Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN NUTRISI
Kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan budidaya hidroponik. Jika konsentrasi larutan nutrisi tidak cocok dengan jenis dan umur tanaman maka kuantitas dan kualitas hasil tanaman akan rendah. Konsentrasi larutan nutrisi perlu diketahui karena seluruh kebutuhan unsur hara tanaman pada hidroponik semuanya disuplai dari larutan nutrisi yang diberikan. Cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman dapat diketahui dengan mengukur daya hantar listrik (DHL) dari larutan nutrisi. DHL dikenal juga sebagai electro conductivity (EC). Dalam NFT (Nutrient Film Technique) DHL dinyatakan juga dalam bentuk conductivity factor (cF). Dalam bentuk cF maka angka decimal yang biasanya menyertai ukuran dalam bentuk EC bisa dihilangkan, contohnya: cF 25 setara dengan EC 2,5.
2
Air murni tidak memiliki DHL, namun apabila pada air murni itu ditambahkan sedikit garam dapur (NaCl), misalnya, maka muncullah aliran listrik yang bisa diukur karena pada saat garam dapur dilarutkan akan terjadi proses ionisasi dalam bentuk dua partikel elektrik yaitu kation Na+ dan anion Cl⁻. Ion Na disebut kation karana sifatnya positif, sedangkan Cl disebut anion karena negatif. Semakin tinggi konsentrasi ion-ion tersebut maka semakin “kuat” larutan tersebut. NaCl Na⁺ + Cl⁻
3
Satuan untuk hantaran ini ialah Siemens yang diintroduksi sejak 1960 oleh Systeme Internationale D’Unites (SI). Nama tersebut untuk mengenal ilmuwan dan industrialis Jerman, penemunya, Ernst Siemen. Simbol satuan ialah S. Simbol ini masih ditambah lagi dengan satuan jarak (cm). Sebab, kecepatan dari aliran listrik antara dua elektroda tersebut tergantung juga pada jarak antar elektroda. Siemens/ meter (S/m) Siemens/ cm (S/cm) Decisiemens/meter (dS/ m) Millisiemens/ sentimeter (mS/ cm) Mikrosiemens/ sentimeter (µS/ cm)
4
Konversi siemen ke cF cF 10 = 1 mS/ cm = 1 dS/m = 1.000 µS/ cm
Jika satuan untuk aliran listrik ini tidak disebutkan maka ukuran satuan bisa diduga dari angka yang tercantum. Misalnya, jika angka berkisar antara 1 – 5, berarti satuannya mS / cm (dS/m karena nilainya sama), angka antara 10 – 50, berarti cF unit, kalau – berarti satuannya µS/ cm unit. Cara lain untuk mengukur kekuatan larutan nutrisi ialah dengan total dissolved solids (TDS). Pengukuran dilakukan terhadap bobot per volume larutan. Satuannya dalam bentuk ppm (part per million). Faktor konversi antara TDS dan EC ialah sekitar 0,64.
5
Untuk mengukur EC digunakan EC meter, sedangkan TDS diukur dengan TDS meter. TDS meter tidak cocok digunakan untuk NFT, EC meter jauh lebih efisien. TDS meter mengukur EC dan kemudian mengubahnya ke TDS dengan satuan ppm. Biasanya TDS meter memakai angka konversi EC 1 mS / cm = 500 ppm TDS. Padahal, pada kenyataannya di lapangan, EC 1 ada pada kisaran 630 – 680 ppm. Di Indonesia, EC meter sudah beredar di pasaran dengan harga relative mahal (1 jutaan per buah). Ketersediaan EC meter ini sangat vital bagi pekebun hidroponik.
6
Cara penggunaan EC meter:
Cabut tutup EC meter kemudian celupkan bagian bawah ke dalam larutan nutrisi. Pada saat yang bersamaan, tombol yang ada di ujung atas digeser atau ditekan sehingga pada display akan terlihat angka konsentrasi. Angka menunjukkan 20, misalnya, berarti EC larutan itu 2. Angka 20 menunjukkan conductivity factor.
7
Panduan penggunaan EC untuk beberapa jenis tanaman
Angka EC untuk beberapa tanaman telah diketahui. Angka ini menjadi sangat penting tidak hanya berguna pada NFT tetapi juga bermanfaat pada hidroponik substrat. Angka EC ini perlu terus dicari kesesuaiannya dengan varietas, umur tanaman maupun iklim mikro setempat.
8
Tabel: pH, cF, dan EC untuk tanaman buah
EC (mS/cm) Pisang Melon Markisa Papaya Nenas Apel delicious Rhubarb Stroberi Semangka 5,5—6,5 5,5—6,0 6,0—6,5 6,8—7,2 5,8—6,2 18—22 20—25 16—24 20—24 22—30 16—20 14—20 17—25 1,8—2,2 2,0—2,5 1,6—2,4 2,0—2,4 2,2—3,0 1,6—2,0 1,4—2,0 1,7—2,5
9
Tabel 2. pH,cF,dan EC untuk tanaman hias
EC (mS/ cm) African violet Lidah buaya Anthurium Aster Begonia Bromelia Kaktus Kaladium Kana Krisan Cymbidium Dahlia Dieffenbachia Dracaena Gypsophilia Limonium Poinsettia Mawar Spathiphylium Palem 6,0—7,0 5,5—6,5 5,0—6,0 6,0—6,5 5,0—7,5 6,0—7,5 6,0—6,2 5,5—6,0 5,0—6,5 12—15 20—24 20—25 18—25 14—18 8—10 12—18 16—20 18—24 6—8 5—20 6—20 2—18 18—22 1,2—1,5 2,0—2,4 2,0—2,5 1,8—2,5 1,4—1,8 0,8—1,0 1,2—1,8 1,6—2,0 1,8—2,4 0,6—0,8 1,5—2,0 1,6—2,,0 2—1,8 1,8—2,2
10
H+ H+ H+ H+
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.