Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehUchiha Putrii Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN IPS Dr. Salamah, M. Pd
2
PENGERTIAN BELAJAR HILGRAD DAN BOWER
Belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. HILGRAD
3
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman.
PENGERTIAN BELAJAR CRONBACH Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. SPEARS learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
4
PENGERTIAN BELAJAR Dengan demikian belajar dapat disimpulkan merupakan sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
5
TEORI PEMBELAJARAN DISIPLIN MENTAL BEHAVIORISME TEORI PEMBELAJARAN
ANDRAGOGIK KOGNITIVISME KULTURAL HUMANISTIK
6
TEORI DISIPLIN MENTAL Berkembang sebelum abad 20 dan sampai sekarang
masih diterapkan dalam pembelajaran modern 1 Teori ini tidak dilandasi eksperimen, tetapi hanya berdasarkan pada filosofi atau spekulatif 2 3 Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan dan potensi-potensi individu 4 Dikenal dengan sebutan disiplin formal
7
TEORI DISIPLIN MENTAL Menekankan pada latihan mental,
yang diberikan dalam bentuk studi 4 1 Belajar di tekankan pada masalah penguatan atau pendisiplinan kecakapan berfikir otak , yang kemudian menghasilkan perilaku kecerdasan 2 3 Gagasan utama disiplin mental adalah pada otak atau pikiran, yang dianggap sebagai benda nonfisik, terbaring tidak aktif hingga ia dilatih
8
TEORI DISIPLIN MENTAL PROSES (Latihan secara terus menerus) KECERDASAN
9
PENDAPAT PLATO Pandangan filsafatnya yaitu tentang idealisme yang melukiskan pikiran dan jiwa yang bersifat dasar bagi segala sesuatu yang ada. Idealisme hanyalah ide murni yang ada di dalam fikiran, karena pengetahuan orang berasal dari idea yang ada sejak kelahirannya. Belajar dilukiskan sebagai pengembangan olah fikiran yang bersifat keturunan. Kepercayaa ini kemudian dikenal sebagai konsep “disiplin mental”.
10
PENDAPAT J.J. ROESSEAU Menggangap anak memiliki potensi- potensi yang masih terpendam, melalui belajar, anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri
11
TEORI DISIPLIN MENTAL TEORI DISIPLIN MENTAL KELEMAHAN
Apabila teori belajar disiplin mental dilaksanakan secara dominan tanpa memperhitungan unsur psikologi, pikiran siswa menjadi terbebani dan tidak mampu mengikuti pembelajaran secara maksimal. KELEBIHAN Siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara bertahap dan terus menerus
12
TOKOH-TOKOH TEORI DISIPLIN MENTAL
Aristoteles J.J. Roesseau Plato Johan Friedrick Herbart Christian Wolff
13
TEORI BEHAVIORISME 1 2 3 4 Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari perilaku individu Salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu dan memandang manusia sebagai produk lingkungan. Lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmani, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Memandang manusia sebagai produk lingkungan Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organism sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional, atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Teori Behaviorisme, yang menekankan pada "hasil" dari proses belajar. Disini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar.
14
KONSEKUENSI PERUBAHAN PERILAKU
MENYENANGKAN Penguat (Reinforcer) Memperkuat konsekuensi perilaku. Akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan hal yang serupa. TIDAK MENYENANGKAN Hukuman (Punisher) Melemahkan konsekuensi perilaku. Akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan hal yang serupa. Disini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan lingungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Hal ini akan memberikan efek positif terhadap perilaku selanjutnya, sehingga kesalahan yang sama tidak akan dilakukan lagi oleh siswa. Penguat dan hukuman yang diberikan bermaksud untuk merubah perilaku. Penguat dan hukuman sebaiknya yang dilakukan segera mungkin akan lebih baik, karena akan memberi pengaruh positif terhadap perilaku selanjutnya.
15
CIRI-CIRI TEORI BEHAVIORISME
Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil. Menekankan peranan lingkungan. Mementingkan pembentukkan reaksi atau respon. Menekankan pentingnya latihan. Bersifat mekanistis. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006). Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng, 2006).
16
KELEBIHAN TEORI BEHAVIORISME
Membiasakan guru bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar. Cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa Cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa ,suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
17
KELEBIHAN TEORI BEHAVIORISME
Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian- bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.
18
KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISME
Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa. yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
19
KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISME
Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.
20
TOKOH-TOKOH TEORI BEHAVIORISME
E.L. Thorndike B.F. Skinner Ivan Pavlov Thomas Watson Albert Bandura Edwin Guthrie
21
TEORI KOGNITIVISME 1 Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman. lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri 2 Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. 3 Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa. Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambung menyambung, dan menyeluruh. Asumsi dasar teori ini adalah, bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa. Dalam perkembangannya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitivisme, yaitu Teori Perkembangan Piaget, Teori Kognitif Bruner, dan Teori Bermakna Ausubel.
22
CIRI-CIRI TEORI KOGNITIVISME
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia. Mementingkan keseluruhan daripada bagian- bagian. Mementingkan peranan kognitif. Mementingkan kondisi waktu sekarang. Mengutamakan pengertian dan pemahaman. Teori Kognitivisme, menekankan pada "proses" belajar.
23
PENDAPAT JEAN PIAGET Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya
24
PENDAPAT BRUNNER Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya (free discovery learning).
25
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI KOGNITIVISME
KELEMAHAN: Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas. KELEBIHAN: Siswa lebih kreatif dan mandiri. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
26
TOKOH-TOKOH TEORI KOGNITIVISME
Jean Piaget Ausubel Brunner Gestalt
27
TEORI HUMANISTIK 1 2 3 Suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia dan peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Poses belajar dikatakan berhasil jika siswa dapat memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya. Teori Humanistik, menekankan pada "isi' atau "apa yang dipelajari".
28
PRINSIP TEORI HUMANISTIK
Manusia mempunyai belajar alami. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan siswa mempuyai relevansi dengan maksud tertentu. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya. Tugas belajar yang mengancam diri akan lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
29
PRINSIP TEORI HUMANISTIK
Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
30
PENDAPAT ATHUR W COMBS Memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu lingkaran kecil dan lingkaran besar.
31
PENDAPAT CARL ROGERS Yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memper prinsip pendidikan dan pembelajaran serta jumlah.
32
TOKOH TEORI HUMANISTIK
Athur W Combs Abraham Maslow Carl Rogers
33
TEORI KULTURAL Pendidikan dan kebudayaan memiliki
keterkaitan yang sangat erat. . Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan dan hanya dapat terlaksana dalam suatu komunitas masyarakat. TEORI KULTURAL Kebudayaan merupakan suatu proses pemanusiaan. Didalam kehidupan berbudaya terjadi perubahan perkembangan dan motifasi. Intelegensi manusia berasal dari masyarakat.
34
Lingkungan yang baik akan memberi pengaruh dan hasil yang baik pula
TEORI KULTURAL TEORI KULTURAL KEKURANGAN Lingkungan yang kurang mendukung akan berpengaruh dan memberi hasil yang kurang baik pula KELEBIHAN Lingkungan yang baik akan memberi pengaruh dan hasil yang baik pula
35
TOKOH TEORI KULTURAL Edward Burnett Tylor
36
TEORI ANDRAGOGI Proses pembelajaran untuk orang dewasa.
Yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri, bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajar sesuatu ( Learner Centered Training /Teaghing ). Proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar.
37
4 POKOK ASUMSI TEORI MALCOLM KNOWLES
TEORI ANDRAGOGI 4 POKOK ASUMSI TEORI MALCOLM KNOWLES Konsep Diri Peranan Pengalaman Kesiapan Belajar Orientasi Belajar
38
4 POKOK ASUMSI TEORI MALCOLM KNOWLES
Konsep Diri Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Peranan Pengalaman Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
39
Kesiapan Belajar Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Orientasi Belajar Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.
40
TOKOH TEORI ANDRAGOGI Malcolm Knowles
41
SUMBER Drs. H. Baharuddin, M.PdI, dan Esa Nur Wahyuni, M.Pd, T2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Ar-Ruzz Media. Prof. Dr. Saidjiharjo, Modul Pengembangan IPS Terpadu. Teori Belajar, Bambang S. dan Lukman, Teori Belajar Andragogi, Supri Hartanto, 4 November 2010, Implementasi Teori Belajar Disiplin Mental Dalam Pembelajaran Ips, disiplin-mental-dalam-pembelajaran-ips/ Teori–Teori Belajar, belajar-2/Januari 28, 2009, 7:40 am Filed under: Uncategorized
42
Thank for your attantion !
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.