Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "UNIVERSITAS DIPONEGORO"— Transcript presentasi:

1 UNIVERSITAS DIPONEGORO
OCEAN RIDGES PUNGGUNG SAMUDRA 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

2 UNIVERSITAS DIPONEGORO
PUNGGUNG SAMUDRA Ocean ridges merupakan batas lapisan litosfer samudra yang baru terbentuk dan membuat Permukaan bumi lebih tinggi. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

3 1. Topografi punggung samudra
Punggung samudra yang semakin bergerak melebar atau terbentuk sebagai batas piringan merupakan asal lapisan baru samudra. Tinggi puncak punggung samudra sekitar 2-3 km lebih tinggi dari dasar samudera disekitarnya dan topografi lokalnya tidak datar dan pararel terhadap puncaknya. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

4 UNIVERSITAS DIPONEGORO
2. Struktur zona aksial Morfologi punggungan Samudra ditentukan oleh laju pemisahan Laju rendah (10-50 mm/a), Median rift utama terbentuk di sumbu punggungan. Lebar km, kedalaman m, dengan topografi kasar. Laju menengah (50-90 mm/a), Median rift, kedalaman m, topografi halus. Laju tercepat (>90 mm/a), tidak terdapat median rift, topografi halus 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

5 UNIVERSITAS DIPONEGORO
gambar 6.1 Dengan resolusi tinggi dari profil bathymetric (alat pengukur kedalaman laut) dari punggungan samudra yang bergerak cepat, menengah dan lambat penyebaran rata-ratanya.EPR (East Pasific Rise), MAR (Mid Atlantic Ridge), daerah neovulkanik dikurung oleh Vs, daerah celah dengan Fs, dan luas persesaran aktif dengan Ps. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

6 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Median rift pada daerah FAMOUS (Franco American Mid-ocean Undersea study). Dimana dibeberapa area terdapat beberapa lembah rift dan di kelilingi serangkaian teras patahan. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

7 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Perubahan morfologi, aktivitas vulkanik dan vulkanisme pada lembah median pada Atlantik Ridges merupakan proses siklus antara fase-fase ekstensi tektonik dan konstruksi vulkanik. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

8 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Gambar 1. Batas piringan yang menyebar terjadi saat dua piringan bergerak saling berpisah. Ketika beberapa piringan terpecah menjauh, lithosphere yang tipis dan terputus untuk membentuk batas piringan yang menyebar. Pada kulit samudra proses ini dinamakan penyebaran lantai lautan karena piringan yang terpisah menyebar satu sama lain. Di daratan, penyebaran batas piringan membentuk beberapa lembah sesar. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

9 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Hasil survei bathymetric di samudera Atlantik 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

10 3. Struktur umum (broad) dari listosfer dibawah punggungan
Kondisinya dalam kesetimbangan isostatik Pengukuran gravitasi menunjukan bahwa anomali udara bebas pada umumnya nol disekitar punggungan. (gambar 6.4 dan 6.5) 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

11 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

12 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

13 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Gambar 6.6 Model yang mungkin dari struktur dibawah punggungan Mid-Atlantik dari gravity Model dengan control seismic refraksi. Densitas dalam Mg per meter kubik. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

14 4. Asal mula mantel atas anomali dibawah punggungan
Terdapat tiga sumber pada daerah yang kerapataannya rendah yang terletak pada dasar punggungan dan mendukung isotatiknya yaitu: Ekspansi termal pada material penyusun mantel bagian bawah punggungan, yang diikuti gerakan dasar laut yang menyebar secara lateral menjauhi sumber panas. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

15 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Terdapatnya material cair di dalam mantel Anomali. Perubahan fase bergantung pada temperatur. Temperatur yang tinggi di bagian ujung palung dapat menyebabkan suatu perpindahan mineral-mineral pada densitas rendah. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

16 5. Stuktur dangkal daerah sumbu
Model pembentukan litosfer samudra membutuhkan ruang magma. Bukti adanya ruang magma dengan survei seismik, antara lain: Survei seismik refraksi di East pacific rise yaitu mendeteksi zona densitas sekitar 2 km di bawah sumbu punggungan (Orcutt.dkk,1976) 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

17 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Heron dkk (1978,1980), dengan memakai teknik seismik multi channel, mendeteksi refleksi dari puncak ruang magma dibawah East pacific rise. (gambar 6.8) 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

18 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Puncak mid-atlantic ridges disurvei oleh Francis dan porter (1973) dari catatan gempa bumi lokal dengan detektor dasar samudra, mendapati lokasi daerah kecepatan rendah sekitar 3 km di bawah lembah median yang diinterpretasikan sebagai ruang magma. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

19 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Pengamatan East pacific rise dan mid-Atlantic ridge menunjukkan adanya ruang magma aksial dengan lebar beberapa km pada kedalaman rendah. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

20 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sinton & Derrick (1992) menunjukan modelnya dimana ruang magma terdiri dari zona-zona bubur kristal leleh panas dan sempit. Lelehan murni berkembang dipunggungan yang menyebar cepat untuk membentuk suatu lensa lelehan tipis diatas zona bubur. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

21 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

22 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Survei di East pasific rise mengindikasikan bahwa punggungan terbagi-bagi disepanjang strikenya oleh timbulnya diskontuitas pada penyebaran yang saling overlap (OSCs). 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

23 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Geometri OSCs 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

24 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

25 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Punggungan terbagi beberapa skala yang berbeda yaitu: Digambarkan dengan zona patahan, yang membagi palung pada interval km, ini disebabkan adanya kegagalan transformasi nonregiol (yang mempengaruhi tingkat kekerasan dan panas di mantel) dan luasan di daerah offset (3-5 km) OSCs yang menimbulkan perbedaan kedalaman daerah pusat hingga ratusan meter. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

26 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Terletak pada interval km, disebabkan adanya kegagalan transformasi nonregiol (yang mempengaruhi tingkat kekerasan dan panas di mantel) dan luasan di daerah offset (3-5 km) OSCs yang menimbulkan perbedaan kedalaman daerah pusat hingga ratusan meter. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

27 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Terletak pada interval km yang digambarkan oleh offset kecil (0.5-3 km) OSCs dimana kedalaman kurang dari sepuluh meter. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

28 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Terletak pada interval km yang disebabkan oleh offset sangat kecil (< 0.5 km) dari palung. Hal ini jarang dihubungkan dengan adanya anomaly kedalaman dan dapat dijelaskan dengan adanya gap didalam aktivitas vulkanik yang berada pada pusat retakan atau dengan adanya variasi geokimia. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

29 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

30 UNIVERSITAS DIPONEGORO
OSCs bertanggungjawab terhadap migrasi segmentasi disepanjang punggungan dengan kecepatan sampai beberapa ratus millimeter per tahun yaitu evolusi diskontinuitas sumbu punggungan dalam hal pergerakan pulsa magma. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

31 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

32 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

33 6. Aliran panas dan siklus hidrotermal
Secara umum ditemukan adanya hubungan antara aliran panas dari lapisan lithosfer lautan dan akar kuadrat dari umurnya. Dalam skala normal terdapat perbedaan antara hasil pengamatan dan aliran panas yang diharapkan pada lithosfer muda. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

34 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Untuk skala tertentu penyebarannya di dalam magnitudo aliran panas disekitar ujung punggungan. Pada suhu rendah cenderung membentuk lembah flat-floored. (Lister, 1980) 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

35 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sirkulasi hidrotermal berasal dari adanya deposit metalliferous di daerah puncak. Logam-logam ini dikenal mobile secara hidrotermal dan terlepas dari kerak samudra oleh air laut yang memungkinkan ekstrasinya dalam larutan kaya sulfida, bersifat asam dan panas (Roma, 1984). 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

36 7. Petrologi punggung samudera
Dalam kondisi normal, peridotite mantel atas tidak meleleh. Tetapi, punggung samudra dengan aliran panas tinggi memberi implikasi bahwa gradien geotermal melintasi peridotite solid pada kedalaman sekitar 50 km (Wylee, 1981, 1988). 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

37 8. Perbedaan antara punggungan yang menyebar dengan cepat dan lambat.
Kenaikan astenosfer di bawah punggungan dapat mengakibatkan tarikan viskos pada listorsfer yang baru terbentuk di kedua sisi. Tarikan ini mencegah kenaikan litosfer pada daerah kerak sementara litosfer yang mengapitnya naik oleh pergerakan disepanjang bidang patahan normal. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

38 9. Hubungan antara umur dan kedalaman pada litospere lautan
Litosfer yang baru terbentuk bergerak menjauhi Heat Source dingin berkontraksi (mengkerut), densitas meningkat dan meningkatkan ketebalan mid ocean ridges Untuk litosfer yang lebih tua, kedalaman berangsur-angsur meningkat seiring dengan umur. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

39 10. Lapisan dasar kerak laut
Gambar 6.15 Diagram cros-section dari struktur kulit dan diatas mantel wilayah kulit dari tengah punggungan samudra. Bentuk ruang magma yang berdasar dari model seismik refleksi 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

40 UNIVERSITAS DIPONEGORO
11. Penyebaran Sesar 4/2/2017 Gambar 6.16 (a) Model rotasi pusat penyebaran yang disesuaikan (b) evolusi punggungan luas yang mengikuti rotasi. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO FISIKA

41 UNIVERSITAS DIPONEGORO
4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

42 UNIVERSITAS DIPONEGORO
Gambar 6.18 (a) Prediksi pola magnetik yang dihasilkan dari perambatan punggungan (b) Anomali magnetik yang diamati pada 960W sebelah timur pulau Galapagos. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO

43 UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEKIAN & TERIMA KASIH 4/2/2017 WASSALAMU’ALAIKUM Wr. Wb. 4/2/2017 UNIVERSITAS DIPONEGORO FISIKA


Download ppt "UNIVERSITAS DIPONEGORO"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google