Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SOLLICITUDO REI SOCIALIS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SOLLICITUDO REI SOCIALIS"— Transcript presentasi:

1 SOLLICITUDO REI SOCIALIS
XII SOLLICITUDO REI SOCIALIS 30 DESEMBER 1987, YOHANES PAULUS II - SRS

2 SOLLICITUDO REI SOCIALIS Keprihatinan Sosial Gereja
PENDAHULUAN Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dokumen “Keprihatinan Sosial Gereja” ini tahun 1987 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-20 ensiklik “Perkembangan Bangsa-Bangsa” (1967) dari Paus Paulus VI. Dalam ensiklik ini Paus Yohanes Paulus II merefleksikan keadaan buruk ekonomi global tahun 1980-an dan dampaknya yang merugikan jutaan orang, baik di negara sedang berkembang, sambil menyebut kendala perkembangan sebagai “struktur-struktur dosa” dari mana semua orang dipanggil kepada pertobatan dan kesetiakawanan demi menjadikan kehidupan bangsa-bangsa lebih manusiawi.

3 GARIS-GARIS BESAR SOLLICIDO REI SOCIALIS
OEBYEK “Keprihatinan Sosial Gereja” adalah panggilan yang konsisten demi perkembangan sejati manusia dan masyarakat yang menghormati serta memajukan seluruh dimensi pribadi manusia. Keaslian “Populorum Progressio” menerapkan pengajaran Konsili Vatikan II pada permasalahan khusus perkembangan yakni ciri khas etis dan budaya masalah-masalah ini, dimensi global “persoalan sosial” dan batasan tentang konsep baru perkembangan. Penelitian Dunia semasa merupakan tinjauan mengenai beberapa ciri khas dunia dewasa ini agar pengajaran yang terkandung dalam Populorum Progressio dapat dikembangkan. Perkembangan Sejati Manusia bukan hanya terbatas pada perkembangan ekonomis tetapi harus diukur dan diarahkan sesuai kenyataan dan panggilan pribadi manusia dalam keutuhannya. Penelaahan Teologis mengenai Masalah-Masalah Modern – Hasil perkembangan yang sangat kecil dan negatif lebih disebabkan oleh hakekat moral daripada hakekat politis dari kendala-kendala perkembangan. Itulah “dosa pribadi” yang berakar dalam individu-individu dan terungkap dalam tindakan konkretnya yang memperkenalkan dan mengkonsolidasikan “struktur-struktur dosa” dan menjadikannya sulit untuk disingkirkan.

4 Pedoman Khusus – Gereja bukan menawarkan “teknik-teknik khusus” melainkan “prinsip-prinsip refleksi, tolok ukur penilaian, dan tuntutan untuk bertindak”. Kesimpulan – Gereja dengan kokoh menegaskan kemungkinan mengatasi kendala-kendala perkembangan karena kepercayaan akan kebaikan manusia dan himbauan kepada setiap orang agar meyakini “tanggung jawab dalam menerapkan kesetiakawanan serta cinta yang mengutamakan orang miskin”. Paus Yohanes Paulus II Dokumen ini selain memperingati Populorum Progressio terkait secara khusus dengan isu-isu yang diangkat dalam Dokumen Kardinal Ratzinger yaitu “Aspek-aspek tertentu Teologi Pembebasan”.

5 TEMA-TEMA KUNCI SOLLICITUDO REI SOCIALIS
PENDAHULUAN Ajaran Sosial Gereja berusaha menuntun umat dalam membaca peristiwa manusia dan menanggapinya dalam terang iman dan dukungan ilmu pengetahuan. Populorum Progresio yang mencakup sebagian besar pengajaran sosial Gereja, mengangkat banyak jawaban dari gereja dan dunia sipil, dan Paus Yohanes Paulus II memperingati ulang tahunnya yang ke-20. Paus Yohanes Paulus II meneguhkan kembali “nilai abadi” Pengajaran sosial Gereja, misalnya “kesinambungan” ajaran sosial dan “pembaruan”-nya yang terus menerus. Sollicitudo Rei Socialis adalah suatu telaah teologis mengenai dunia dewasa ini dan menekankan pentingnya suatu konsep perkembangan yang lebih utuh.

6 KEASLIAN POPULORUM PROGRESSIO
Sollicitudo Rei Socialis bertujuan menemukan pengajaran Populorum Progressio. Ensiklik Populorum Progressio adalah suatu bentuk tanggapan atas Gaudium et Spes. Ia menguji situasi keterbelakangan di dunia. Isi dan tema menekankan “kesadaran akan kewajiban Gereja” sebagai “ahli kemanusiaan”. Ensiklik ini bercorak asli karena : Menerapkan Sabda Allah pada perkembangan bangsa-bangsa dalam tatanan sosial dan ekonominya, sebagai bagian dari wewenang khusus Gereja. Membuat suatu penilaian moral terhadap luasnya jangkauan serta dimensi manusiawi dari persoalan sosial. Menyajikan konsep perkembangan yang berlandaskan keadilan sejati demi membangun perdamaian yang nyata : “Perkembangan adalah nama baru untuk perdamaian”.

7 Kemiskinan dan keterbelakangan ini, dengan perkataan lain adalah “kedukaan dan kecemasan” dewasa ini “terutama yang miskin.” Pengajaran mendasar dari Populorum Progressio perlu ditelaah dalam konteks sosial dewasa ini. Gereja merasakan kebutuhan akan pendalaman pemahaman atas permasalahan perkembangan agar dapat “menjiwai” usaha-usaha demi perkembangan.

8 PENELITIAN DUNIA SEMASA
Tanda-Tanda Negatif Kendati dilakukan banyak usaha besar di bidang keagamaan, kemanusiaan, ekonomi, dan teknik, banyak pribadi manusia masih dilanda kemiskinan dan kehilangan harapan. Kesenjangan di antara “Dunia Utara yang maju” dan Dunia Selatan yang sedang berkembang” bukan hanya terjadi di bidang sosial-ekonomi, melainkan pula dalam kebudayaan dan sistem nilai. Kemiskinan lebih daripada hanya sekedar kekurangan benda-benda materiil. Kemiskinan adalah penyangkalan dan pembatasan hak-hak asasi manusia. Buta huruf, pemerasan, penindasan dan diskriminasi menjadi “momok” yang memiskinkan pribadi manusia. Kemiskinan adalah juga manipulasi “mekanisme ekonomi, keuangan dan sosial” oleh para pemimpin dan bangsa-bangsa demi kepentingan mereka sendiri.

9 Di belakang keterpecahan dunia secara jelas menjadi dunia Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat terdapat keterkaitan yang mendalam. Bilamana aspek moral hubungan ini disangkal maka akibat-akibat yang menghancurkan akan terjadi, dan yang pertama adalah krisis perumahan. Perkembangan sejati tidak mungkin tercapai kalau tenpa keikutsertaan segenap masyarakat dunia dalam proses perkembangan. Pengangguran dan pengangguran terselubung menjadi sebab pelecehan dan hilangnya harga diri, maka dibutuhkan penghargaan kembali kerja manusia secara terus menerus. Hutang luar negeri adalah rintangan besar pembangunan di negara-negara miskin—khususnya dalam berbagai masalah keterbelakangan yang menjengkelkan. Dalam hal ini Gereja mengajak semua orang untuk merefleksikan hakekat etis dari kesalingtergantungan dan tuntutan serta kondisi untuk bekerja sama demi perkembangan.

10 Konflik Timur-Barat: Kolektivisme Marxis di Timur dan kapitalisme liberal di Barat adalah dua ideologi bertentangan yang melahirkan dua blok kekuatan yang saling mencurigai dan menakuti dan menjadi kendala-kendala langsung perkembangan. Kesenjangan yang melebar antara Utara dan selatan dengan bentuk baru kolonialisme seperti manipulasi konflik-konflik lokal, bantuan internasional dan penanaman modal asing merupakan rintangan perkembangan. Keterhambatan atau stagnasi di Selatan beserta kerugian akibat pandangan menyimpang tentang kehidupan dan sikap acuh tak acuh terhadap prioritas, problem, dan kebudayaan.

11 Penghianatan terhadap harapan sah umat manusia beserta penolakan untuk bekerja sama demi meniadakan kesengsaraan manusia dan penghindaran (para pemimpin) dari kewajiban moral untuk memajukan kesetiakawanan dan kesejahteraan umum. Dengan perdaganagan senjata dan terorisme, “kehidupan yang lebih manusiawi” bukannya dikembangkan, tetapi semakin dihancurkan. Ajaran Sosial Gereja kritis menghadapi kedua ideologi itu. Pertumbuhan jumlah penduduk tidak berarti berlawanan dengan pembangunan terencana. Gereja memandang kontrol kependudukan yang tidak mengindahkan kaidah moral sebagai suatu “bentuk baru penindasan”.

12 Tanda-Tanda Positif Kesadaran lebih mendalam di antara sejumlah besar orang akan martabat setiap manusia dan kepedulian yang hidup akan hak-hak asasi manusia. Kesadaran akan “tujuan bersama” umat manusia dan kebutuhan yang berkembang akan kesetiakawanan. Kepedulian ekologis: kesadaran akan keterbatasan sumber daya yang tersedia dan kebutuhan untuk menghormati akan integritas alam. Komitmen demi perdamaian dan mutu kehidupan. Terpadunya usaha-usaha di antara organisasi-organisasi internasional dan regional demi perdamaian dan perkembangan. Usaha-usaha sejumlah negara Dunia Ketiga untuk hidup bermartabat. Sri Paus mengakui, nilai-nilai positif ini merupakan saksi suatu tatanan moral baru.

13 Salah satu ketidakadilan terbesar dalam dunia dewasa ini tepatnya adalah bahwa orang yang memiliki banyak relatif sedikit dan mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa jumlahnya banyak.

14 PERKEMBANGAN SEJATI MANUSIA
Perkembangan bukanlah suatu proses yang mulus. Konsep perkembangan perlu pengkajian kembali. Tanpa tuntutan pemahaman moral dan keterarahan kepada kesejahteraan umum, perkembangan ekonomik dapat menjadi sumber penindasan – idaman orang lebih pada “memiliki” daripada “menjadi” – dengan segelintir orang memiliki banyak dan sebagian besar orang memiliki sedikit, bahkan tidak sama sekali. “Perkembangan seutuhnya” adalah “lebih manusiawi” – mampu membawa manusia kepada hubungan yang benar dengan Allah dan makhluk ciptaan lain. Perkembangan yang benar diukur dan terarah pada kenyataan dan tujuan yang benar pribadi manusia. Dimensi ekonomis diperlukan, namun tidak dibatasi olehnya.

15 Komitmen kepada “perkembangan manusia seutuhnya dan perkembangan segenap manusia” merupakan kewajiban mendesak setiap orang. Iman kristiani menjamin tercapainya kemajuan sejati. Dan Gereja harus memperhatikan masalah perkembangan karena Gereja merupakan “tanda” dan “alat” persatuan segenap umat manusia. Individu dan bangsa-bangsa mempunyai hak atas perkembangan seutuhnya diri mereka sendiri. Gereja bekerja sama dalam upaya-upaya demi perkembangan dan mengundang anggota-anggota dari agama dan bangsa lain untuk berbuat serupa.

16 Kerjasama dalam perkembangan dari seluruh pribadi manusia dan setiap orang merupakan suatu kewajiban dari semua terhadap semua dan harus terbagi dengan “dunia-dunia” yang berbeda. “Perkembangan sejati” harus dicapai di dalam bangsa-bangsa dan di antara bangsa-bangsa dalam kerangka kesetiakawanan dan kebebasan. Perkembangan harus menghormati “mahkluk-mhkluk yang membentuk dunia alam, seperti alam, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

17 PENELAAHAN TEOLOGIS MASALAH-MASALAH MODERN
Perkembangan bersama kendala-kendalanya merupakan isu moral. Karena itu diperlukan suatu analisis religius untuk menelusuri sebab-musabab yang melampaui bidang ekonomi dan politik sampai kepada “akar kejahatan” dalam individu. Struktur dosa berakar pada dosa pribadi dan mempengaruhi perilaku dan mengganggu proses perkembangan. Dua contoh dosa pribadi adalah keinginan akan keuntungan dan kehausan akan kekuasaan. Perkembangan demi suatu “kehidupan yang lebih manusiawi” menuntut perubahan sikap, perilaku, dan pola hidup. Bilamana “interdependensi” di bidang ekonomi, budaya, politik, dan keagamaan diakui sebagai isu moral maka jawabannya adalah “solidaritas”, yaitu “suatu ketetapan hati yang kokoh dan berkanjang untuk membaktikan diri bagi kesejahteraan umum”.

18 Tanda-tanda solidaritas :
Berbagi barang-barang dan pelayanan umum. Menghormati kepentingan orang lain. Saling membantu dalam pengupayaan secara damai hak-hak asasi manusia. Memajukan persamaan internasional karena barang-barang tercipta dan hasil karya manusia diperuntukkan bagi setiap orang. Mengakui “yang lain” (pribadi atau bengsa) sebagai saudara, penolong dan pengambil bagian dalam perjamuan Allah. Perdamaian yang dicapai melalui pengalaman keadilan sosial dan internasional, persatuan, dan kerelaan berbagi. Hanya pengalaman solidaritas “manusiawi dan kristiani” yang menghasilkan penyerahan total, pengampunan dan kerukunan menurut teladan Kristus dapat menanggulangi struktur-struktur dosa dan kejahatan, sambil mencurahkan seluruh tenaga untuk perkembangan dan perdamaian. Gereja mempunyai banyak saksi untuk alasan ini.

19 BEBERAPA PEDOMAN KHUSUS
Gereja tidak mempunyai “pemecahan-pemecahan teknis” untuk ditawarkan tetapi sebagai “ahli kemanusiaan” ia memperluas misi keagamaannya ke segala bidang yang menyentuh kebahagiaan dan martabat pribadi manusia. Melaui Ajaran Sosialnya, Gereja menyediakan “prinsip-prinsip refleksi, tolok ukur penilaian, dan penuntun bertindak”. Tema-tema khusus dan pedoman (yang berkaitan dengan Gereja dewasa ini): Pilihan atau cinta yang mengutamakan kaum miskin adalah suatu kesaksian mengenai cinta kasih kristiani yang juga menuntut suatu pola hidup yang konsisten. Barang-barang di dunia ini sejak mulanya diperuntukkan bagi semua orang dan hak atas milik pribadi, kendati sah dan perlu, tidak meniadakan nilai prinsip ini.

20 Kepedulian akan kaum miskin harus diungkapkan dalam perbuatan nyata, seperti pembaruan sistem keuangan dan perdagangan internasional, tukar-menukar teknologi dan peninjauan terhadap struktur organisasi-organisasi internasional. Perkembangan menuntut “semangat berprakarsa” dari negara sedang berkembang. Solidaritas global menuntut kerelaan berkorban demi kebaikan seluruh masyarakat dunia.

21 KESIMPULAN Aspirasi kemerdekaan dari segala bentuk perbudakan adalah mulia dan sah. Kendala utama yang harus ditanggulangi adalah dosa dan struktur-struktur yang dihasilkannya akibat penggandaan dan penyebabnya. Gereja dengan gigih menegaskan kemungkinan tertanggulanginya dosa pribadi dengan rahmat ilahi dan keyakinannya akan “kebaikan” mendasar setiap pribadi dan dengan segera menghimbau agar setiap orang YAKIN akan keseriusan saat ini; MENERAPKAN ukuran-ukuran yang berinspirasikan SOLIDARITAS dan CINTA YANG MENGUTAMAKAN KAUM MISKIN. Kaum AWAM, SEBAGAI AGEN-AGEN PERDAMAIAN DAN KEADILAN mengemban tugas untuk menganimasi kenyataan-kenyataan duniawi dengan komitmen kristiani. Sri Paus menghimbau kerja sama yang lebih besar dengan sesama Kristen lain, orang-orang Yahudi dan semua penganut agama-agama besar untuk bersaksi tentang kebenaran.

22 Kita sekalian yang mengambil bagian dalam Ekaristi dipanggil untuk menemukan kembali MAKNA tindakan kita serta memiliki KOMITMEN pribadi yang mendalam dalam memajukan perkembangan dan perdamaian. Kepada Bunda Maria, Sri Paus mempercayakan “saat yang sulit” ini serta upaya-upaya demi perkembangan sejati segenap umat manusia.


Download ppt "SOLLICITUDO REI SOCIALIS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google