Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
DIGITAL DIVIDE
2
Berbagai keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi ICT secara baik, dan oleh karena itu Indonesia terancam digital divide yang semakin tertinggal terhadap negara-negara maju. Kesenjangan prasarana dan sarana ICT antara kota dan pedesaan, juga memperlebar jurang perbedaan sehingga terjadi pula digital devide di dalam negara kita sendiri.
3
Indonesia perlu menyambut komitmen dan inisiatif berbagai lembaga internasional, kelompok negara, atau negara-negara lain secara sendiri-sendiri dalam meningkatkan kerja sama yang lebih erat dalam penyediaan sumber daya pembiayaan, dukungan teknis, dan sumber daya lain untuk membantu Indonesia sebagai negara berkembang mengatasi digital divide.
4
Dengan kenyataan tersebut, pemerintah dengan ini menyatakan komitmen untuk melaksanakan kebijakan serta melakukan langkah-langkah dalam bentuk program aksi yang dapat secara nyata mengatasi digital divide, dengan arah pengembangan sebagai yang dimaksud dalam isi kerangka kebijakan ini.
5
· Namun pada kenyataannya, dalam kondisi pasar yang sangat efisien pun banyak kelompok sosial dan wilayah di Indonesia yangtidak terjanagkau oleh jaringan informasi komersial. tanpa berbagai bentuk intervensi, ancaman digital divide antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan serta antara "yang mempunyai" dan "yang tidak mempunyai" akses ke jaringan informasi, akan semakin nyata. Untuk mengatasi kendala tersebut pemerintah, baik pusat maupun daearah, harus mengembangkan pola kemitraan dan kerjasama dengan sektor swasta untuk memaksimalkan pendayagunaan jaringan dunia usaha nasional yang tersebar di seluruh wilayah negara, serta menerapkan berbagai kebijakan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengatasi kesenjangan antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan menyediakan pelayanan yang layak bagi semua masyarakat.
6
· Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital divide. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan Wartel dan Warnet, yang dikaitkan dengan upaya memperluas jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan e-commerce bagi usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. Dengan demikian akan terbentuk Balai-balai Informasi Masyarakat (BIM) sesuai dengan konsep Community Tele Center (CTC) yang dinilai masyarakat dunia sebagai salah satu cara yang patut dikembangkan untuk mengatasi digital divide. Untuk melayani lokasi-lokasi yang tidak terjangkau oleh Wartel dan Warnet, pemerintah akan mengembangkan berbagai program serta insentif agar BIM atau CTC dapat tumbuh dan berkembang juga di daerah tersebut.
7
US Department of Commerce dalam laporannya “The Emerging Digital Economy” Mei 1998 menyatakan bahwa internet memerlukan waktu hanya 4 tahun untuk mencapai 50 juta pengguna, dibanding 13 tahun untuk televisi, 16 tahun untuk komputer, 38 tahun untuk radio serta 74 tahun untuk telepon. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat telah membuka peluang baru seperti e-commerce, e-payment, e-government, bahkan kaitannya dengan negara, telah beberapa kali diperkenalkan istilah e-Asean atau e-Indonesia.
8
Kenyataan memperlihatkan, disatu sisi sejumlah negara berhasil memanfaatkan teknologi informasi ini untuk meningkatkan ekonominya, dan sisi lainnya sejumlah negara tidak/kurang berhasil memanfaatkannya, dan bahkan telah memperlebar jarak antara negara kaya dan miskin. Hal ini dikenal dengan istilah “the digital divide”. Pertanyaannya adalah, mengapa revolusi yang sama, memberikan hasil yang berbeda disatu negara dan lainnya?
9
Dengan demikian pertanyaannya adalah, bagaimana langkah pemanfaatan dan pengembangan teknologi Informasi harus dijalankan secara sistematis di Indonesia, sehingga ancaman “digital divide” yang sedang dialami oleh banyak negara berkembang, dapat di-antisipasi oleh Indonesia dengan menjadikannya suatu peluang/tantangan yang dikenal sebagai “the digital opportunity”. Dalam hal ini kita perlu mengingat bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang luas dengan aneka ragam kondisi, budaya dan tingkat kehidupan dari satu daerah ke daerah lainnya, sehingga pemanfaatan teknologi informasi untuk daerah ataupun sektor satu dengan lainnya tidak dapat dengan begitu saja disama ratakan pendekatannya. Setiap daerah ataupun sektor akan memiliki “road map” tertentu dalam perkembangannya memanfaatkan teknologi informasi.
10
Mari kita ciutkan konteks digital divide tersebut ke masing-masing individu saja. Apakah Anda memiliki ponsel lebih dari satu? Berapa banyak kuping Anda? Sesering apa Anda berganti ponsel terbaru? Sudah saatnya diganti atau "kemakan" iklan? Gadget apa yang Anda miliki? Butuh atau sekedar gaya? Jangan lupa, isu digital divide pun kini telah diramu sedemikian rupa oleh para vendor TI yang menjajakan produk-produk personal. Sehingga, kita akan sangat mudah dibuat yakin, bahwa jika tidak menggunakan suatu produk tertentu, maka kita akan ketinggalan jaman, kuno, gaptek kita menjadi sumber malapetaka terjadinya digital divide. Saking hebatnya mereka berjualan, sampai-sampai kita tidak sempat berpikir panjang lagi untuk membeli produk TI, entah butuh ataupun tidak. Pokoknya, ngetren bo! Dasar, digital divide gombal!
11
Digital Literacy
12
Era digital memaksa Depdiknas meluncurkan program melek komputer bagi seluruh masyarakat. Untuk mencapainya, pendidikan nonformal, termasuk program kesetaraan akan dibekali kemampuan komputer. ”Pemerintah bertekad untuk mewujudkan komputer atau digital literacy pada masyarakat,” ujar Mendiknas Bambang Sudibyo pada acara penyerahan sertifikat Approved Test Center (ATC) International Computer Driving License kepada sejumlah unit pelaksana teknis/daerah Pendidikan Nonformal di Jakarta kemarin.
13
Program literasi (melek) komputer merupakan kebijakan revitalisasi Pendidikan Nonformal yang sedang digalakan pemerintah. Melalui kebijakan ini, disiapkan progam pendidikan kecakapan hidup di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
14
Program literasi komputer akan disinergikan dengan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan. Dengan begitu, yang melek komputer tidak hanya mereka yang mengenyak pendidikan formal. Tapi juga warga masyarakat yang ikut program kesetaraan seperti Paket A, Paket B, dan Paket C.
15
”Agar program ini sukses perlu dilakukan kampanye, advokasi, dan promosi literasi komputer pada sasaran yang lebih luas. ”Kalangan pendidikan pesantren, pendidikan formal maupun lembaga pendidikan pelatihan pada umumnya baik negeri maupun swasta harus menjadi bagian dari program literasi computer ini,”
16
Information literacy
17
Information Literacy Class ( :08:27 ) Di awal semester ini, murid kelas 7 mendapatkan bekal bagaimana mencari informasi secara lebih efektif dan efisien melalui Information Literacy Class yang diintegrasikan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Ekonomi. Hal ini dilakukan karena pada kedua pelajaran tersebut di atas, murid akan membutuhkan ketrampilan untuk mencari, menilai dan menyajikan informasi yang telah mereka telusuri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Diharapkan guru pada mata pelajaran lain akan segera menyusul untuk menerapkan langkah-langkah penelusaran informasi dalam memberikan tugas kepada murid agar murid Alkausar bebas dari 'buta infromasi'.
18
Optimisme mengenai diterapkannya e-Business di Indonesia masih cukup besar, hanya saja mungkin percepatannya tidak setinggi yang terjadi di negara-negara lain karena masih rendahnya “human development index” masyarakat Indonesia. Faktor ini secara langsung mempengaruhi pula tingkat kepedulian terhadap pentingnya informasi (information literacy) di kalangan masyarakat sehingga ketika TI diperkenalkan, sambutannya tidak “seheboh” di negara lain yang tingkat “information literacy”-nya sudah cukup tinggi.
19
Pendidikan era digital:
20
Teknologi multimedia dan teknologi Internet merupakan dua teknologi yang semakin mendominasi setiap aspek kehidupan manusia masa kini termasuklah dalam bidang pendidikan. Pendidikan era digital memerlukan seseorang pendidik yang mampu serta berkemahiran untuk memanfaatkan teknologi tersebut dengan bijak bagi menghasilkan proses P&P yang lebih berkesan. Kursus ini akan memperkenalkan golongan pendidik kepada konsep dan asas pembangunan objek pembelajaran digital bukan sahaja dari aspek bagaimana ianya dihasilkan tetapi juga mengapa ianya dihasilkan dan bagaimana ianya boleh digunakan dalam meningkatkan keberkesanan proses P&P.
21
Menjelaskan konsep dan asas penggunaan teknologi multimedia dan internet dalam P&P.
Membincangkan aspek teori dan amalan berkaitan pengajaran menggunakan teknologi. Menguasai prinsip dan teknik dalam menghasilkan pelbagai objek pembelajaran digital yang memanfaatkan teknologi multimedia dan teknologi Internet. Merekabentuk dan membangunkan pelbagai objek pembelajaran digital bagi tujuan P&P menggunakan perisian Macromedia Flash.
22
Konsep dan asas penggunaan teknologi multimedia dan Internet dalam P&P
Merekabentuk dan membangunkan objek pembelajaran digital bagi tujuan P&P Menggunakan objek pembelajaran digital bagi tujuan P&P. Mengintegrasikan objek pembelajaran digital ke dalam sistem pengurusan e-Pembelajaran.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.