Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Aspek Ekonomi Pengendalian Rokok di Indonesia

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Aspek Ekonomi Pengendalian Rokok di Indonesia"— Transcript presentasi:

1 Aspek Ekonomi Pengendalian Rokok di Indonesia
Abdillah Ahsan MSE. Peneliti Lembaga Demografi – FEUI Dosen FEUI Disampaikan Pada “PERTEMUAN SOSIALISASI KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TENTANG RPP PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF BERUPA PRODUK TEMBAKAU BAGI KESEHATAN‘ – Puskom-Kemkes 19 September 2012

2 Outline Jendela Peluang Bonus Demografi 2020-2030 Trend Konsumsi Rokok
Beban Konsumsi Rokok dan Kemiskinan Data dan Argumen Ekonomi Pro TC (industri rokok, pertanian tembakau dan cukai rokok) Amanat Konsitusi Tentang Pengendalian Konsumsi Rokok Penanggulangan Dampak Sosial Ekonomi

3 Angka Ketergantungan per 100 penduduk usia kerja
1971 2000 >2030 86 54 44 >50 satu (1) orang bekerja menangung hampir satu anak dua (2) orang bekerja menangung satu anak tiga(3) orang bekerja menanggung satu anak tanggungan meningkat karena pesatnya pertambahan lansia Sumber: Sri Moertiningsih Adioetomo

4 Sumber: Sri Moertiningsih Adioetomo
Bonus Demografi Perubahan struktur umur penduduk dan menurunnya beban ketergantungan (dependency ratio) memberikan peluang yang disebut bonus demografi atau demographic dividend Dikaitkan dengan munculnya suatu kesempatan, the window of opportunity yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat. Sumber: Sri Moertiningsih Adioetomo

5 The Window of Opportunity (Jendela Peluang)
The window of opportunity Indonesia akan terjadi tahun dimana Dependency Ratio mencapai titik terendah 44 per 100 Artinya, sebuah keluarga dgn 4 anggota, 3 orang bekerja hanya menanggung satu anak Tetapi akan meningkat lagi sesudah 2030 karena meningkatnya proporsi penduduk lansia Hanya terjadi satu kali dalam sejarah suatu penduduk Sumber : Sri Moertiningsih Adioetomo

6 Sumber : Sri Moertiningsih Adioetomo

7 Bonus Demografi Landasan Pertumbuhan Ekonomi, syaratnya:
Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan pendapatan per kapita apabila ada kesempatan kerja yang produktip, dan bisa menabung. Peranan perempuan: jumlah anak sedikit memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, membantu peningkatan pendapatan Tabungan rumah tangga yang diinvestasikan secara produktip Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk itu. Modal Manusia terdiri dari Pendidikan dan Kesehatan yang berkualitas Meningkatnya konsumsi rokok akan menurunkan kualitas kesehatan dan mengancam pencapaian Bonus Demografi Sumber : Sri Moertiningsih Adioetomo

8 Prevalensi merokok melonjak
1995: 27% penduduk dewasa 15+ merokok 2010: 35% penduduk dewasa merokok %Perokok Laki-laki dewasa: 1995: 53% (1 dari 2 laki-laki) 2010: 66% (2 dari 3 laki-laki) %perokok perempuan dewasa: 1995: 1.7% 2010: 4.2% Naik lebih dari 2 X lipat Sumber : Susenas 1995, 2001, dan 2004 Riskesdas 2007 dan 2010 Global Adult tobacco survey Indonesia 2011

9 Trend Produksi Rokok Meningkat
Sumber:

10 Monitor: Current Tobacco Use
Source: Global Adult Tobacco Survey, 10

11 Monitor: Tobacco Use by Gender
Source: Global Adult Tobacco Survey, 11

12 Monitor: Current Tobacco Smoking
Source: Global Adult Tobacco Survey, 12

13 Protect: Exposed to SHS at Workplace
Source: Global Adult Tobacco Survey, Note: In the past 30 days preceding the survey

14 Protect: Exposed to SHS in Homes
Source: Global Adult Tobacco Survey,

15 Offer: Desire to Quit Smoking
Note: In the next 12 months among current smokers Source: Global Adult Tobacco Survey,

16 Offer: Quit Ratios Note: Former smokers among current daily smokers
Source: Global Adult Tobacco Survey,

17 Enforce: Noticed Cigarette Marketing in Stores
Source: Global Adult Tobacco Survey, * In the past 30 days preceding the survey

18 Affordability Note: Price of 100 packs of Manufactured Cigarettes as Percentage of Per Capita GDP Source: Global Adult Tobacco Survey,

19 Pengeluaran RT Termiskin (quintile 1) perokok, Indonesia, Susenas 2003-2010
No. Jenis Pengeluaran 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rp % 1 Minuman Alkohol 487 0,13 510 0,14 710 0,16 658 0,12 732 945 1.155 0,15 1.302 2 Pajak dan Asuransi 1.108 0,29 1.099 0,31 1.965 0,45 2.097 0,39 2.567 0,43 3.001 0,41 4.279 0,55 6.260 0,72 3 Pemeliharaan Rumah 1.991 0,53 1.559 557 2.990 2.709 0,46 2.319 0,32 4.379 0,56 4.613 4 Daging 5.568 1,48 4.995 1,39 4.456 1,02 4.085 0,76 4.301 0,73 6.995 0,96 7.901 7.759 0,90 5 Barang Tahan Lama 4.904 1,30 4.878 1,36 6.250 1,43 25.775 4,77 7.076 1,20 12.507 1,72 10.538 1,35 9.809 1,13 6 Pesta dan Upacara 6.426 1,71 5.163 1,44 5.792 1,33 5.291 0,98 5.240 0,89 4.257 0,59 7.102 0,91 6.085 0,70 7 Pendidikan 3.358 3.380 0,94 8.369 1,92 5.940 1,10 7.852 11.578 1,59 15.438 1,98 16.257 1,88 8 Buah-buahan 8.636 2,30 6.495 1,81 7.044 1,62 7.037 8.250 13.728 1,89 12.119 1,56 10.924 1,26 9 Umbi-umbian 6.186 1,64 5.691 1,58 6.526 1,50 8.485 1,57 9.303 10.501 13.292 11.211 10 Bahan Makanan Lainnya 4.773 1,27 4.872 7.947 1,82 8.797 1,63 11.293 1,91 11.234 1,54 14.467 1,86 16.233 11 Kesehatan 7.355 1,96 7.344 2,04 4.953 1,14 9.055 1,67 13.290 2,24 15.928 2,19 16.647 2,14 17.470 2,02 12 Pakaian dan Alas Kaki 13.135 3,49 10.323 2,87 15.690 3,60 17.962 3,32 22.018 3,72 27.678 3,81 27.858 3,58 31.354 3,63 13 Bumbu 9.220 2,45 8.491 2,36 9.583 2,20 11.708 2,17 11.719 12.605 1,73 13.997 1,80 15.305 1,77 14 Telur dan Susu 8.119 2,16 8.769 2,44 10.866 2,49 11.219 2,08 12.081 14.405 17.355 2,23 19.437 2,25 15 Kacang 12.424 3,30 10.152 2,82 10.603 2,43 12.087 13.212 13.594 1,87 18.914 19.700 2,28 16 Makanan dan Minuman Jadi 15.022 3,99 13.967 3,88 19.179 4,40 18.095 3,35 28.163 4,76 68.850 9,47 43.780 5,63 53.186 6,15 17 Minyak dan Lemak 14.146 3,76 14.347 15.939 3,66 17.874 3,31 22.178 3,75 28.694 3,94 25.978 3,34 27.665 3,20 18 Barang dan Jasa 9.579 2,55 16.927 4,71 20.738 33.905 5,73 50.598 6,96 45.243 5,82 56.410 6,52 19 Bahan Minuman 16.711 4,44 20.455 4,69 22.642 4,19 25.669 4,34 25.838 3,55 30.437 3,91 34.151 3,95 20 Sayur-sayuran 23.209 6,17 19.984 5,56 23.267 5,34 26.087 4,82 32.145 5,43 47.497 6,53 41.774 5,37 49.127 5,68 21 Listrik, Telepon, dan gas 31.178 8,29 31.748 8,83 30.860 7,08 48.639 9,00 45.015 7,60 64.656 8,89 58.717 7,55 66.537 7,70 22 Ikan 24.687 6,56 22.888 6,36 31.281 7,18 35.783 6,62 38.225 6,46 43.177 5,94 51.504 52.368 6,06 23 Sewa 27.769 7,38 30.519 8,49 34.905 8,01 41.957 7,76 45.929 50.846 6,99 62.794 8,07 72.589 8,40 24 Rokok dan Sirih 47.295 12,58 41.777 11,62 54.752 12,56 60.670 11,22 68.123 11,51 91.931 11,82 11,91 25 Padi-padian 72.812 19,36 66.816 18,58 83.140 19,08 20,34 20,45 16,10 18,02 18,03 Total Pengeluaran 100

20 Pengeluaran RT perokok menurut Kelompok Pengeluaran, Susenas 2010
No. Jenis Pengeluaran Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Rp % 1 Minuman Alkohol 1.302 0,15 2.137 0,16 2.684 3.692 7.971 2 Pajak dan Asuransi 6.260 0,72 10.827 0,81 15.762 0,89 25.379 1,04 90.075 1,73 3 Pemeliharaan Rumah 4.613 0,53 8.819 0,66 15.292 0,86 29.628 1,22 4,68 4 Daging 7.759 0,90 16.529 1,24 27.023 1,52 44.653 1,83 97.893 1,89 5 Barang Tahan Lama 9.809 1,13 20.340 1,53 34.433 1,94 69.446 2,85 8,69 6 Pesta dan Upacara 6.085 0,70 10.160 0,76 15.342 25.657 1,05 2,77 7 Pendidikan 16.257 1,88 37.854 64.819 3,65 4,67 8,48 8 Buah-buahan 10.924 1,26 18.147 1,36 26.484 1,49 38.667 1,59 77.312 9 Umbi-umbian 11.211 1,30 14.197 1,07 15.752 17.327 0,71 20.304 0,39 10 Bahan Makanan Lainnya 16.233 25.733 33.656 1,90 43.878 1,80 63.285 11 Kesehatan 17.470 2,02 27.884 2,10 40.117 2,26 61.500 2,53 4,22 12 Pakaian dan Alas Kaki 31.354 3,63 57.047 4,29 86.326 4,86 5,29 4,92 13 Bumbu 15.305 1,77 20.085 1,51 23.548 1,33 27.474 34.227 14 Telur dan Susu 19.437 2,25 36.312 2,73 54.273 3,06 83.023 3,41 3,23 15 Kacang 19.700 2,28 24.723 1,86 28.434 1,60 33.854 1,39 44.958 0,87 16 Makanan dan Minuman Jadi 53.186 6,15 91.420 6,88 7,44 7,85 7,54 17 Minyak dan Lemak 27.665 3,20 37.215 2,80 43.542 2,45 50.919 2,09 62.365 1,20 18 Barang dan Jasa 56.410 6,52 97.510 7,33 7,82 8,32 9,01 19 Bahan Minuman 34.151 3,95 45.799 3,44 54.094 3,05 63.215 2,60 78.557 20 Sayur-sayuran 49.127 5,68 70.848 5,33 87.636 4,94 4,44 2,74 21 Listrik, Telepon, dan gas 66.537 7,70 97.849 7,36 7,41 7,59 6,96 22 Ikan 52.368 6,06 88.410 6,65 6,78 6,55 4,54 23 Sewa 72.589 8,40 8,29 8,49 8,82 8,74 24 Rokok dan Sirih 11,91 11,56 11,06 10,29 6,73 25 Padi-padian 18,03 15,49 13,29 10,80 5,65 Total Pengeluaran 100

21 Pengeluaran untuk Rokok di RT termiskin setara dengan
Rokok dan Sirih = 13 x Daging 0,90% 5 Susu & Telur 2,25% 2 Ikan 6,06% Sayur-sayuran 5,68% 6 Pendidikan 1,88% Kesehatan 2,02%

22 Kesempatan yang Hilang akibat 10 tahun Merokok
Konsumsi Rokok per Hari = 1 bungkus = Rp ,- Konsumsi Rokok per Bln = 30 bungkus = Rp Konsumsi Rokok per Thn = 365 bungkus = Rp Konsumsi Rokok per 10 thn = 3650 bungkus = Rp > (Biaya Haji, Sekolah s1 UI, DP Rumah, Renovasi Rumah, DP Mobil, Beli Motor, Modal Usaha Kecil, Franchise Makanan Ringan, dll)

23 Beban Konsumsi Rokok 2010 12,7% kematian akibat penyakit terkait dengan merokok. Laki-laki : 100,680 jiwa. Perempuan : 89,580 jiwa. Total : 190,260 jiwa Sumber : Soewarta Kosen 2012

24 Beban Konsumsi Rokok 2010 Kerugian Ekonomi akibat hilangnya waktu produktif terkait meningkatnya kematian, kesakitan dan disabilitas terkait dengan merokok Rp. 105,3 Trilliun Biaya pembelian rokok Rp. 138 Trilliun Biaya rawat inap akibat penyakit terkait merokok Rp. 1,85 Trilliun Biaya rawat jalan akibat penyakit terkait merokok Rp. 0,26 Trilliun Sumber : Soewarta Kosen 2012

25 Beban Konsumsi Rokok Total kerugian makroekonomi terkait konsumsi rokok Rp. 245,4 Trilliun Penerimaan cukai hasil tembakau 2010 : Rp. 56 Trilliun 2010 : Kerugian makroenomi terkait konsumsi rokok 4 X lebih besar dari penerimaan cukai hasil tembakau Sumber : Soewarta Kosen 2012

26 Amanat Konstitusi Tentang Pengendalian Konsumsi Rokok
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 113 (1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat Adiktif diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. (2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau Dst Pasal 114 Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan Bergambar . Pasal 115 ayat 2 Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.

27 Amanat Konstitusi Tentang Pengendalian Konsumsi Rokok
UU No. 39 tahun 2007 tentang Cukai Pasal 2 ayat 1 Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik: a. konsumsinya perlu dikendalikan; b. peredarannya perlu diawasi; c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup; atau d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan,

28 Pengalaman Australia Plain packaging means that the glamour is gone from smoking and cigarettes are now exposed for what they are: killer products that destroy thousands of Australian families. In the future, cigarette packets will serve only as a stark reminder of the devastating health effects of smoking. Let there be no mistake, big tobacco is fighting against the Government for one very simple reason—because it knows, as we do, that plain packaging will work. While it is fighting to protect its profits, we are fighting to protect lives. Pidato Menkes Australia Pada Peluncuran Plain Packaging

29 Pengalaman Thailand

30 Produksi Daun Tembakau 10 Negara Terbesar 2010
No. Negara Produksi Daun Tembakau (ribu Ton) 1 China 3,005,753 2 Brazil 780,942 3 India 755,5 4 USA 326,08 5 Malawi 215 6 Indonesia 135,7* 7 Argentina 123,3 8 Pakistan 119,323 9 Zimbabwe 109,737 10 Italy 97,2 Indonesia penghasil daun tembakau Keenam setelah Cina, Brazil, India dan Amerika Serikat dan Malawi. 2010 : Indonesia memproduksi 135,7 ribu ton daun tembakau Sumber: diakses dari pada 28 Mei 2012 dan *Statistik Perkebunan Indonesia : Tembakau, Kementerian Pertanian.

31 Produksi Daun Tembakau (ribu ton), Indonesia, 2000-2010 Menurun 33% (2009-2010 menurun 23%)
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia : Tembakau, Kementerian Pertanian.

32 Luas Lahan Tembakau (ha), Indonesia, 2000-2010 menurun 17% (2009-2010 Naik 6%)
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia : Tembakau, Kementerian Pertanian.

33 Produktivitas Pertanian Tembakau (kg/ha), Indonesia, 2000-2010 Menurun 5% (2009-2010 Menurun 12%)
Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia : Tembakau, Kementerian Pertanian.

34 Ekspor dan Impor Daun Tembakau, Indonesia 1990-2010
Tahun Impor (ton) Ekspor (ton) Produksi (ton) Konsumsi (ton) % Impor thd konsumsi 1990 26,546 17,401 156,432 147,287 18,0 1991 28,542 22,403 140,283 134,144 21,3 1992 25,108 32,365 111,655 118,912 21,1 1993 30,226 37,259 121,370 128,403 23,5 1994 40,321 30,926 130,134 120,739 33,4 1995 47,953 21,989 140,169 114,205 42,0 1996 45,060 33,240 151,025 139,205 32,4 1997 47,108 42,281 209,626 204,799 23,0 1998 23,219 49,960 105,580 132,321 17,5 1999 40,914 37,096 135,384 131,566 31,1 2000 34,248 35,957 204,329 206,038 16,6 2001 44,346 43,030 199,103 197,787 22,4 2002 33,289 42,686 192,082 201,479 16,5 2003 29,579 40,638 200,875 211,934 14,0 2004 35,171 46,463 165,108 176,400 19,9 2005 48,142 53,729 153,470 159,057 30,3 2006 54,514 146,265 145,480 37,5 2007 69,742 46,834 164,851 141,943 49,1 2008 77,302 50,269 168,037 141,004 54,8 2009 53,199 52,515 176,510 175,826 2010 65,685 57,408 135,678 127,401 51.56 % impor daun tembakau terhadap konsumsinya meningkat dari 18% di tahun 1990 menjadi 52% di tahun 2010 Setengah konsumsi tembakau Indonesia berasal dari Impor Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia : Tembakau, Kementerian Pertanian, 2011

35 Nilai Ekspor dan Impor Daun Tembakau, Indonesia 1990-2010
Tahun Nilai Ekspor US$ (000) Nilai Impor US$ (000) Nilai Net Ekspor US$ (000) 1990 58,612 41,963 16,649 1991 57,862 58,430 -568 1992 80,949 64,547 16,402 1993 66,014 76,995 -10,981 1994 53,261 100,217 -46,956 1995 61,456 104,474 -43,018 1996 84,623 134,153 -49,530 1997 104,743 157,767 -53,024 1998 147,552 108,464 39,088 1999 91,833 128,021 -36,188 2000 71,287 114,834 -43,547 2001 91,404 139,608 -48,204 2002 76,684 105,953 -29,269 2003 62,874 95,190 -32,316 2004 90,618 120,854 -30,236 2005 117,433 179,201 -61,768 2006 107,787 189,915 -82,128 2007 124,423 267,083 -142,660 2008 133,196 330,510 -197,314 2009 172,629 290,170 -117,541 2010 195,633 378,710 -183,077 Net ekspor 1990 Positif USD 16,6 Juta Net Ekspor 2010 Negatif USD 183 Juta Defisit perdagangan daun tembakau semakin parah

36 Jumlah Petani Tembakau, 1996-2010
Tahun Petani Tembakau Jumlah pekerja di sektor pertanian (000) Jumlah semua pekerja (000) % petani tembakau terhadap jumlah pekerja di sekor pertanian % petani tembakau terhadap seluruh pekerja 1996 37.72 85.701,80 1,8 0,8 1997 893.62 34.79 87.049,80 2,6 1,0 1998 39.415 87.672,40 0,5 1999 38.378 88.816,90 1,7 0,7 2000 40.667 89.837,70 1,6 2001 39.744 90.807,40 2,3 2002 40.634 91.647,2 2,0 0,9 2003 43.042 90.784,9 2004 40.608 93.722,0 2005 41.814 94.948,1 2006 512,338 42.323 95.177,1 1,2 2007 597,501 42.608 97.583,1 1,4 0,6 2008 595,653 42.689 ,8 2009 640,998 43.029 ,4 1,5 2010 689,360 42,825.81 107,405.57 0.6 1996 : 2010 : Hanya 1,6% dari keseluruhan pekerja sektor pertanian dan 0,6% dari seluruh pekerja Sumber: a) Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop Estate Statistic of Indonesia) : Tembakau, Kementerian Pertanian, 2011. b) Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia (Sakernas) , BPS, Jakarta

37 Resiko Usaha Perkebunan Tembakau
Perubahan Cuaca Tanaman tembakau sangat peka tehadap perubahan cuaca, khususnya perubahan curah hujan. curah hujan lebih basah dibanding normal (efek El Nina)  Kualitas daun tembakau akan menurun (ditandai dengan berkurangnya lelet pada daun-- daun tidak lengket jika dipegang tangan). curah hujan di bawah normal (karena kemarau panjang)  menurunkan produksi daun tembakau karena tanaman tembakau banyak yang mati.

38 Resiko Usaha Pertanian Tembakau
2. Perubahan Harga Harga tembakau yang tidak menentu karena pada saat panen penentuan kualitasnya tergantung para grader (pembeli/tengkulak) tembakau. Pembeli yang menentukan kualitas dan harga tembakau “…Belum tahu, sekarang panas (menjamin kualitas tembakau akan baik), tapi saat panen ada hujan, harga hancur. (Belum lagi) dipermainkan (harga) dengan pabrik, itu susahnya orang tani. (Indepth : Petani Kabupaten Kendal).

39 Resiko Usaha Pertanian Tembakau
3. Hama Tanaman Tanaman tembakau harus dirawat dengan “telaten” layaknya merawat bayi. Tanaman tembakau jika tidak dirawat secara intensif akan berakibat terkena hama dan akhirnya gagal panen. Tanaman tembakau harus selalu diamati karena jika petani lengah hama akan cepat berkembang dan merusak daun tembakau. 4. Turunnya Pembelian Permintaan atau pembelian tembakau bisa turun apabila persediaan daun tembakau pabrik rokok masih banyak

40 Resiko Lainnya …”di desa kami, banyak petani yang menjadi gila, ada yang siang-siang berjalan sambil membawa obor menyala, layaknya orang yang sedang memeriksa tanaman tembakau di malam hari, bahkan banyak pula yang membakar diri”… (Informan Petani Tembakau dari Sakra Barat Lombok Timur NTB). …”petani tembakau itu punya semboyan yang dikenal 4 M, yaitu bila untung, Mekah (naik haji) dan Merari (kawin lagi), tapi bila rugi Malaysia (jadi TKI) atau Masuk oven(bunuh diri)”…( Informan Petani Tembakau dari Sakra Barat Lombok Timur NTB).

41 Pamekasan Perdagangan tembakau menggunakan sistem bertingkat, yaitu dari petani, ke bandol, ke juragan, lalu ke tauke (pemilik gudang). Umumnya petani di Pamekasan menggarap sendiri tanahnya. Harga tembakau di Madura sangat fluktuatif, bahkan cenderung merugikan. Ada permainan harga, baik antar waktu maupun antar gudang.

42 Pamekasan Harga tembakau tinggi hanya pada tahun tertentu saja. Misal, harga bagus tahun 2006, namun tahun-tahun selanjutnya harga turun. Harga normal kembali pada tahun Kemungkinan harga akan jatuh lagi hingga 4 tahun mendatang. Petani tidak berdaya dengan kondisi ini. Mereka sudah melaporkannya pada pemerintah, namun tidak ada perbaikan kebijakan.

43 Pamekasan Tauke menciptakan ketergantungan bagi bandol dan ketidakberdayaan petani. Bahkan bandol dan petani sampai saling konflik Harga yang diberikan tauke dan bandol tidak manusiawi. Perkilonya kadang turun sampai 6 ribu. Padahal biaya produksi per kilonya mencapai 25 ribu. Bandol di sisi lain kadang juga menjadi korban tauke. Bandol yang merugi tidak tidak membayar uang hak petani. Akibatnya petani yang menanggung beban paling besar.

44 Sumenep Banyak petani yang beralih ke tanaman lain, misalnya, cabe jamu. Petani dan bandol sama-sama merugi. Bandol bahkan menyarankan petani agar berhenti menanam tembakau. Rendahnya harga tembakau di Sumenep disebabkan oleh permainan harga tauke, misalnya menginforkasikan harga yang tinggi saat awal masa tanam, namun menurunkan harga saat musim panen. Penentuan harga dan kualitas tembakau tidak objektif dan tidak jelas.

45 Sumenep Petani tidak bisa mengadukan pada pemerintah, karena pemerintah tidak bisa berperan dalam stabilisasi harga. Pemerintah pernah menetapkan standar minimum harga, namun tetap tidak berlaku di pasar. Harga tetap ditentukan oleh tauke gudang. Gudang bahkan mengancam akan berhenti membeli tembakau jika pengusaha rugi akibat perda harga minimum. Petani merasa bahwa tataniaga era orde lama masih lebih baik. Penyuluhan dan pengendalian harga sangat terasa bagi masyarakat. Tokoh masyarakat melihat pemerintah “takut” pada pengusaha. Pemerintah tidak pernah mempertemukan pengusaha dengan petani dalam mencapai harga yang dikesepakati.

46 Kesimpulan Harga ditentukan sepihak oleh gudang (pabrik rokok).
Pihak gudang sangat subyektif dalam menentukan kualitas tembakau. Tidak ada asosiasi/lembaga apapun yang membela kepentingan petani dari tataniaga tembakau yang memiskinkan. Petani kurang mampu melakukan perlawanan tetapi sangat mudah untuk diprovokasi. Penyakit akibat tembakau memberikan dampak menurunnya produkivitas petani.

47 Saran Mengatur kepastian dan mekanisme perlindungan dan pengawasan harga dan kualitas tembakau Kepastian hasil panen tembakau diserap oleh gudang (pabrik) atau pasar alternatif Penetapan dan penegakan aturan dan sanksi, tentang standar kualitas tembakau yang sama-sama dipahami semua pihak Menetapkan dan mengelola media informasi resmi tentang perkembangan pasar tembakau antar daerah penghasil tembakau Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya koperasi petani tembakau yang mandiri dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani tembakau sebagai pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya.

48 Rekomendasi Kebijakan
Untuk meningkatkkan kesejahteraan petani tembakau: Batasi (larang) impor daun tembakau Bantu petani tembakau yang ingin beralih usaha Bantu permodalan petani tembakau Batasi produksi rokok putih Naikkan posisi tawarnya Sistem Resi Gudang ???

49 Sumber: diolah dari tabel input-output BPS 1995, 2000, 2005 dan 2008
Kontribusi Industri Rokok, Pertanian Tembakau dan Pertanian Cengkeh terhadap Perekonomian (PDB), 1995, 2000, 2005 and 2008, INDONESIA Kode I-O Sektor 1995 2000 2005 2008 Nom. (Rp. T) % Rank 53 Perdagangan 62.645 11.71 1 13.63 11.54 10.5 52 Bangunan 35.748 6.68 3 76.573 5.61 7.19 2 8.9 25 Penambangan minyak, gas dan panas bumi 25.410 4.75 4 8.58 6.46 6.1 34 Cigarette Industry 10.419 1.95 15 21.859 1.60 19 44.784 1.56 20 73.208 1.43 22 14 Clove 0.512 0.10 61 1.322 59 1.290 0.04 62 2.423 60 11 Tobacco 0.682 0.13 0.517 1.043 64 1.834 63 Total 535 1,366 2,876 5.094 Cigarette + Tobacco + Clove 2.17 1.73 1.64 1.51 Sumber: diolah dari tabel input-output BPS 1995, 2000, 2005 dan 2008

50 Tabel 4.6 Rata-Rata Upah Nominal Per Bulan Buruh Industri Di Bawah Mandor, , Ribuan Tahun/Kuartal Tembakau / Rokok Makanan Seluruh Industri % Tembakau terhadap Makanan % Tembakau terhadap 2004/1 505,8 586,0 819,1 86,3 61,8 2004/2 492,5 609,6 853,2 80,8 57,7 2004/3 502,7 584,7 839,9 86,0 59,9 2004/4 541,4 613,3 851,8 88,3 63,6 2005/1 505,3 620,3 876,6 81,5 57,6 2005/2 632,2 667,3 911,6 94,7 69,4 2005/3 744,2 799,9 939,4 93,0 79,2 2005/4 610,7 812,9 940,0 75,1 65,0 2006/1 802,2 894,3 982,2 89,7 81,7 2006/2 740,0 922,7 993,6 80,2 74,5 2006/3 738,1 918,0 954,2 80,4 77,4 2006/4 793,1 924,4 957,4 85,8 82,8 2007/1 803,1 932,2 876,4 86,2 91,6 2007/2 739,8 926,2 906,3 79,9 81,6 2007/3 778,8 937,1 938,9 83,1 82,9 2007/4 807,6 900,7 85,9 2008/1 747,0 870,0 1093,4 68,3 2008/2 783,9 873,0 1091,0 89,8 71,9 2008/3 781,9 889,9 1098,1 87,9 71,2 2008/4 785,8 886,5 1103,4 88,6 2009/1 753,9 980,5 1134,7 76,9 66,4 2009/2 766,0 985,9 1148,6 77,7 66,7 2009/3 763,7 1000,0 1160,1 76,4 65,8 2009/4 763,6 1003,5 1172,8 76,1 65,1 2010/1 799,3 1013,4 1182,4 78,9 67,6 2010/2 911,0 1091,5 1222,2 83,5 2010/3 1146,1 1386,4 80,5 66,6 2010/4 943,3 1139,9 1386,9 68,0 Sumber: Statistik Upah , Statistik Indonesia: Rata-rata upah pekerja di industri rokok selalu lebih rendah dari rata-rata upah industri makanan dan industri secara keseluruhan

51 Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Di Perusahaan Produk Tembakau Menurut Jenis Kelamin, Tahun Laki-laki Perempuan Total (dalam orang) (dalam %) 1993 38.411 20,70 79,30 100 1994 41.193 19,07 80,90 1995 45.046 18,31 81,69 1996 43.372 19,40 80,60 1997 45.439 20,10 79,90 1998 44.793 18,80 81,20 1999 44.277 18,10 81,90 2000 43.549 17,73 82,27 2001 46.037 17,79 82,21 2002 53.227 20,06 79,94 2003 47.529 17,89 82,11 2004 49.948 19,31 80,69 2005 51.120 18,77 81,23 2006 60.325 19,03 80,97 2007 68.075 20,37 79,63 2008 30.069 7,99 92,01 2009 61.730 18,62 81,38 Sumber: BPS. Statistik Industri Sedang dan Besar Pekerja langsung di Industri rokok sedang dan besar tahun berkisar – Untuk pekerja di Industri rokok kecil diperkirakan (1500 (perkiraan jml perusahaan rokok kecil)X20 (perkiraan rata-rata pekerja per perusahaan) = Total estimasi jumlah pekerja langsung di Industri Rokok (2009) = =

52 Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau UU No. 39 Tahun 2007
Pasal 66A Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% (dua persen) yang digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal.

53 Penggunaan DBH CHT (PMK No. 20/PMK.07/2009)
Pengendalian dan pengawasan Pembinaan industri : Pendataan mesin peralatan industri Penerapan HAKI Pembentukan kawasan industri HT Pemetaan industri HT Kemitraan UKM & UB dlm pengadaan bahan baku Penerapan GMP Peningkatan kualitas bahan baku: Standarisasi kualitas bahan baku Bahan baku dengan kadar nikotin rendah Sarana laboratorium uji dan metode pengujian Penanganan panen dan pasca panen bahan baku Kelembagaan kelompok tani bahan baku industri HT 2 1 Penanganan dampak negatif Kepatuhan thd aturan Cukai dan Peningkatan Penerimaan Negara 3 Pembinaan Lingkungan Sosial: Kemampuan & ketrampilan kerja masyarakat Manajemen limbah industri HT  AMDAL Kawasan tanpa asap rokok & tempat khusus merokok Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dng penyediaan fasilitas perawatan kesehatan akibat dampak rokok penguatan sarana dan prasarana kelembagaan pelatihan bagi tenaga kerja industri hasil tembakau Penguatan ekonomi masy di lingkungan industri HT dlm rangka pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, dilaksanakan a.l. mll bantuan permodalan dan sarana produksi Sosialisasi Ketentuan : Menyampaikan ketentuan bidang cukai kpd masyarakat baik secara insidentil maupun periode waktu tertentu 4 Pemberantasan barang kena culai ilegal : pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukai palsu di peredaran atau tempat penjualan eceran pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai di peredaran atau tempat penjualan eceran 5

54 DBHCHT 2012 (PMK 46/PMK.07/2012) Kota Kediri : Rp. 45 Milliar
Kudus : Rp. 43 Miliar Pasuruan : Rp. 38 Milliar Malang : Rp. 30 Milliar Kediri : Rp. 22 Milliar Kendal : Rp. 21 Milliar Kota Malang : Rp. 20 Milliar Bojonegoro : Rp. 19 Milliar Kota Surabaya : Rp. 17 Milliar Temanggung : Rp. 15 Milliar


Download ppt "Aspek Ekonomi Pengendalian Rokok di Indonesia"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google