Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehNurul Outsiderz Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN AEK NAULI
STRATEGI OPTIMALISASI LAHAN DAERAH PENYANGGA SEKITAR KAWASAN LINDUNG Oleh : WANDA KUSWANDA ALFONSUS HARIANJA BALAI PENELITIAN KEHUTANAN AEK NAULI
2
SO, BAGAIMANA MENJEMBATANI KONSERVASI & EKONOMI, DAERAH PENYANGGA
I. PENDAHULUAN Sumber Penghidupan Manusia (Oksigen, Air, Pangan dan Lahan) PERTUMBUHAN EKONOMI EKOSISTEM RUSAK SO, BAGAIMANA MENJEMBATANI KONSERVASI & EKONOMI, DAERAH PENYANGGA
3
Apa itu Kawasan Lindung dan Daerah penyangga :
Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan dan memberikan perlindungan kawasan bawahannya, seperti kawasan konservasi, sempadan sungai/DAS, kawasan rawan bencana dan lainnya. Daerah Penyangga : Kawasan berdekatan/diluar KL untuk memberikan perlindungan tambahan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Legalitas : UU No 41, 1999 Kehutanan, UU No. 5, 1990 PP No. 68, 1998 KPA dan KSA, PP No. 26, 2008 RTRWN Pengelolaan : Tanggungjawab berbagai Stakeholder Permasalahan : - Kriteria/batasan DP belum jelas, pengelolaan sulit. Partisipasi stakeholder masih sangat rendah Ekonomi masyarakat miskin Pengelolaan lahan tradisional, pendapatan kurang optimal Dampak : Tekanan terhadap KL semakin tinggi, seiring pertumbuhan masyarakatnya
4
2. Dominan Tanaman Tertentu DAERAH PENYANGGA SEMPADAN/SUB DAS ARUN,
Tujuan Pemaparan Makalah : Memberikan gambaran potensi dan strategi optimalisasi pengelolaan lahan yang diharapkan mampu menjebatani kepentingan konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan yang Dilindungi. II. LOKASI PENELITIAN 1. Tipe Lahan Beragam DAERAH PENYANGGA TN. BATANG GADIS, KAB. MANDAILING NATAL 2. Dominan Tanaman Tertentu DAERAH PENYANGGA SEMPADAN/SUB DAS ARUN, KAB. SAMOSIR
5
TERDEGRADASI DAN TERANCAM PUNAH
III. DESKRIPSI POTENSI LAHAN A. DAERAH PENYANGGA TNBG Masih memiliki hutan alam dengan keragaman jenis tumbuhan tinggi (H’> 3) Potensi Kayu dan HHBK masih tinggi Habitat jenis satwa langka dan dilindung Meliputi sekitar 70 desa PEMANFAATAN INSTAN (DITEBANG DAN DIBURU) TERDEGRADASI DAN TERANCAM PUNAH
6
Hutan alam (primer dan sekunder)
Tipe Lahan Beragam : Hutan alam (primer dan sekunder) Hutan campuran (kombinasi pohon alami dan tanaman budidaya) Kebun monokultur (karet, kayu manis, coklat, sawit dan kelapa) Kebun campuran (2 – 3 jenis tanaman) Ladang palawija dengan tanaman semusim Sawah PENGELOLAAN MASIH SEDERHANA, HASIL KURANG OPTIMAL
7
B. Daerah Penyangga di Sub DAS ARUN
Sekitar 34 % lahan terbuka (alang-alang dan penggembalaan). Topografi lahan: landai, agak curam-sangat curam Ancaman erosi lahan tinggi Sebagian berupa hutan sekunder Pengelolaan Lahan : Dominan pinus dan kopi arabika Pinus : Bantuan penghijauan, Jarak tanam: 5 x 5 m. Pemanenan sesuai dengan kebutuhan, Harga ditentukan pembeli, bentuk tegakan. Bahan bangunan dan kayu bakar. Harga jual rata-rata : Rp. 205,000/m3 Kopi Arabika: Kebun sekitar 1,404 ha tahun 2011. Bibit, dibuat sendiri atau dibeli Jarak tanam 2.5 x 2.5 m Produksi rata-rata: 1.07 ton/ha/tahun Produk biji kopi tanduk kering Harga jual rata-rata : Rp. 12,500/kg.
8
Parameter kelayakan finansial
Perbandingan Analisis Kelayakan Usaha Tani Pinus dan Kopi No Strata Parameter kelayakan finansial NPV Net B/C Ratio IRR (%) AEV (Rp/th) 1 Pinus (23 tahun) 1.1. Strata 1 (<0,5 ha) ,04 3,42 14,62 ,99 1.2. Strata 2 (0,5-1 ha) ,28 4,10 15,75 ,79 1.3. Strata 3 (> 1 ha) ,94 4,84 16,62 ,13 2 Kopi Arabika (15 tahun) 2.1. Strata 1 ,41 1,49 12,20 ,87 2.2. Strata 2 ,09 1,86 16,22 ,81 2.3. Strata 3 ,99 2,71 24,14 ,80 - Seluruh strata usaha tani pinus dan kopi layak secara finansial, keuntungan tertinggi ada pada strata 3. - Semakin luas usaha tani, maka parameter kelayakan finansial semakin baik. Hasil analisis PAM (Policy analysis matrix) : Kebijakan pemerintah saat ini dalam sistem usaha tani pinus kurang efektif (Koefisien EPC < 1), sementara untuk sistem usaha tani kopi arabika efektif (EPC > 1).
9
IV. STRATEGI OPTIMALISASI LAHAN
Penataan peruntukan/zonasi lahan untuk konservasi dan ekonomi, yaitu : a) Daerah Penyangga Utama sebagai jalur hijau untuk mendukung perlindungan KL. b) Daerah Penyangga Transisi sebagai jalur keseimbangan antara kepentingan konservasi dan pengembangan ekonomi masyarakat. Daerah Penyangga Regional sebagai jalur pengembangan peningkatan pendapatan dan PAD, lahan budidaya dikelola intensif. Perlu kebijakan pengaturan kompensasi untuk desa/pemilik lahan penyangga utama dari penyangga regional, seperti memperbaiki fasilitas umum atau lainnya sesuai kebutuhan. 2. Mempertahankan hutan alam (primer dan sekunder) Mensosialisasikan dan pemanfaatan untuk jasa lingkungan, ekowisata satwa langka dan perdagangan karbon atau retribusi sumber air.
10
3. Pemberdayaan berbagai kelembagaan
Pembentukan Badan Pengelola Multi Pihak (BPMP) Meningkatkan program koordinasi, komunikasi dan jaringan kerja Mengembangkan kapasitas dan SDM untuk optimalisasi lahan Meningkatkan pendampingan petani Membuat regulasi yang menjamin sistem usaha tani rakyat lebih kompetitif. Menjamin tidak ada monopoli harga, seperti pada kayu pinus 4. Mengembangkan pola lahan agroforestri, tidak monokultur Mengoptimalkan produksi gabungan tanaman kehutanan dan pertanian untuk memperbaiki kondisi hara, mencegah erosi dan memperbaiki kondisi lahan olahan serta menghasilkan pendapatan harian, bulanan dan tahunan.
11
Lebah hutan (Apis dorsata)
5. Mengembangkan usaha tani dengan lahan yang minimal Peternakan (sapi, kerbau atau rusa) dan perikanan (Jurung, ikan mas dan nila) b. Usaha lebah madu Lebah hutan (Apis dorsata) Foto : Aam Hasanudin
12
Pengembangan intensifikasi usaha perkebunan, seperti coklat dan kopi arabika.
Memberikan kenaikan keuntungan privat, keuntungan sosial/masyarakat, keunggulan kompetitif (kopi dengan pinus) dan keunggulan komparatif (harga produk level internasional). a. Meningkatkan program subsidi pupuk b. Memperbaiki jarak tanam, optimal 2 x 2 m c. Mencampur dengan tanaman pelindung dan sumber hara, seperti ingul, petai, sengon d. Pemangkasan cabang yang tidak perlu, meningkatkan buah 7. Kasus Sub DAS Arun Tegakan pinus dapat dipertahankan untuk kepentingan konservasi, namun perlu diberi kompensasi, seperti subsidi input (pupuk dan obat- obatan) atau bantuan teknis lainnya untuk peningkatan produktivitas (intensifikasi) usaha tani kopi arabika. Introduksi pemanenan getah pinus sebagai hasil sampingan hutan pinus tanpa menebang pohon, serta introduksi sistem multiple cropping (agroforestry) dalam budidaya kopi arabika untuk membantu kelestarian Sub DAS Arun.
13
AKU INGIN HUTAN LESTARI,
V. PENUTUP Peningkatan pengetahuan dan program penyuluhan pada masyarakat penyangga perlu menjadi prioritas lembaga terkait. 2. Strategi pada makalah ini dapat menjadi acuan bagi pengambil dan pelaksana kebijakan serta para pendamping masyarakat di daerah. AKU INGIN HUTAN LESTARI, TAPI AKU JUGA PERLU KEHIDUPAN YANG LAYAK… TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.