Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

1 Creative Teaching and School Management Conference Hall Lt.2 Universitas Narotama Surabaya 10 Desember 2011 By: H. Rachmadi Djoko Soemadijo, SH.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "1 Creative Teaching and School Management Conference Hall Lt.2 Universitas Narotama Surabaya 10 Desember 2011 By: H. Rachmadi Djoko Soemadijo, SH."— Transcript presentasi:

1 1 Creative Teaching and School Management Conference Hall Lt.2 Universitas Narotama Surabaya 10 Desember 2011 By: H. Rachmadi Djoko Soemadijo, SH

2 Glasser (1992) menyarankan 14 strategi Total Quality Education : 1.Merancang secara terus menerus berbagai tujuan pengembangan siswa, pegawai dan layanan pendidikan 2.Mengadopsi Ffilosofi baru, yang mengedapankan kualitas sekolah. Manajemen pendidikan harus mengabil peakarsa dalam gerakan peningkatan mutu ini. 2

3 3.Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik harus berusaha mengejar kualitas, dan menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru, orang tua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya. 4.Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas. 3

4 5.Melakukan evaluasi secara kontinu dan mencari terobosan-terobosan pengembangan system dan proses untuk meningatkan mutu dan produktivitas. 6.Para guru, staf lain dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam pengembangan mutu. 7.Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf dan siswa mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. 8.Semua staf harus merasa meraka dapat menemukan masalah dan cara pemecahannya, guru mengembangkan kerja sama dengan siswa untuk meningkatkan mutu. 4

5 9.Menghilangkan penghalang kerja sama di antara staf, guru, dan murid atau antar ketiganya. 10.Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar. 11.Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan, karena penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas. 12.Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan kebanggaan para guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya. 5

6 13.Selain dengan kebutuhan penguasaan materi baru, metode-metode atau teknik-teknik baru, maka harus disediakan program pendidikanatau pengembangan diri bagi setiap orang dalam lembaga sekolah tersebut. 14.Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas. 6

7 Pendidikan adalah jasa atau pelayanan dan bukan produksi barang. Ada 6 perbedaan jasa pelayanan dibandingkan dengan produksi barang yaitu : 1.Jasa pelayanan terjadi kontak langsung 2.Jasa harus diberikan tepat waktu 3.Jasa pelayanan tak dapat ditambal sulam 4.Jasa pelayanan berkaitan dengann masalah yang tidak kelihatan 5.Jasa pelayanan diberikan langsung kepada pelangga 6.Sangat sulit untuk mengukur keberhasilan out put 7

8 Kinerja kualitas pendidikan dapat diukur dari tingkat kepuasan pelanggan. Pelanggan pendidikan ada dua aspek yaitu : 1.Pelanggan internal: Kepsek, guru dan staf lainnya 2.Pelanggan eksternal ada 3, yaitu: a)Pelanggan eksternal primer (peserta didik) b)Pelanggan eksternal sekunder (orang tua dan pemimpin pemerintahan) c)Pelanggan eksternal tersier (pasar kerja, pemerintah dan masyarakat luas) 8

9 Elemen kunci reformasi MBS yang terdiri dari : 1.Menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan. 2.Menciptakan fokus tujuan nasional yang memerlukan perbaikan. 3.Panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada sekolah. 4.Tingkat kepemimpinan yang kuat, dukungan politik dan dukungan kepemimpinan dari atas. 5.Pembangunan kelembagaan melalui pelatihan dan dukungan kepada kepala sekolah, para guru, dan dewan sekolah adalah hal penting demi kesuksesan MBS. 6.Adanya keadilan dalam pendanaan atau pembiayaan pendidikan. 9

10 Bank Dunia (1998 : xi, 69-73) dalam laporannya mengungkapkan ada 4 (empat) hambatan kelembagaan yang mempengaruhi pencapaian mutu pendidikan dasar, yakni: • First, the organizational set up at primary level is complex because responsibilities are split among various ministries. • Second, at the junior secondary level, operations are overly centralized. • Third, budgeting for basic education is rigid and fragmented. • Finally, management is ineffective at the school level because public school principals have little autonomy in running the school or allocating resources and hence have little incentive to use resources efficiently. 10

11 Thank You


Download ppt "1 Creative Teaching and School Management Conference Hall Lt.2 Universitas Narotama Surabaya 10 Desember 2011 By: H. Rachmadi Djoko Soemadijo, SH."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google