Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSaputra Violet Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH
CAPAIAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH JL. Piere Tendean No. 24 Semarang 1
2
DERAJAD KESEHATAN 2
3
Angka Kematian Ibu (per kelahiran hidup)
4
PENJELASAN : Angka Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup)
AKI dipengaruhi 4 terlalu yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak anak. Selain itu 3 terlambat, terlambat dalam mencapai fasilitas, terlambat mendapatkan pertolongan, dan terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Kematian ibu melahirkan biasanya akibat kondisi darurat. Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, tetapi sebagian kecil diikuti komplikasi akibat pendarahan dan kelahiran yang sulit. Komplikasi persalinan dapat menimbulkan konsekuensi sangat serius. Berbagai potensi masalah lainnya bisa dicegah apabila para ibu memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan. Meskipun AKI di Jawa Tengah sudah berada di bawah target nasional (RPJMN – 226/ kelahiran hidup), namun upaya penurunannya memerlukan perhatian yang serius.
5
Angka Kematian Bayi (0-1th)
(per 1000 kelahiran hidup)
6
PENJELASAN : Angka Kematian Bayi (0-1th) - (per 1000 kelahiran hidup)
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Penyebab kematian bayi diantaranya masalah pada neonatal seperti afiksi (sesak napas saat lahir), bayi lahir dengan berat badan rendah serta infeksi neonatus. Selain itu pneumonia, diare serta masalah gizi buruk dan gizi kurang yang biasanya mulai terjadi sejak masa kehamilan. Hal ini menyebabkan naik turunnya AKB di Jawa Tengah. AKB di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75 meskipun sudah berada di bawah target Kemenkes di Tahun 2014 sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup, namun tetap harus mendapatkan perhatian yang serius. Karena angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan khususnya di bidang kesehatan.
7
Angka Kematian Balita (0-5th)
(per 1000 kelahiran hidup)
8
PENJELASAN : Angka Kematian Balita (0-5th) - (per 1000 kelahiran hidup)
Sebagai besar diakibatkan oleh penyakit pneumonia dan penyakit ini masih belum banyak diperhatikan oleh masyarakat. Pneumonia adalah penyakit radang infeksi akut yang mengenai paru, yang menyebabkan gejala seperti batuk, demam, napas sesak dan sesak napas. Selain itu disebabkan oleh gizi buruk. Seorang anak yang terkena gizi buruk akan mempunyai sistem imun yang sangat lemah. Dari tahun angka kematian balita terus meningkat dan kesehatan telah melakukan upaya terobosan diantaranya dengan program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan melalui upaya ini menunjukan penurunan.
9
Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB)
10
PENJELASAN : Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB)
Kasus gizi buruk dari tahun relatif sama, namun pada tahun 2012 menurun. Hal ini sejalan dengan upaya pendekatan strategis maupun pendekatan taktis. Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita diantaranya pengoptimalan fungsi posyandu. Pendekatan taktis merupakan upaya antisipasi meningkatnya prevalensi balita gizi buruk serta upaya penurunannya.
11
Kesakitan DBD (IR per 100.000 penduduk)
12
PENJELASAN : Kesakitan DBD (IR per 100.000 penduduk)
Kesakitan DBD yang ditunjukan dengan Insidence Rate (IR) menggambarkan kasus DBD di masyarakat. Dari tahun mengalami penurunan kasus DBD. Ini dikarenakan jentik nyamuk aedes agypti mulai turun. Sejalan dengan penurunan kasus tersebut, menggambarkan pula Pemberantasan Nyamuk (PSN) yang dilakukan masyarakat semakin baik.
13
Kesakitan Malaria (API per 1.000 penduduk)
14
PENJELASAN : Kesakitan Malaria (API per 1.000 penduduk)
Annual Parasite Incidence (API), menrupakan indikator untuk mengetahui incidence malaria pada satu daerah tertentu. Tahun kasus malaria di Jawa Tengah mulai turun. Namun tahun mulai muncul lagi. Sebenarnya kasus malaria indegenoes mulai turun, namun sejalan dengan mobilitas penduduk tinggi terutama dari luar jawa (kasus import), kasus malaria di Jawa Tengah muncul.
15
Penemuan TB Paru (Case Detection Rate)
16
PENJELASAN : Penemuan TB Paru (Case Detection Rate)
Penemuan kasus TB Paru dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas, baik petugas di Puskesmas, Rumah Sakit maupun BKPM. Selain itu kegiatan contact trasing (pelacakan kontak) giat dilakukan petugas, sehingga penemuan kasus baru di masyarakat semakin meningkat.
17
Kesembuhan TBC Paru (Cure Rate)
18
PENJELASAN : Kesembuhan TBC Paru (Cure Rate)
Cure Rate atau Angka Kesembuhan TB merupakan angka prosentase pasien bau TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Angka Kesembuhan untuk Jawa Tegah masih di bawah angka minimal untuk pasien baru TB paru ( 85% ). Angka kesembuhan tahun mengalami peningkatan, namun tahun 2011 mengalami penurunan. Penurunan angka kesembuhan ini diantaranya banyak pasien yang putus dalam meminum obat TB (DO). Selain itu terdapat pasien TB yang risisten terhadap obat TB (MDR – Multy Drug Risistence).
19
HIV/AIDS (kasus baru)
20
PENJELASAN : HIV/AIDS (kasus baru)
Kasus HIV/AIDS dari tahun mengalami kenaikan. Hal ini menunjukan bahwa penyebarannya meluas. Penyebarannya diantaranya dipengaruhi oleh faktor risiko kasus HIV/AIDS yaitu perilaku heteroseksual; Injecting Drug Users (IDU); penularan perinatal dan homoseksual. Jumlah kasus yang sudah masuk dalam stadium AIDS lebih banyak dilaporkan dari pada yang baru terinfeksi HIV, sehingga penangan penderita HIV terlambat dilakukan. Perlu dukungan seluruh masyarakat dan kerjasama berbagai pihak untuk melakukan berbagai upaya pengendalian penyakit HIV-AIDS
21
Penemuan Penderita Baru Kusta (PB/MB)
22
PENJELASAN : Penemuan Penderita Baru Kusta (PB/MB)
Penderita kusta Multi Basilet (MB) atau kusta basah merupakan sumber penularan penyakit kusta. Penderita MB ini tidak akan menularkan kusta, apabila berobat teratur. Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB) kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Dan sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Kusta Pausi Basiler (PB), berarti mengandung sedikit basil, yakni tipe TT, BT dan I Dari data tahun penderita kusta MB cenderung meningkat, dipengaruhi oleh ketidak teraturan penderita untuk berobat.
23
Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat 2
24
PENJELASAN : Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat 2
Data penderita kusta catat tingkat 2 yang dari tahun 2008 – 2012 mengalami fluktuasi, disebabkan karena penemuan, diagnosis dan penaganan secara dini kurang. Hal tersebut disebabkan karena penderita kusta cenderung tertutup dan dikucilkan masyarakat, sehingga menimbulkan masalah sosio medis. Stigma masyarakat yang cenderung memojokan penderita kusta, mempersulit penemuan dan penanganan penderita.
25
Non Polio AFP Rate
26
PENJELASAN : Non Polio AFP Rate
Tahun 2008 – 2012 tidak ada penderita Polio di Jawa Tengah. Non Polio Acute Flaccid Paralysis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. Sedangkan kasus non polio AFP di Jawa Tengah cenderung berfluktuasi dari tahun 2008 – 2012.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.