Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ANALISIS BIAYA PROYEK 1 BESARAN-BESARN FISIK TEKNOLOGIS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ANALISIS BIAYA PROYEK 1 BESARAN-BESARN FISIK TEKNOLOGIS"— Transcript presentasi:

1 ANALISIS BIAYA PROYEK 1 BESARAN-BESARN FISIK TEKNOLOGIS
1. Luasan lantai kotor (gross) Luas lantai bangunan sangat tergantung dari program bangunan yang tergantung pula pad jenis proyek. Lagi pula lokasi dan bentuk tanah turut menentukan luas lantai yang dapat dibangun. Dan akhirnya bentuk denah untuk sesuatu jenis proyek menentukan pula luas lantai yang dapat dicapai. Jadi dalm praktek harus diadakan suatu studi kasus mengenai suatu efek finansiil yang dixcapai suatu bentuk denah dengan luas lantai tertentu. 2. Luas lantai bersih (netto) Luas lantai bersih ialah jumlah lantai yang dibatasi oleh dinding/kulit luar gedung yang beratap (covered-area), termasuk ruang-ruang dalam tanah (basement) dikurangi luas lantau untuk inti gedung. 3. Luas lantai netto perorang Luas lantai netto perorang besarnya tergantung jenis gedung di suatu negara. Suatu luas ini diperlukan untuk menentukan populasi gedung dalam perhityungan jumlah lift, jadi tidak untuk perancangan interior gedung. Menurut pengalaman, luas lantai netto perorang untuk gedung : Flat : 3m2 / orang kantor : 4m2 / orang hotel : 5m2 / orang (juga rumah sakit) 1

2 Makin mahal harga tanah , makin tinggi orang membangun. Peraturan kota
menentukan batas persentase luas tanah yang boleh dibangun sama dengan yang disebut dengan kepadatan bangunan (building density), Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Malahan juga perbandingan luas lantai bangunan terhadap luas tanah ( floor area ratio), Koefisien Lantai Bangunan(KLB). Batasan-batasan tersebut sangat mempengaruhi efek financial suatu proyek. Kepadatan bangunan tergantung dari lokasi tanah, Negara dan waktu. Di pusat kota, New York misalnya, kepadatan bangunan bisa mendekati 100%. 9. Perbandingan luas lantai total terhadap luas tanha (floor area ratio), Koefisien Lantai Bangunan(KLB) Perbandingan ini sangat tergantung tinggi banginan ekonomis (economic building height) dan peraturan tata kota yang didasarkan pertimbangan- pertimbangan makro perkotaan dan ekonomi perkotaan/urban economic. 10. Faktor beban puncak lift (peak load factor) Bebasn puncak lift ditentukan secara empiris dan tergantung jenis gedung dan lokasi gedung di suatu Negara. Untuk Indonesia menurut pengamatan dan pengalaman penulis adalah sebagai berikut: 1. Perkantoran % 2. Perhotelan % 3. Flat % 11. Waktu perjalanan bolak=balik elevator (round trip time) Waktu ini dalah waktu yang diperlukan untuk lift berjalan bolak-balik dari lantai terbawah hingga terbatas dalam suatu zone, termasuk waktu berhenti, penumpang keluar masuk lift dan pintu membuka dan menutup di setiap lantai tingkat. Secara pendekatan perinciannya adalah sebagai berikut : 1. Penumpang masuk lift di lantai dasar ,5 m detik 2. Pinti lift menutup danlantai dasar detik 3. Pinti lift membuka dan menutup di setiap lantai tingkat (n-1) 2 detik 3

3 kerja 5 waktu 75mh h/s 75ms kgm/detik (ms) HP 
jumlah lift total. Tinggi 1 zone sekitar 20 lantai. Pembagian dalam zone juga berkaitan dengan posisi ruang-ruang mesin /mekanikal. 15. Waktu menunggu elevator (interval, waiting time) Kesabaran orang menunggu lift tergantung kota dan negara dimana gedung itu berada. Orang=orang di kota kurang sabar di bandingkan dengan orang-orang di kota kecil. Untuk proyek perkantoran diperhitunggkan waktu menunggu 30 detik, flat sekitar 60 detik. Sambil menunggu lift orang dapat berkomunikasi sosial. Waktu menunggu sama dengan waktu bolak-balik lift dibagi jumlah lift. 16. Tenaga / Energi Listrik Suatu gedung memerlukan tenaga listrik untuk penerangan, AC, ventilasi, sound sisitem, pengamatan bangunan dan sirkulasi vertikal. Makin tinggi gedung, makin tinggi pula tenaga listrik yang diperlukan untuk sirkulasi vertikal. Dalam masa krisis energi orang berusaha menghemat enersi dengan membatasi pula tinggi gedung. Energi yang diperlukan lift dengan kapasitas (m) dan kecepatan (s) meter/detik dalah sama dengan energi potensial lift berikut muatannya dalam gerakannya di suatu zone. Tenaga listrik yang diperlukanhanyalah untuk mengerek muatan lift saja, sebab lift dalam keadaan kosong sudah dibuat seimbang oleh bandul ( counter weight) lift. Jika 1 (satu) orang berikut barang bawaanya diperhitungkan 75 kg dan kapasitas lift (m) orang, maka aenergi potensialnya setinggi (h) meter (tinggi lantai ke lantai ) adalah (75mh) kgm. Ini ditempuh dalam waktu h/s detik kerja waktu 75mh h/s 75ms kgm/detik (ms) HP Daya  1HP = 0,746 KW. Jadi daya E = (0,746 ms)KW. Contoh: Suatu lift dengan kapasitas m=15 orang dan kecepatan rata-rata s= 1m/detik, mmemrlukan tenag listrik sebesar E = (0,746 x 15 x 1 ) KW E = 11,2 KW Dari rumus tersebut ternyata bahwa makin besar kecepatan lift makin besar pula tenaga listrik yang diperlukan. Jadi untuk menghemat energi, pilihan kecepatan lift secukupnya waktu menunggu yang wajar. 5


Download ppt "ANALISIS BIAYA PROYEK 1 BESARAN-BESARN FISIK TEKNOLOGIS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google