their likes and dislikes. Live truly in the midst of others all the time." Veludvareyya Sutta
134
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Belas kasih tanpa syarat :
"Sekarang saya mengajari kamu doktrin ini : Letakkan diri anda pada posisi orang lain. Bayangkan dan alami kesenangan dan kegelisahan mereka, kegembiraan dan kesedihan mereka. Rasakan untuk diri anda sendiri, yang mereka sukai atau yang tidak. Senantiasa hidup ditengah-tengah orang lain." Veludvareyya Sutta
135
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Kesetaraan Sosial :
Dalam ajaran Buddha, semua kelompok sosial yang berbeda dalam lingkungan memiliki tanggung-jawab timbal balik terhadap satu sama lain. Berbeda dengan sistem kasta, tiada suatu kelompok pun yang memiliki dominasi atas kelompok yang lainnya. For example, children and parents, students and teachers, husbands and wives, friends and associates, employees and employers, lay persons and spiritual teachers.
136
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Kesetaraan Sosial :
Dalam ajaran Buddha, semua kelompok sosial yang berbeda dalam lingkungan memiliki tanggung-jawab timbal balik terhadap satu sama lain. Berbeda dengan sistem kasta, tiada suatu kelompok pun yang memiliki dominasi atas kelompok yang lainnya. Sebagai contohnya, anak dan orang tua, murid dan guru, suami dan istri, teman dan kolega, pekerja dan majikan, umat awam dan guru spiritual.
137
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Kesetaraan Jenis kelamin :
Berbeda dengan kebanyakan ajaran yang lainnya, Buddha mengajarkan kesetaraan antara jenis kelamin. Sebagai contohnya, Beliau mengizinkan wanita bergabung dalam Sangha berhubung wanita juga mampu mencapai pencerahan. His foster-mother, Maha Pajapati was the first in the Order of Nuns; and his wife Yasodhara also became a Bhikkhuni. Both became Arahants.
138
Doktrin 4. Belas kasih dan Kesetaraan Kesetaraan Jenis kelamin :
Berbeda dengan kebanyakan ajaran yang lainnya, Buddha mengajarkan kesetaraan antara jenis kelamin. Sebagai contohnya, Beliau mengizinkan wanita bergabung dalam Sangha berhubung wanita juga mampu mencapai pencerahan. Ibu angkatnya, Maha Pajapati adalah yang pertama dalam orde Bhikkhuni; dan istrinya Yasodhara juga menjadi seorang Bhikkhuni. Keduanya menjadi Arahat.
139
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek Differentiated and Gradual Systematic and Consistent Verifiable Immediate Results
140
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Systematic and Consistent Verifiable Immediate Results
141
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Sistematis dan Konsisten Verifiable Immediate Results
142
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Sistematis dan Konsisten Dapat dibuktikan Immediate Results
143
Keunikan Ajaran Buddha
Praktek Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Sistematis dan Konsisten Dapat dibuktikan Hasil yang segera
144
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
The Buddha adapted the manner and style of his Doktrin using simpler concepts for the ordinary folk, and more complex ideas for educated and intellectual audiences. He realized that we all travel at different paces, are at different stages of progress, at different parts of our lives.
145
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Buddha mengadoptasikan cara dan gaya dari ajarannya dengan menggunakan konsep yang lebih sederhana untuk orang biasa, dan ide yang lebih kompleks untuk pendengar yang lebih berpendidikan dan pintar. He realized that we all travel at different paces, are at different stages of progress, at different parts of our lives.
146
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Buddha mengadoptasikan cara dan gaya dari ajarannya dengan menggunakan konsep yang lebih sederhana untuk orang biasa, dan ide yang lebih kompleks untuk pendengar yang lebih berpendidikan dan pintar. Beliau menyadari bahwa kita berjalan pada langkah yang berbeda, pada tahapan kemajuan yang berbeda, pada bagian kehidupan yang berbeda pula.
147
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
TIADA filosofi ‘satu-ukuran cocok untuk semuanya’ dalam ajaran Buddha. “It is possible, Brahmin, to describe gradual training, gradual Praktek, and gradual progress in this Dhamma and Discipline.” Ganakamoggalaha Sutta
148
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
TIADA filosofi ‘satu-ukuran cocok untuk semuanya’ dalam ajaran Buddha. “Itu memungkinkan, Brahmin, untuk menjelaskan tentang pelatihan yang bertahap, praktek yang bertahap, dan kemajuan yang bertahap dalam Dhamma dan Disiplin ini.” Ganakamoggalaha Sutta
149
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya, Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam surga. Then he spoke of the dangers of sensual pleasures and the benefits of renunciation. When Yasa was ready, only then did the Buddha teach him the Four Noble Truths.
150
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya, Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam surga. Beliau kemudian berbicara tentang bahaya dari kesenangan sensual dan manfaat dari pelepasan duniawi. When Yasa was ready, only then did the Buddha teach him the Four Noble Truths.
151
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Ketika mengajari Yasa dan teman-temannya, Buddha berbicara dahulu tentang kemurahan hati, moralitas, dan kelahiran ulang di alam surga. Beliau kemudian berbicara tentang bahaya dari kesenangan sensual dan manfaat dari pelepasan duniawi. Hanya ketika Yasa telah siap, Buddha mengajarinya tentang Empat Kebenaran Mulia.
152
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, keeping the Precepts Sagga : the reward of a heavenly rebirth Dana : Kemurahan hati, helping others Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
153
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : the reward of a heavenly rebirth Dana : Kemurahan hati, helping others Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
154
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Dana : Kemurahan hati, helping others Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
155
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
156
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Sila : Moralitas, keeping the Precepts Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
157
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Bhavana : meditation, mental cultivation - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
158
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Bhavana : Meditasi, pengembangan mental - To see and realize the Four Noble Truths in order for us to attain our own salvation.
159
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan
Dana : Kemurahan hati, membantu yang lainnya Sila : Moralitas, menjaga Sila Sagga : Imbalan kelahiran ulang di alam surga Bhavana : Meditasi, pengembangan mental - Untuk melihat dan menyadari Empat Kebenaran Mulia agar kita dapat meraih keselamatan kita sendiri.
160
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Buddha :
Do not disregard merit saying it will not come to me. By each drop of water is a water-jar filled. Similarly the wise man gathering little by little, fills himself with good. Dhammapada Verse 122
161
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata bahwa itu tidak memberikan pahala. By each drop of water is a water-jar filled. Similarly the wise man gathering little by little, fills himself with good. Dhammapada Verse 122
162
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata bahwa itu tidak memberikan pahala. Setetes demi setetes tempayan air dipenuhi. Similarly the wise man gathering little by little, fills himself with good. Dhammapada Verse 122
163
Praktek 1. Dapat dibedakan dan Bersifat tahapan Buddha :
Jangan meremehkan kebajikan dengan berkata bahwa itu tidak memberikan pahala. Setetes demi setetes tempayan air dipenuhi. Demikian pula orang bijak sedikit demi sedikit, memenuhi dirinya dengan kebajikan. Dhammapada Syair 122
164
Praktek 2. Sistematis dan Konsisten
The Praktek of Buddhism is a very systematic method of personal development as can be seen in the teaching of the Noble Eightfold Path, and also the training rules of the Five Precepts. It is also highly internally consistent with few, if any, contradictions based on the Doktrin of early Buddhism as taught by the Buddha Himself.
165
Praktek 2. Sistematis dan Konsisten
Praktek dari ajaran Buddha adalah cara pengembangan diri yang sangat sistematis seperti yang dapat dilihat dalam ajaran tentang Jalan Ariya Berunsur Delapan, dan juga peraturan pelatihan dari Lima Sila. It is also highly internally consistent with few, if any, contradictions based on the Doktrin of early Buddhism as taught by the Buddha Himself.
166
Praktek 2. Sistematis dan Konsisten
Praktek dari ajaran Buddha adalah cara pengembangan diri yang sangat sistematis seperti yang dapat dilihat dalam ajaran tentang Jalan Ariya Berunsur Delapan, dan juga peraturan pelatihan dari Lima Sila. Secara internal juga sangat konsisten, jika ada, beberapa kontradiksi berdasarkan pada ajaran awal yang bersumber dari Buddha sendiri.
167
Lima Sila 1. Menghindari penganiayaan dan pembunuhan makhluk hidup
2. Abstain from taking what is not given 3. Abstain from sexual misconduct 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs
168
Lima Sila 1. Menghindari penganiayaan dan pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan 3. Abstain from sexual misconduct 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs
169
Lima Sila 1. Menghindari penganiayaan dan pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan 3. Menghindari perbuatan asusila 4. Abstain from lying and false speech 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs
170
Lima Sila 1. Menghindari penganiayaan dan pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan 3. Menghindari perbuatan asusila 4. Menghindari perkataan bohong dan yang tidak benar 5. Abstain from abuse of intoxicants and drugs
171
Lima Sila 1. Menghindari penganiayaan dan pembunuhan makhluk hidup
2. Menghindari pengambilan sesuatu yang tidak diberikan 3. Menghindari perbuatan asusila 4. Menghindari perkataan bohong dan yang tidak benar 5. Menghindari konsumsi minuman keras dan obat bius
172
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
173
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
174
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
175
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
176
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
177
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
178
Tiga Tahap Pelatihan dari Jalan Ariya Berunsur Delapan
Ucapan Benar Moralitas - Sila Perbuatan Benar Penghidupan Benar Usaha Benar Perhatian Benar Konsentrasi Benar Pemahaman Benar Pikiran Benar
179
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Perkembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Perkembangan batin Moralitas
180
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Perkembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
181
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Perkembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
182
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Perkembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
183
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
184
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
185
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
186
NIBBANA!! Pemasuk Arus Moralitas Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman
Pengembangan batin Moralitas Kebijaksanaan & Pemahaman Pengembangan batin Moralitas
187
Praktek 3. Dapat dibuktikan
The Doktrin of Buddhism are verifiable not through hearsay from third parties or from academic knowledge. The Doktrin are directly verifiable and can be directly experienced with our own efforts through the Praktek of Perkembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
188
Praktek 3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui desas-desus dari pihak ketiga atau dari pengetahuan akademis. The Doktrin are directly verifiable and can be directly experienced with our own efforts through the Praktek of Perkembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
189
Praktek 3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui desas-desus dari pihak ketiga atau dari pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari Pengembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
190
Praktek 3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui desas-desus dari pihak ketiga atau dari pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari Pengembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
191
Praktek 3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui desas-desus dari pihak ketiga atau dari pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari Pengembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
192
Praktek 3. Dapat dibuktikan
Ajaran Buddha dapat dibuktikan bukan melalui desas-desus dari pihak ketiga atau dari pengetahuan akademis. Ajaran tersebut dapat langsung dibuktikan dan dapat langsung dialami dengan usaha kita sendiri melalui praktek dari Pengembangan batin : Usaha Benar Perenungan Benar Konsentrasi Benar
193
Praktek 3. Dapat dibuktikan Usaha Benar
To apply mental discipline to prevent unwholesome thoughts from arising. To dispel unwholesome thoughts that have arisen. To develop wholesome thoughts. To maintain those wholesome thoughts that have arisen.
194
Praktek 3. Dapat dibuktikan Usaha Benar
Menerapkan disiplin mental dalam mencegah timbulnya pikiran jahat. To dispel unwholesome thoughts that have arisen. To develop wholesome thoughts. To maintain those wholesome thoughts that have arisen.
195
Praktek 3. Dapat dibuktikan Usaha Benar
Menerapkan disiplin mental dalam mencegah timbulnya pikiran jahat. Menghilangkan pikiran jahat yang telah timbul. To develop wholesome thoughts. To maintain those wholesome thoughts that have arisen.
196
Praktek 3. Dapat dibuktikan Usaha Benar
Menerapkan disiplin mental dalam mencegah timbulnya pikiran jahat. Menghilangkan pikiran jahat yang telah timbul. Mengembangkan pikiran baik. To maintain those wholesome thoughts that have arisen.
197
Praktek 3. Dapat dibuktikan Usaha Benar
Menerapkan disiplin mental dalam mencegah timbulnya pikiran jahat. Menghilangkan pikiran jahat yang telah timbul. Mengembangkan pikiran baik. Mempertahankan pikiran baik yang telah timbul.
198
Praktek 3. Dapat dibuktikan Perenungan Benar Be aware of the body.
Be aware of feelings. Be aware of the mind. Be aware of the Dhamma.
199
Praktek 3. Dapat dibuktikan Perenungan Benar Perenungan pada tubuh.
Be aware of feelings. Be aware of the mind. Be aware of the Dhamma.
200
Praktek 3. Dapat dibuktikan Perenungan Benar Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan. Be aware of the mind. Be aware of the Dhamma.
201
Praktek 3. Dapat dibuktikan Perenungan Benar Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan. Perenungan pada pikiran. Be aware of the Dhamma.
202
Praktek 3. Dapat dibuktikan Perenungan Benar Perenungan pada tubuh.
Perenungan pada perasaan. Perenungan pada pikiran. Perenungan pada Dhamma.
203
Praktek 3. Dapat dibuktikan Konsentrasi Benar
To Praktek meditation to train the mind to be focused and disciplined in order to cultivate and acquire wisdom. This will enable us to see things as they truly are, understand and realize the Four Noble Truths, and attain enduring peace and happiness for ourselves and others too.
204
Praktek 3. Dapat dibuktikan Konsentrasi Benar
Mempraktekkan meditasi untuk melatih pikiran yang terpusat dan disiplin dalam mengembangkan dan memperoleh kebijaksanaan. This will enable us to see things as they truly are, understand and realize the Four Noble Truths, and attain enduring peace and happiness for ourselves and others too.
205
Praktek 3. Dapat dibuktikan Konsentrasi Benar
Mempraktekkan meditasi untuk melatih pikiran yang terpusat dan disiplin dalam mengembangkan dan memperoleh kebijaksanaan. Ini dapat memungkinkan kita untuk melihat segala sesuatu seperti apa adanya, memahami dan menyadari Empat Kebenaran Mulia, dan mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati untuk diri kita sendiri dan juga orang lain.
206
Lima Kekuatan Pencerahan
207
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan
208
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan Pengetahuan
209
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan Pengetahuan Energi
210
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan Pengetahuan Energi Konsentrasi
211
Lima Kekuatan Pencerahan
Keyakinan Pengetahuan Perenungan Energi Konsentrasi
212
Praktek 4. Hasil yang Segera The Six Virtues of the Dhamma
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Discovered and well expounded by the Buddha. Sanditthiko – Can be directly experienced. Akaliko – With immediate results. Ehipassiko – To be approached to be seen. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
213
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Discovered and well expounded by the Buddha. Sanditthiko – Can be directly experienced. Akaliko – With immediate results. Ehipassiko – To be approached to be seen. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
214
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Can be directly experienced. Akaliko – With immediate results. Ehipassiko – To be approached to be seen. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
215
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Dapat langsung dialami. Akaliko – With immediate results. Ehipassiko – To be approached to be seen. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
216
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Dapat langsung dialami. Akaliko – Dengan hasil yang segera. Ehipassiko – To be approached to be seen. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
217
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Dapat langsung dialami. Akaliko – Dengan hasil yang segera. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat. Opanayiko – Capable of being attained. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
218
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Dapat langsung dialami. Akaliko – Dengan hasil yang segera. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat. Opanayiko – Mampu untuk diraih. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – To be comprehended by the wise, for himself.
219
Praktek 4. Hasil yang Segera Enam Keluhuran dari Dhamma :
Svakkhato Bhagavata Dhammo – Ditemukan dan dibabarkan dengan baik oleh Buddha. Sanditthiko – Dapat langsung dialami. Akaliko – Dengan hasil yang segera. Ehipassiko – Didekati untuk dapat dilihat. Opanayiko – Mampu untuk diraih. Paccattam Veditabbo Vinnuhi – Untuk diselami oleh yang bijaksana, bagi dirinya sendiri.
220
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat mistik atau misteri. The Buddha never resorted to supernatural rituals or asked for blind faith in any of his Doktrin. His Doktrin are rational and sensible, relevant to the present and very much down-to-earth.
221
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat mistik atau misteri. Buddha tidak pernah memilih ritual gaib atau meminta kepercayaan buta pada ajarannya yang manapun juga. His Doktrin are rational and sensible, relevant to the present and very much down-to-earth.
222
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran Buddha yang awal dan asli tidak bersifat mistik atau misteri. Buddha tidak pernah memilih ritual gaib atau meminta kepercayaan buta pada ajarannya yang manapun juga. Ajarannya rasional dan masuk akal, relevan dengan masa sekarang dan sederhana.
223
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan oleh siapapun, baik Buddhis maupun Non- Buddhis. Approach these Doktrin with an open mind. Make a sincere attempt to observe and Praktek them. The results will be immediate and beneficial, for this life and future lives to come.
224
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan oleh siapapun, baik Buddhis maupun Non- Buddhis. Dekati ajaran ini dengan pikiran yang terbuka. Berusahalah dengan tulus untuk mengamati dan mempraktekkan mereka. The results will be immediate and beneficial, for this life and future lives to come.
225
Praktek 4. Hasil yang Segera
Ajaran ini tidak susah, dan dapat dipraktekkan oleh siapapun, baik Buddhis maupun Non- Buddhis. Dekati ajaran ini dengan pikiran yang terbuka. Berusahalah dengan tulus untuk mengamati dan mempraktekkan mereka. Hasilnya akan bersifat segera dan bermanfaat, untuk kehidupan ini dan juga kehidupan mendatang.
226
Ringkasan Ajaran Buddha
Avoid evil Do good Purify our minds This is the teaching of all the Buddhas. Dhammapada - Verse 183.
227
Ringkasan Ajaran Buddha
Hindari kejahatan Do good Purify our minds This is the teaching of all the Buddhas. Dhammapada - Verse 183.
228
Ringkasan Ajaran Buddha
Hindari kejahatan Lakukan kebajikan Purify our minds This is the teaching of all the Buddhas. Dhammapada - Verse 183.
229
Ringkasan Ajaran Buddha
Hindari kejahatan Lakukan kebajikan Sucikan pikiran kita This is the teaching of all the Buddhas. Dhammapada - Verse 183.
230
Ringkasan Ajaran Buddha
Hindari kejahatan Lakukan kebajikan Sucikan pikiran kita Ini adalah ajaran semua Buddha. Dhammapada - Syair 183.
231
Ringkasan Ajaran Buddha
Jalan telah ditunjukkan oleh Buddha. We just need to walk the Path!
232
Ringkasan Ajaran Buddha
Jalan telah ditunjukkan oleh Buddha. Kita hanya perlu menjalaninya!
233
Dipersiapkan oleh T Y Lee
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.