Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAbdillah Devita Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
Pertemuan Pertama Karakteristik SKI
2
MIND MAP SKI PERSPEKTIF ILMU PERISTIWA SEJARAH 5W1H OBJEK MATERIAL
MEANINGFUL MANUSIA KONTEKS OBJEK MATERIAL OBYEK FORMAL SISTEMATIS FILOSOFIS TEORITIS
3
Sejarah sebagai peristiwa
Kata “sejarah”berasal dari bahasa Arab, yaitu kata syajarah dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah. Dari makna etimologis ini, bisa diperoleh makna terminologis sejarah yang berarti berita atau cerita yang menggambarkan perlawanan satu kelompok dengan kelompok lainnya atau satu gagasan dengan gagasan lainnya yang terjadi dalam satu tempat dan waktu tertentu. rekonstruksi peristiwa masa lalu yang ditulis dan dilaporkan oleh orang-orang tertentu
4
Sejarah Sebagai Ilmu Ada beberapa karakteristik yang sekaligus menjadi komponen utama sejarah sebagai sebuah disiplin itu: a. Memiliki obyek material: Obyek material sejarah adalah pengetahuan atau informasi faktual mengenai peristiwa dan kejadian penting dalam kurun waktu tertentu. b. Memiliki obyek formal : Obyek formal adalah cara pendekatan dan metode yang dipakai atas obyek material yang sedemikian khas, sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu “logis,” “konsisten,” dan “efisien,” maka dihasilkanla “sistem filsafat.” Oleh karena itu, ilmu ini melahirkan filsafat sejarah atau sejarah ilmu sejarah yang lebih dikenal dengan nama historiography.
5
c. Sistematis : Hubungan antar bab dan hubungan antar sub bab pada setiap bab disusun secara kronologis, sehingga uraian secara keseluruhan bersifat diakronis (memanjang menurut alur waktu). d. Teoritis : Sejarah sebagai ilmu juga memiliki teori, yaitu teori sejarah. Selain menggunakan metode dan teori sejarah, penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menggunakan pendekatan multidimensional (interdisipliner), yaitu penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial (antropologi, sosiologi, budaya, agama, ekonomi, politik, dll.) yang relevan dengan masalah sejarah yang dipelajari. Pendekatan ilmiah itu perlu dilakukan karena tulisan sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis. Teori digunakan untuk mempertajam daya analisis, sehingga diperoleh kejelasan mengenai berbagai hal, termasuk makna peristiwa.
6
E. Filosofis: Filsafat adalah landasan berpikir untuk menegaskan kebenaran ilmu. Pemikiran filsafat, khususnya logika berpikir dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia. Oleh karena itu, sejarah sebagai ilmu juga memiliki filsafat sejarah. Perspektif filsafat itu digunakan untuk mencapai dan mengukur obyektivitas dan kebenaran sejarah.
7
Penulisan Sejarah Kebudayaan Islam
Selama ini sejarah kebudayaan Islam ditulis dengan cara kronologis. Penulisan cara seperti ini lazim dipakai untuk menuliskan kajian sejarah, karena salah satu inti utama sejarah adalah perubahan sistem sosial dalam perspektif waktu. Penulisan kronologis ini juga sebagian menunjukkan bahwa satu kejadian sejarah belakangan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa sebelumnya; atau minimal peristiwa sebelumnya bisa menjelaskan hadirnya fenomena baru dalam babak sejarah. Kronologi penulisan sejarah kebudayaan Islam yang ada masih lebih banyak berbasis pada cerita mengenai pergantian kekuasaan dan pemerintahan. Sedikit sekali ahli sejarah Islam yang menulis kejadiankejadian penting dengan basis perkembangan masyarakat dan sistem sosialnya.
8
FUNGSI SEJARAH a. Pelajaran (otoritas) Sejarah adalah pelajaran yang terbaik, karena ia menyediakan referensi yang berharga kepada seseorang untuk mengambil keputusan tanpa harus mengalaminya. Akan tetapi, sejarah tidak akan punya kesan dan makna yang kuat kalau tidak dibaca dan pelajari dengan empati, perasaan merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Oleh karena peristiwa sejarah terjadi hanya sekali (einmalig) dan tidak terulang (irreversible), maka dibutuhkan usaha kreatif untuk menampilkan makna sejarah. b. Model Sejarah bisa dijadikan model untuk menentukan sikap dan membangun masa kini dan mendatang. Terutama sejarah kebudayaan Islam masa awal, masa Nabi Muhammad Saw. bisa dijadikan paradigma membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. c. Rekreasi Ada banyak situs peninggalan purbakala yang menjadi obyek wisata, bahkan kebanyakan tempat wisata itu memang berupa tempat-tempat bersejarah. Tempat-tempat wisata sejarah, bangunan, dan barang-barangnya menjadi obyek rekreasi tersendiri bagi pengunjungnya.
9
MANFAAT SEJARAH Menumbuhkan kesadaran komunitas
Membangkitkan inspirasi Membiasakan berpikir kontekstual Mendorong berpikir kritis Meningkatkan penghargaan atas jasa masyarakat sebelumnya
10
PERTEMUAN KEDUA
11
STRATEGI PEMBELAJARAN
SEJARAH PERISTIWA ILMU BAHAN AJAR STRATEGI PEMBELAJARAN HUBUNGAN GURU-SISWA HUBUNGAN GURU-SISWA
12
Pembelajaran SKI proses pengajaran atau lebih tepatnya pembelajaran SKI harus sesuai dengan hakikat sejarah itu sendiri, yaitu bukan semata sebagai bentuk pengalaman masa lalu yang berarti, tapi juga cara bagaimana pengalaman itu ditulis dan dibentuk. Pada akhirnya wawasan sejarah seperti ini mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran sejarah.
13
Implikasi terhadap Bahan Ajar
Narasi Peta atau gambar Dokumen atau benda sejarah Tempat bersejarah (informasi berbasis IT)
14
Karakteristik Pembelajar Usia MI
1. Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).
15
2. Senang bergerak. orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
16
Anak senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
17
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentukkonsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.[2]
18
Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu
kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya, kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlukan keterampilan fisik, dan kepercayaan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan logika dan simbolis dan komunikasi orang dewasa
19
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Belajar Usia MI
1. Faktor Internal
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.