Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
HUKUM LAUT INTERNASIONAL Preview
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA Dhiana Puspitawati, SH, LLM, PhD Pictured by: Kresno Buntoro
2
DHIANA P WARDANA, SH, LLM, PhD
DOSEN TETAP FH UHT KETUA FKK-M UHT LAW OF THE SEA AND MARITIME LAW SPECIALIST DOSEN LB UB Pendidikan S1 : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA S2 : LAW FACULTY MONASH UNIVERSITY AUSTRALIA S3 : LAW SCHOOL, BEL FACULTY THE UNIVERSITY OF QUEENSLAND AUSTRALIA DIPL. IN SHIPPING, BI NORWAY-UWM CURRICULUM VITAE
3
LETAK HUKUM LAUT INTERNASIONAL
Salah satu cabang Hukum Internasional Karakteristik Hukum Internasional Sumber Hukum Internasional Subyek Hukum Internasional Prinsip-prinsip dalam Hukum Perjanjian Internasional
4
RUANG LINGKUP KELAUTAN VS. KEMARITIMAN
Hukum Laut vs. Hukum Maritim
5
SEJARAH HUKUM LAUT INTERNASIONAL
Klaim negara2 atas wilayah laut (Hugo de Grotius, John Selden, Bynkershoek) Kendala: Yurisdiksi vs. hak pemanfaatan SDA laut (Mc. Dougal: 1960) UNCLOS I (4 Konvensi), II (nothing) dan III (UNCLOS 1982/LOSC/KHL 1982) Evolusi zona-zona maritim UNCLOS III: Sovereignty dan Resources
6
Zona Mariitim menurut KHL 1982
Continental Shelf Exclusive Economic Zone Territorial Waters Contiguous Zones Baseline 12 Nm 24 Nm 200 Nm Air space Upper limits are Unspecified Internal Waters EEZ Air Space International Air Space EEZ Superjacent Waters High Seas Territorial Sea Contiguous Zones 12 Nm Deep Seabed Outer Continental Shelf EEZ (air space, superjacent waters and seabed) 188 Nm Legal Continental Shelf (Continental Margin) Baseline
7
BASELINES (Garis Dasar/Garis Pangkal)
Dari mana zona-zona maritim tsb. Diukur? Bentuk Geografis Negara: Coastal State Archipelagic State (mid-ocean archipelago and coastal archipelago) Land-Locked State Geographically disadvantaged state
8
Coastal archipelago
9
Mid-Ocean archipelago
11
BENTUK BASELINE NORMAL BASELINES STRAIGHT BASELINES
ARCHIPELAGIC BASELINES
12
NORMAL BASELINES
13
ARCHIPELAGIC BASELINES
14
PERAIRAN PEDALAMAN Dasar hukum: Pasal 8 UNCLOS 19182
Wilayah Perairan di sebelah dalam garis pangkal, kecuali dalam hal negara kepulauan Kedaulatan negara pantai – identik dengan kedaulatan yang dimiliki di wilayah daratan – surface, middle dan bottom -- termasuk eksplorasi SDL Konsekuensinya tidak boleh ada hak lintas kapal asing
15
PERAIRAN KEPULAUAN Dasar Hukum: Pasal 49 UNCLOS 1982
Kedaulatan negara kepulauan diperpanjang sampai wilayah perairan disebelah dalam garis pangkal kepulauan (archipelagic baselines) yang disebut ARCHIPELAGIC WATERS (Perairan Kepulauan) – meliputi wilayah perairan, wil. udara diatasnya dan dasar laut serta sumber daya laut yang terkandung didalamnya – baik di middle maupun bottom. AKAN TETAPI……
16
PERAIRAN KEPULAUAN Kedaulatan Negara Kepulauan --TIDAK TAK TERBATAS
Dibatasi oleh Hak Lintas Kapal Asing Hak Lintas Damai Hak Lintas ALK
17
Dasar Hukum: Bagian II Pasal 2 UNCLOS 1982
LAUT TERITORIAL Dasar Hukum: Bagian II Pasal 2 UNCLOS 1982 Kedaulatan negara berpantai maupun negara kepulauan diperpanjang sampai 12 mil laut diukur dari garis dasar – laut teritorial meliputi wilayah perairan, wil. udara diatasnya dan dasar laut serta sumber daya laut yang terkandung didalamnya – baik di middle maupun bottom Dibatasi oleh Hak Lintas Damai Bagian III UNCLOS 1982
18
ZONA TAMBAHAN IS A ZONE OF SEA CONTIGUOUS TO AND SEAWARD OF THE TERRITORIAL SEA IN WHICH STATES HAVE LIMITED POWERS FOR THE ENFORCEMENT OF CUSTOMS, FISCAL, SANITARY AND IMMIGRATION LAWS
19
LEGAL STATUS OF CZ LOSC: CZ is part of ZEE
TSC 1958: CZ is part of High Seas LOSC: inclusion of both enforcement and legislative jurisdiction – dalam hal2 ttt
20
ZEE Merupakan wilayah perairan disebelah luar laut teritorial Lebar ZEE: 200 mil laut diukur dari garis pangkal Tidak ada kewajiabn u/ klaim ZEE
21
KEDAULATAN NEGARA PANTAI/KEPULAUAN DI ZEE
Hanya Hak Berdaulat (Sovereign Right) bukan Kedaulatan (Sovereignty) Hak Berdauat dalam hubungannya dengan eksplorasi dan eksploitasi SDL baik hayati maupun non-hayati Dasar Hukum: Bagian V UNCLOS 1982
22
HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA PANTAI DI ZEE
Living and Non-Living resources Other economic resources (ps. 56 LOSC) Construction of artificial islands and installations Marine scientific research Pollution control
23
HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA LAIN DI ZEE
Navigation Overflight Laying of submarine cables and pipelines
24
PENGERTIAN CONTINENTAL SHELF (LANDAS KONTINEN) Part VI, Pasal 76 KHL 1982
The continental shelf of a coastal state comprises the sea-bed and subsoil of the submarine areas that extend beyond its territorial sea throughout the natural prolongation of its land territory to the outer edge of the continental margin, or to a distance of 200 nautical miles from the baselines from which the breadth of territorial sea is measured where the outer edge of the continental margin does not extend up to that distance
25
SEAWARD LIMIT OF CS Biasanya 200 mil laut dari baselines (di bawah ZEE) Akan tetapi karena CS berhubungan dengan geografis dasar laut mungkin saja kontinental slope yg membentuk suatu kontinental shelf melebihi dari 200 meter Hal tsb diperbolehkan asalnya tidak melebihi 350 mil laut dari baselines
26
LEGAL STATUS OF CS – Article 78 LOSC
The right of coastal state over its CS does not affect the legal status of the superjacent waters or of the airspace above the waters The exercise of the rights of the coastal state over the continental shelf must not infringe or result in any unjustifiable interference with navigation and other rights and freedoms of other states as provided for in this convention
27
LAUT INDONESIA BUKTI KEBAHARIAN INDONESIA
1. ADANYA 10 RELIEF KAPAL LAYAR YANG TERPAHAT DI CANDI BOROBUDUR (ABAD 7 DAN 8) 2. KERAJAAN SRIWIJAYA (683 – 1030) 3. KERAJAAN SINGASARI DAN MAJAPAHIT (1923 – 1978) 4. BANYAKNYA PELAUT ULUNG (BUGIS, WAJO, BANTEN, MADURA, AMBON, TERNATE/TIDORE, SANGIR TALAUD, RIAU/MELAYU) Penjelajah Bahari – Robert Dick-Read
28
KELAUTAN DAN PERIKANAN
POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN pulau (9.634 blm bernama, berpenduduk) km garis pantai (WRI,2001) dan 5,8 juta km2 laut 80 % industri dan 75 % kota besar berada di wil pesisir Potensi jasa kelautan berupa : transportasi laut, industri maritim BMKT Energi alternatif (ombak,angin) Perikanan tangkap 6,817 Juta ton ikan (2005) Potensi lahan budidaya Ha (2005) Dari 60 Cekungan Migas Indonesia, 70% berada di laut Cadangan Minyak Bumi 9,1 Milyar Barel di laut Sumber: Prof. Dr. Ir. M syamsul Maarif, M.Eng, Memupuk Jiwa Bahari: Membangun Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
29
KEUNGGULAN KELAUTAN INDONESIA
WILAYAH KEPULAUAN JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL KEANEKARAGAMAN HAYATI POSISI GEOTECHTONIC VARIASI IKLIM DAN DINAMIKA OSEANOGRAFI Sumber: Prof. Dr. Ir. M syamsul Maarif, M.Eng, Memupuk Jiwa Bahari: Membangun Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
30
HUKUM LAUT NASIONAL Jaman Belanda – Grotius – The Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (Kringen Ordonantie 1939) 3 mil masing2 pulau Kemerdekaan – tidak sesuai 1958 Deklarasi Djuanda (Unilateral Declaration/pernyataan sepihak) – leading to UNCLOS I UU No. 4/Prp/1960 – leading to UNCLOS II Indonesia sbg Leading Proponent atas Konsep Negara Kepulauan
31
INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN
Mempunyai karakteristik tersendiri dalam menarik zona-zona maritimnya Mengikat pulau-pulaunya dalam satu kesatuan melalui garis dasar kepulauan – archipelagic baselines, dari garis inilah zona2 maritim ditarik Tonggak Sejarah : TZMKO 1939 UNCLOS I 1958 UNCLOS II 1960 UNCLOS III – UNCLOS 1982/LOSC – Diakuinya prinsip negara kepulauan (Archipelagic States) bukan Islands States) – Bagian IV UNCLOS 1982 Deklarasi Djuanda 1957 UU No. 17/1985
32
NEGARA KEPULAUAN (ARCHIPELAGIC STATE)
Archipelago – bahasa Italia ‘archi’, artinya chief or the most important; dan ‘pelago’ artinya sea/pool – the most important sea Beberapa ahli mendefinisikan archipelago sebagai ‘an expanse of water with many scattered islands or a group of islands’; an ‘island-studded sea’; or a ‘sea interspersed with many islands’ – lebih banyak wilayah perairan dibanding wilayah daratan – Indonesia 2:1 Kriteria Negara dapat disebut sebagai negara kepulauan menurut UNCLOS (Pasal 46 UNCLOS 1982)
34
Wilayah Perairan Indonesia
WIL PERAIRAN : KM² Laut Territorial : KM² Perairan Kepulauan : KM² ZEE : KM² JML BASE POINT : 184 BUAH PANJ BASE LINE : KM JML PULAU : PULAU GRS PANTAI : KM
35
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.