Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Metode Berpikir Ilmiah
Seri Teknik Penulisan Ilmiah 2 Universitas Ciputra
2
Kemampuan menalar Untuk menyampaikan ungkapan atau suatu tulisan ilmiah, seseorang itu perlu mempunyai kemampuan menalar. Terdapat beberapa prinsip penalaran berkaitan dengan penalaran ilmiah Melalui proses penalaran ilmiah akan dihasilkan asumsi, hipotesis, teori dan formulasi untuk mencapai simpulan
3
Prinsip penalaran: Principium indetitatis yang menyatakan bahwa sesuatu itu hanya identik dengan diri sendiri Principium contradictionis yang menyatakan bahwa suatu gejala tidak mungkin sekaligus merupakan gejala itu sendiri dan bukan gejala itu pada waktu yang sama Principium exclusi tertii yang menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga. Segala seuatu itu harus positif dan negatif
4
Principium rationis suficientis bahwa segala sesuatu itu selalu ada sebabnya, dikenal sebagai prinsip sebab akibat Principium individuationis merupakan penegasan dari principium identitatis.
5
Keperluan unsur dasar untuk penalaran adalah data sebagai fakta.
Seseorang yang menalar akan perlu memiliki pengetahuan tentang data. Data yang ada perlu dipilah menurut kriteria analisis tertentu.
6
Penalaran deduktif Penalaran deduktif dilakukan atas pertimbangan dan dasar menurut prinsip tertentu, kaidah ataupun teori yang berlaku umum kepada sesuatu yang khusus. Deduksi tidak menghasilkan kaidah yang baru ataupun terobosan penting dalam ilmu pengetahuan.
7
Upaya penalaran deduktif dengan menarik simpulan adalah didasarkan pada premis, yaitu pernyataan dasar, yang memberi simpulannya sebagaimana terkandung dalam premis tersebut (ada premis mayor dan premis minor) Simpulan yang dicapai dengan penalaran deduktif sudah dibatasi pada kaidah awalnya, yang dengan demikian simpulan itu adalah benar selama kaidah yang digunakan adalah benar.
8
Ada dua cara untuk menarik simpulan dengan penalaran deduktif yaitu:
Menarik simpulan langsung dari satu premis yang dilakukan melalui konversi (perubahan dari satu sistem pengetahuan ke sistem yang lain), obversi (metode berpikir langsung untuk mencari kebenaran baru berdasarkan keputusan yang telah ada), dan kontraposisi, (berdasarkan posisi dalam menarik simpulan dari satu premis) Menarik simpulan tak langsung dengan cara silogisma (kategorial, hipotesis dan alternatif)
9
Penalaran Induktif Penalaran induktif merupakan penalaran untuk sampai pada suatu keputusan yang berawal dari data khusus yang dikembangkan menjadi kesimpulan umum yang mampu dikembangkan menjadi kesimpulan umum yang mampu menjelaskan hubungan antara faktor-faktor yang diamati itu
10
Proses induksi adalah:
Generalisasi Analogi Hubungan sebab akibat
11
Penalaran induktif lebih berperan dalam ilmu pengetahuan karena penalaran tersebut dapat membuka peluang untuk menghasilkan teori atau teori-teori yang baru. Generalisasi merupakan proses penalaran yang menyandarkan pada pernyataan tertentu untuk memperoleh sejumlah gejala yang dianggap serupa.
12
Suatu simpulan dianggap sahih apabila memenuhi syarat bahwa, informasi atau data: memadai, mewakili keseluruhan, sedangkan pengecualian gejala harus dianggap sebagai keanekaragaman data. Analogi adalah proses penalaran didasarkan pada cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat-sifat yang sama.
13
Logika Tata cara atau disebut logika formal (seperti telah dicetuskan oleh Aristoteles) merupakan landasan dan arah dari perkembangan ilmiah. Manusia itu lahir dengan kemampuan berpikir
14
Pengetahuan yang mendasar tentang logika formal itu dapat menambah cara berpikir yang efisien dan merupakan kaji ulang, baik tentang pemikirannya sendiri maupun dan tentang pemikiran orang lain. Logika adalah cara berpikir ilmiah menurut konsekuensi rasional itu
15
Fungsi logika Hakekat logika adalah teknik berpikir yang tujuannya ialah untuk menjelaskan isi atau komprehensi dan luasnya atau eksistensi dari suatu istilah ataupun pengertian melalui batasan yang tajam dan tepat
16
Berpikir akan selalu menggunakan kata-kata yaitu kata-kata yang berkaitan satu sama lainnya dengan suatu tujuan yang tertentu. Logika itu selalu ada yang ada kaitannya dengan penggunaan kata atau bahasa.
17
Logika menunjukkan suatu ketepatan berpikir dan fungsi logika itu barulah timbul manakala mengemukakan sesuatu yang dikaitkan dengan sesuatu lagi, atau paling sedikit ada dua dari sesuatu yang dikemukakan nilainya untuk kemudian disimpulkan.
18
Penilaian tepat tidak hanya tampak dari tatanan dan bentuk bahasa saja
Penilaian tepat tidak hanya tampak dari tatanan dan bentuk bahasa saja. Tetapi terletak pada isi dari penilaian tersebut. Penilaian tepat adalah penelitian yang pada mana antara unsur-unsurnya diletakkan menurut hubungan yang tepat. Penilaian itu tepat bilamana penilaian itu tidak keliru. Penilaian itu keliru bilamana terdapat (1) kontradiksi antara penilaian dengan pengertian, (2) penilaian itu bertentangan dengan pengalaman
19
Alur Pemikiran Kebenaran dari suatu penilaian ditegakkan atas beberapa landasan. Suatu penilaian itu merupakan hasil sintetik dari jalan, alur atau proses pemikiran yang tidak diucapkan, yang dalam hal ini mengantarkan tentang kesadaran akan sumber-sumber dan nilai-nilai keabsahan itu
20
Evidensi, deduksi dan induksi
Evidensi atau evidence adalah tanda, bukti, kenyataan atau kesaksian, merupakan ciri pokok dan mutlak dari kebenaran yang memiliki fungsi lebih mendasar dari induksi dan deduksi, karena tugas untuk mencari kebenaran dari induksi dan deduksi itu turut dijamin oleh evidensi.
21
Evidensi menonjolkan diri, sedangkan pengertian hanya mampu menerima yang bersifat tampak atau intuitif. Deduksi merupakan tata kerja dari perkembangan rohaniah yang matang atau penghargaan dari induksi barulah muncul ketika cara deduksi telah cukup mencapai kemenangan.
22
Induksi mengandung kesukaran yang sebenarnya tak dapat diatasi
Induksi mengandung kesukaran yang sebenarnya tak dapat diatasi. Induksi pada hakekatnya selalu tidak sempurna, karena itu tak mungkin selalu pasti dan benar. Induksi dalam hal ini sama dengan hipotesis, karena itu induksi harus diartikan pada anggapan pendahuluan tidak akan terdapat sesuatu yang baru, yang bertentangan dengan penilaiannya
23
Kekeliruan cara berpikir
1. Petito principii : kekeliruan terjadi ketika cara berpikir tertentu digunakan sebagai tanggapan pendahuluan pada sesuatu yang dianggap sudah dengan sendirinya benar, dan untuk seterusnya menarik kesimpulan bahwa apa yang disimpulkan itu seakan-akan mutlak, yang karena itu melupakan bahwa dalam logika tidak terdapat aksioma-aksioma seperti dalam matematika.
24
Contoh: Karena manusia adalah makhluk Tuhan Maka Tuhan itu harus ada
25
2. Lingkaran fisicus : kekeliruan akan terjadi ketika suatu penilaian itu dibuktikan yang berdasarkan pada kekuatan pembuktian yang berasal dari penilaian lain yang dasar pembuktiannya itu tergantung kepada pembuktian yang pertama. Bentuk kekeliruan yang terjadi dua kali sehingga membentuk lingkaran
26
3. Quaternio terminorum suatu kekeliruan bisa terjadi dari bentuk yang sederhana dan tampak kasar itu, seperti contoh kekeliruan cara berpikir: Sinar matahari menerangi alam Wajahnya bersinar Karena itu wajahnya menerangi alam
27
Metabasis eis allo genos
Kekeliruan karena terjadi peralihan dari satu bidang pada bidang lain. Ia paling bijaksana, karena itu ia adalah yang paling baik
28
5. Loncatan dari analogi ke identitas
Suatu loncatan pemikiran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak dapat diawasi atau dikontrol. Dengan demikian sesuatu pemikiran yang pada hakekatnya itu tidak mungkin dilakukan hendak dijadikan secara mutlak agar masuk akal ialah loncatan.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.