Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D Universitas Gunadarma

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D Universitas Gunadarma"— Transcript presentasi:

1 Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D Universitas Gunadarma
Permasalahan Pengertian Integritas dan Membangun Karakter Berintegritas Tinggi Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D Universitas Gunadarma

2 Masalah Pengertian Integritas
Literatur di bidang filsafat yang membahas pengertian ‘integritas” menunjukkan tidak adanya kesepakatan yang utuh tentang apa yang dimaksud dengan integritas. Berbagai pandangan tentang apa pengertian integritas dan jenis telah dikemukakan oleh para filosof. (Bauman, 2011)

3 Definisi Integritas Definisi yang dikemukakan ini bisa menggambarkan sikap keteguhan hati. Namun sifat-sifat konsisten ini bisa dilakukan oleh seorang berwatak suci dan seseorang yang berwatak buruk seperti anggota Mafia. Anggota Mafia tidak mau menyampaikan kejahatan yang dilakukan oleh anggota Mafia, walaupun dia disiksa secara fisik. Seorang Lawyer tidak mengatakan hal sebenarnya demi memenangkan perkara kliennya.

4 Isu Integritas Dari segi filosofis integritas bisa terkait dengan aspek yang tidak ada hubungannya dengan moralitas. Konsisten terhadap janji adalah indikasi dari integritas walaupun janji itu secara moral belum tentu baik. Bauman (2011) membedakan antara integritas substantif ( Substantive integrity) yang mengandung komitmen pada nilai-nilai moral , dan integritas formal ( formal integrity) yang juga mengandung komitmen tetapi tidak selalu komitmen nilai-nilai moral. Pembahasan topik Integritas ini sebaiknya berfokus pada Substantive integrity sesuatu yang terkait dengan moralitas yang secara operasional bermanfaat untuk kemajuan bangsa Indonesia.

5 Definisi Integritas yang terkait dengan moralitas
“the quality of being honest and fair” dan “the state of being complete or whole” ((: . The state or quality of being entire or complete; wholeness; entireness; unbroken state; Moral soundness; honesty; freedom from corrupting influence or motive. (

6 Definisi Integritas yang terkait dengan moralitas(2)
Integrity is “ doing the right thing for the right reason”. Integrity is a personal choice , an uncompromising and predictably consistent environment to honor moral, ethical, spiritual and artistic values and principles ( Killinger, 2007) Definisi di atas mengkaitkan Integritas dengan konsep moral.

7 Pengertian Integritas (Buman, D., 2011)
Ada dua jenis integritas yakni: substantive integrity , integritas yang terkait dengan komitmen moral formal integrity menuntut adanya komitmen , tidak harus komitmen moral. Integritas adalah sebuah kebajikan (virtue). Sifat yang jujur pada diri sendiri dengan cara berpegang teguh pada komitmen moral yang dianut olehnya.

8 Fungsi Integritas Sumber: Bernard, A; Schurink, W, and De Beer, M. 2008
Ada dua fungsi: Fungsi Kognitif (pola pikir, peta kognitif) Kecerdasan moral (moral intelligence) Pemahamam diri (self insight) Pengetahuan tentang diri sendiri tentang sesuatu yang buruk yang tidak boleh dilakukan (Self-knowledge) Refleksi diri (Self-reflection) pemahaman diri apakah sesuatu perbuatan benar atau tidak benar secara etik. Fungsi afeksi (perasaan senang, dan perasaan bersalah atas tindakan yang dilakukan) Kata hati (Conscience) sesuatu yang menurut perasaan sesuatu yang boleh/ tidak boleh dilakukan Penghargaan pada diri sendiri (self-regard).

9 Fungsi Kognitif Integritas
Kecerdasan Moral dan Pemahaman Diri (self-insight) Orang yang memiliki integritas bisa membedakan antara hal yang patut dan hal yang tidak patut bila menghadapai situasi tertentu. Dia tidak akan melakukan sesuatu yang dianggap tidak patut, karena ini kan menjadi sebuah beban mental. Kemampuan untuk menilai mana yang benar dan salah secara moral (bukan secara hukum) baru mungkin terjadi kalau seseorang memiliki pengetahuan tentang norma dan prinsip-prinsip hidup bermaysarakat yang didasarkan pada hal yang patut dan tidak patut. inilah yang disebut dengan pengetahuan moral (moral knowledge):

10 Fungsi Kognitif Integritas
Lickona (2001) berpendapat bahwa justifikasi moral (moral reasoning) adalah aspek kognitif dari karakter yang baik yang menggiring orang orang untuk berbuat sesuai dengan tata-nilai yang baik. Ahli lain, Rust (1999) and Carter (1996) juga beranggapan bahwa kemampuan membuat pernilaian berbasis moral adalah bagiian dari integritas

11 Fungsi Kognitif Integritas
Kecerdasan Moral terdiri atas pengetahuan tentang moral dan justifikasi moral. Orang harus tahu mana hal yang benar dan salah tidak hanya secara hukum, tapi mana yang pantas dilakukan untuk kemanusiaan. The cognitive process of comparing and aligning personal and universally accepted values further implies a sense of myself-knowledge or self-understanding:

12 Fungsi Kognitif Integritas
Menurut Simons (2002) integritas adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan dan pernilaian diri sendiri terhadap tata-nilai universal dan prinsip-prinsip universal. Refleksi diri (Self-reflection) oleh karena itu adalah sebuah konsekuensi alamiah dari keinginan untuk berbuat sesuai dengan tuntutan nilai-nilai universal yang menjadi kompas (arahan) moral (Simons, 2002).

13 Fungsi Kognitif Integritas
Refleksi diri ini disebut Lickona dengan “moral- feeling” yang menjadi kompas dalam pembuatan keputusan untuk mengambil sebuah tindakan yang sesuai dengan arahan moral yang diyakini, betapapun beratnya pilihan tersebut.

14 Nilai Dasar Integritas sebagai Komponen Pengukuran Integritas (Sumber: Bernard, A; Schurink, W, and De Beer, M. 2008)

15 Nilai Dasar of Integritas (1)
Orientasi tindakan didasarkan pada prinsip respek dan empati pada orang lain. Menghargai kehormatan (respect for the dignity) orang lain dan menunjukkan kepedulian dan pertimbangan pada kepentingan dan kebutuhan serta kesejahteraan orang lain.

16 Nilai Dasar of Integritas (2)
Kesungguhan dan kemauan untuk menjalani hidup yang bermakna dan bertujuan Orang yang hidup dengan integritas kehidupannya didorong oleh kemauan untuk hidup yang bermakna baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Budaya Jawa “sugih tanpo bondho”, Ciri orang taqwa yang suka memberi dengan iklas tanpa mengharap kembali apa yang dia berikan.

17 Nilai Dasar of Integritas (3)
Disposisi kehidupan bahwa pilihan tindakan dalam menghadapi segala sesuatu itu berada dalam kontrol diri (internal locus of control: The research participants related integrity to an attitude towards life in general, reflecting a realistic and responsible approach to life the role that one plays in it and the choices that one makes during it. Such an internal locus of control furthermore reflects the belief that one is not a hopeless being to whom life happens but that one fulfils an active role in life through the choices that one makes and one’s everyday reactions.

18 Nilai Dasar of Integritas (4)
Dalam menjalani kehidupan selalu didasarkan pada rasa optimis dan antusias. Optimisme dan antusiasme terlihat dari semangat (passion) dan sikap positif dalam menjalani kehidupan, bahwa masa depan akan bagus dan tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.

19 Aspek kompetensi integritas (Sumber: Bernard, A; Schurink, W, and De Beer, M. 2008)
Pengukuran Integritas menyangkut aspek berikut ini: Self-motivation and drive Moral courage and assertiveness Honesty Consistency Commitment Diligence Self-discipline Responsibility Trustworthiness Fairness

20 Aspek kompetensi integritas (1)
Motivasi dan Dorongan Dari Dalam Diri Memiliki motivasi diri yang besar disertai energi untuk mencapai apa yang sudah menjadi komitmen dirinya, dan ingin berbuat melebihi standar. Keberanian moral and keteguhan hati: Keberanian untuk berbuat dan mempertahankan apa yang diayakininya , menyampaikan prinsip-prisip yang dan nilai-nilai yang diyakini.

21 Aspek kompetensi integritas (2)
Kejujuran (Honesty): Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain tentang niat dan kemampuan untuk melaksanakannya. Menyampaikan suatu kebenaran, dan secara terbuka menyampaikan apa yang merupakan niatnya. Berkomunikasi secara transparan dalam menyampaikan apa yang dikehendaki. Konsistensi: Sifat konsisten dalam menerapkan prinsip kehidupan dan tata-nilai dalam segala aspek kehidupan, dalam keluarga, masyarakat dan pekerjaan.

22 Aspek kompetensi integritas (3)
Komitmen (commitment) Keteguhan untuk mencapai semua komitmen diri yang sudah di sampaikan dalam janji (sumpah jabatan, fakta integritas , dll) betapapun besarnya tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Rajin Bekerja (diligence) Memiliki sikap positif pada pekerjaan dan rajin bekerja , tabah dalam menghadapi kesulitan dan tantangan pekerjaan.

23 Aspek kompetensi integritas (4)
Disiplin Diri (Self Discipline) Disiplin diri dalam menjalani kehidupan sejalan dengan nilai-nilai dan prinsip kehidupan yang menjadi acuan masyarakat universal . Sifat disiplin adalah dorongan dari dalam diri . Disiplin dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan arahan moral (moral compass) yang sejalan dengan prinsip universal dalam menjalankan komitmen pada diri sendiri dan orang lain.

24 Aspek kompetensi integritas (5)
Tanggung Jawab (Responsibility) Penerimaan tanggungjawab pada : Sasaran dan aspirasi yang ingin dicapai, Keterbatasan dan kekuatan yang ada pada dirinya, Pilihan yang dia lakukan Orang lain dan institusi tempat dia bekerja dan berhiubungan dengan orang lain.

25 Aspek kompetensi integritas (6)
Bisa dipercaya (Trustworthiness) Menunjukkan reputasi sesuai kata dan perbuatan, komitmen dan tanggungjawab pada akibat perbuatannya pada orang lain. Adil / Fair ( Fairness): Dalam pengambilan keputusan dan memperlakukan orang lain tidak pilih kasih.

26 Segitiga Pendukung Pengembangan Karakter yang Memiliki Integritas
Masyarakat (Institusi agama, ormas, orpol, Legislatif, Yudikatif dan Eksekutif, khsusunya para penegak hukum., Rumah Sekolah

27 Pendidikan karakter Pendidikan karakter berfokus pada pengembangan tata-nilai & moralitas pada individu. Keberhasilan pendidikan karakter akan sulit untuk menjadi kenyataan selama tidak ada kondisi yang memberikan reward & punishment untuk menjaga terwujudnya hasil pendidikan. Hasil pendidikan baru muncul kalau faktor di luar diri individu / masyarakat yang berupa penegakan hukum dilaksanakan secara konsisten. Alasan kenapa demikian karena ada level kepatuhan pada hukum (norma) yang salah satunya adalah kepatuhan karena takut dihukum.

28 Tiga tingkatan kepatuhan akan peraturan (norma hukum dan norma masyarakat)
Obedience. Kepatuhan karena takut dihukum Orang patuh pada peraturan karena dia akan dihukum bila melanggar. Dia akan mendapat penghargaan bila mematuhi. Di saat law-enforcement tidak dilaksanakan dengan konsisten, maka tidak akan ada kepatuhan. Identification. Kepatuhan pada norma hukum karena orang senang dan hormat pada pembuat dan penegak hukum. Di saat orang melihat pembuat hukum dan penegak hukum melanggar maka hilanglah kepatuhan pada hukum. Internalization: Kepatuhan pada hukum disebabkan kerena orang menghayati manfaat hukum bagi dirinya sendiri dan masyarakat. (Herbert Kelman)

29 Faktor Keberhasilan Pendidikan karakter (1)
Keberhasilan PK terwujud secara optimal bila pendidikan bisa menimbulkan kesadaran pada kepatuhan pada level internalisasi (internalization) Proses internalisasi baru akan muncul bila ada pemahaman dari fungsi sebuah norma bahwa itu baik untuk diri sendiri bukan dikarenakan takut pada hukum Tuhan (takut berdosa atas perbuatan karakter, takut mendapat azab).

30 Faktor Keberhasilan Pendidikan Karakter (2)
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah pendidikan karakter yang harus dimulai dari pendidikan di masa bayi masih dalam kandungan (perinatal) sampai ke usia dewasa lanjut. Pendidikan di masa dalam kandungan dilakukan dengan membiasakan si ibu yang mengandung untuk membaca ayat-ayat suci Al-Quran dengan memahami makna kebesaran Tuhan dan larangan Tuhan pada perilaku yang merugikan orang lain (termasuk karakter).

31 Asesmen Suatu program perlu ada sistim asesmen dapat sebuah program ( Apakah internal monitoring vs eksternal monitoring )>> Internal monitoring test pemahaman moral dilemma yg diberikan kepada peserta pendidikan.

32 Rumah Tangga (1): Peranan Orang Tua Dalam Membangun Integritas
Membangun karakter adalah prioritas utama Menjadi orangtua yang otoritatif Mencintai anak dengan penuh kasih sayang Komunikasi penuh rasa cinta Pengorbanan adalah pernyataan cinta Memberi contoh teladan

33 Rumah Tangga (2): Peranan Orang Tua Dalam Membangun Integritas
Mengontrol pengaruh buruk lingkungan masyarakat (media, games, internet, dll.) Mengajar etika pergaulan Mengajarkan cara membuat pertimbangan yang baik (good judgment). Mendidik disiplin dengan arif. Menyelesaikan konflik dengan adil (win-win) Berikan peluang untuk menerapkan kearifan Mengembangkan pemahaman dan penghayatan agama / spiritual.

34 Good Judgment Apakah perbuatan ini melanggar hukum
Kalau saya melakukan perbuatan ini apakah saya malu kalau ketahuan orang lain. Kalau saya melakukan perbuatan ini apakah akan mempermalukan diri saya dan keluarga saya. Apakah perbuatan ini membuat saya tidak bisa tidur. Apakah perbuatan ini awal dari kehancuran karir saya?

35 Pendidikan di masa Balita
Pendidikan masa balita dan sekolah dasar berfokus pada pemahaman pada: perasaan orang lain kalau seseorang diperlakukan tidak adil. pentingnya tanggungjawab pribadi. kepedulian pada orang lain. penghargaan pada orang lain pemahaman antara hak diri sendiri dan hak orang lain. konsekuensi kalau berbuat tidak adil pada orang lain.

36 Pendidikan di sekolah Pendidikan Etika & Budi Pekerti
Pendidikan Budaya Lokal tentang karakter yang baik. Pendidikan Agama Pendidikan Lalu lintas Pendidikan sejarah yang menekankan tentang karakter utama pada tokoh sejarah pahlawan bangsa. Pernilaian pada anak didik tidak mengutamakan kognitif saja, tapi juga pernilaian kemampuan menghadapi dilemma moral. Suri teladan dari Pendidik Lingkungan sekolah yang selalu mengingatkan pentingnya penegakan moralitas.

37 Pendidikan Masyarakat
Membangun sistim Integritas Nasional dengan perangkat pendidikan, serta konsekuensi hukumnya apabila ada pelanggaran. Menyusun Code of Conduct untuk setiap organisasi masyarakat, organisasi politik, dan lembaga pendidikan, dan birokrasi pemerintah.

38 Referensi Bauman, David, "Integrity, Identity, and Why Moral Exemplars Do What Is Right" (2011). Electronic Theses and Dissertations. Paper 34. Bernard, A; Schurink, W, and De Beer, M. (2008). A conceptual Framework of Integrity. South Africa Journal of Industrial Psychology, vol 34, no 2. pp Carter, S.L. (1996). Integrity. New York, NY: HarperPerennial. Kehlman, H. T. (1958) Compliance, Identification, and internalization: Three process of Attitude Change. Conflict Resolution vol 2. no.1 pp 52_60. Killinger, B. (2007) Doing the right things for the right reason. Kingston, Ontario, CA: McGill-Queen University Press, Lickona, T. (2001). What is good character? [26 paragraphs].Reclaiming children and youth, 9(4). Retrieved May 2, 2003, pqdweb?index. Rust, J. (1999). The validity of the Giotto integrity test. Personality and Individual Differences, 27, 755–768. Simons, T. (2002). Behavioural integrity: The perceived alignment between managers’ words and deeds as a esearch focus. Organization Science, 13(1), 18–37. .


Download ppt "Prof. Djamaludin Ancok, Ph.D Universitas Gunadarma"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google