Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehOzzy Rusdiansyah Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
Cap Go Meh 元宵节 (Yuan Xiao Jie) Lantern Festival
3
Pengantar Meskipun Imlek 2563 telah lewat, tapi baik untuk diketahui dan diingat. Khususnya buat anak2 dan cucu2 supaya budaya kita orang Tionghoa tidak hilang Nama kerennya: Ketahanan budaya. Orang Tionghoa boleh memeluk agama apapun dan tinggal dimanapun. Tetapi kalau dia tidak tahu budayanya sendiri, itu sangat menyedihkan dan memalukan sekaligus. Hua Qiao sudah berbeda dengan mereka yang tinggal di negeri asal. Sekalipun begitu, jika Anda berkunjung kesana, pastilah orang disana akan menyambut Anda dalam bahasa Mandarin atau dialeknya masing2. Mereka tidak bertanya dahulu Anda beragama apa. Yang mereka lihat adalah bahwa Anda seperti mereka juga: orang Tionghoa. Hal ini sudah saya alami sendiri.
5
Belum lama berselang, tempat2 peribadatan di Tiongkok ditinggalkan orang karena paham komunis yang menyatakan bahwa agama adalah racun bagi rakyat. Oleh Pengawal Revolusi selama revolusi kebudayaan, tempat2 peribadatan banyak yang dirusak. Sekarang, pemerintah di Tiongkok mengeluarkan dana dan mengumpulkan para ahli untuk memperbaiki tempat2 peribadatan itu agar kembali seperti keadaan asal. Untuk apa? Demi ketahanan budaya rakyatnya! Kini, Imlek dirayakan diseluruh penjuru dunia. Teman2 sekolah saya yang kini tinggal di AS dan benua Eropa, semuanya bersaksi bahwa kini disana sudah ada barongsai dan liong. Padahal, waktu saya tinggal Belanda, barongsai dan liong tidak ada. Tambur kebangkitan budaya Tionghoa telah dipukul dan gemanya berkumandang keseluruh dunia....! Budiarto Widjaja (Oei Bing Tik / Ruan Ming De 阮明德)
6
Josh Chen – Global Citizen
Serba Serbi Cap Go Meh Thursday, 2 February 2012 Josh Chen – Global Citizen Rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek akan ditutup dengan Cap Go Meh, yang tahun ini jatuh pada hari Senin tanggal 6 Februari Kata Cap Go Meh sudah begitu akrab di telinga masyarakat Indonesia. Ada juga yang disebut dengan Lontong Cap Go Meh yang sudah jadi trade mark salah satu nama kuliner Nusantara. Apa sebenarnya Cap Go Meh? Kenapa disebut Cap Go Meh? Di tempat asalnya di Tiongkok, tidak dikenal sebutan Cap Go Meh, lazim disebut Yuan Xiao Jie (???, baca: yuen siau cie). Ini adalah penutup dari seluruh rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek (baca:Rangkaian dan Makna Perayaan Imlek,
7
yaitu hari ke 14 yaitu Cia Gwe Cap Go (zheng yue shi wu, ????, baca ceng yue se u). Yuan Xiao Jie adalah bulan purnama pertama dalam penanggalan Imlek (baca: Serba-serbi Tahun Baru Imlek, Dalam lafal Hokkian disebut dengan Goan Siau, yang artinya sama dengan Yuan Xiao. Yuan Xiao Jie sering juga disebut dengan Shang Yuanjie (???). Bagaimana asal usul Yuan Xiao Jie? Hasil dari berdiskusi dengan Mea yang sekarang sedang menempuh studi di negeri asal Cap Go Meh ini, menurutnya ada beberapa versi: Perayaan Yuan Xiaojie ini selalu ditandai dengan pemasangan lampion, makan ronde/yuanxiao (??), main tebak-tebakan, ke luar rumah untuk melihat bulan, dan makan bersama seluruh anggota keluarga. Yuan Xiaojie sudah dilaksanakan di Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Ada beberapa versi seputar sejarah Yuan Xiaojie. Versi: Yang pertama yaitu pada masa pemerintahan Raja Mingdi yang saat itu mulai tertarik dengan ajaran Buddha. Raja mendengar bahwa dalam agama Buddha setiap malam bulan purnama adalah malam penghormatan terhadap Sang Buddha. Salah satu cara untuk menghormati Sang Buddha adalah dengan memasang lampion. Maka diapun memerintahkan setiap keluarga untuk memasang lampion di rumah masing-masing setiap malam bulan purnama. Pada masa pemerintahan Raja Hanwen, ditetapkan bahwa pemasangan lampion cukup dilakukan di malam purnama di bulan pertama saja.
8
Karena malam purnama pertama di tahun baru ini sebagai suatu lambang keoptimisan, menyongsong hari depan yang lebih baik. (Wikipedia) Versi kedua, bahwa tradisi pemasangan lampion ini berasal dari Daoism, yaitu ajaran tentang ‘3 unsur utama’, yaitu malam purnama di bulan pertama merupakan bulan naik yang melambangkan unsur ketuhanan, purnama di bulan ke-7 adalah bulan pertengahan yang melambangkan unsur bumi, dan purnama di bulan ke-10 merupakan bulan turun yang mewakili unsur kemanusiaan. Oleh sebab itu di setiap purnama di 3 waktu itu harus memasang lampion. Maksudnya untuk menghormati ketiga unsur terpenting itu.
9
Seiring dengan perkembangan jaman, Yuan Xiaojie mengalami perubahan
Seiring dengan perkembangan jaman, Yuan Xiaojie mengalami perubahan. Pada dinasti Han cukup menggantung lampion selama 1 hari, masuk dinasti Tang diperpanjang menjadi 3 hari, kemudian pada dinasti Song menjadi 5 hari, sampai masuk dinasti Ming pemasangan lampion dimulai sejak hari ke-8 (lunar calendar) sampai hari ke-17 (10 hari). Beragam bentuk lampion digantung di setiap sudut kota maupun rumah-rumah penduduk. Tidak hanya lampion, berbagai kegiatan lain pun diselenggarakan. Bahkan pada dinasti Qing ditambah dengan tarian Naga, Barongsai, dan kegiatan lainnya. Jadilah hari raya ini semakin meriah. Yang paling menarik dan paling ditunggu-tunggu muda-mudi adalah acara tebak-tebakan. Setiap orang membawa satu lampion dan di lampion itu sudah ditempeli dengan kertas yang berisi teka-teki (biasanya 4 huruf). Yang wanita memberikan tebakan kepada yang pria dan sebaliknya. Kalau masing-masing bisa menebak dengan benar, bisa langsung nge-date lho. Maksudnya untuk mencari pasangan yang tingkat kepintarannya seperti yang diinginkan si pemilik teka-teki. (Wikipedia) Mengenai tradisi makan ronde, tak lain untuk melambangkan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Pada Yuan Xiaojie ini semua berkumpul di rumah yang tertua untuk makan ronde yang disebut ‘tangtuan’ (汤团), ‘tang’ artinya soup, sedangkan ‘tuan’ artinya berkumpul. Jadi, Yuan Xiaojie juga sangat penting karena dengan adanya hari besar ini, meski berada jauh dari sanak keluarga, diusahakan untuk pulang, berkumpul bersama.
11
Dari yang saya pelajari, versi yang menurut saya paling menarik adalah versi ketiga:
Di era Han Wudi (156 BC – 87BC), jaman dinasti Han ada seorang wanita yang bernama Yuan Xiao. Dia datang dari desa yang jauh dan bekerja di istana sebagai salah seorang dayang-dayang salah satu concubines sang kaisar. Bekerja di istana tentu saja ada ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Salah satunya adalah tidak mungkin mudik ketika Tahun Baru Imlek datang. Yuan Xiao sudah beberapa tahun tidak menjenguk orangtuanya dan merasa dia adalah anak yang tidak berbakti sehingga membuatnya sedih dan putus asa. Tak terasa Tahun Baru Imlek menjelang dan malam tahun baru serta hari pertama Tahun Baru Imlek sudah datang dan tetap saja si Yuan Xiao tidak bisa pulang. Masa itu filial piety atau bakti kepada orangtua merupakan salah satu nilai hidup tertinggi, salah satu wujudnya adalah pulang menjenguk orangtua ketika Tahun Baru Imlek. Saking putus asanya dia berpikir hendak mengakhiri hidupnya sendiri dengan melompat ke dalam sebuah sumur di belakang istana. Umur pendek belum berpihak kepadanya. Sewaktu dia hendak melompat sambil menangis tersedu, salah seorang penasehat Sang Kaisar yang bernama Dong Fangsu lewat dan mencegahnya melompat sambil menanyakan si gadis sedang mengalami masalah apa sampai harus mengakhiri hidupnya seperti itu. Yuan Xiao menceritakan seluruhnya dan si Penasehat berjanji akan memikirkan satu cara agar si Yuan Xiao bisa bertemu dengan orangtuanya.
13
Si Penasehat kemudian menyamar menjadi tukang nujum di pasar di kotapraja. Dia menggelar lapak nujumnya dan mulai menggembar-gemborkan ramalannya bahwa nanti tanggal 15 bulan 1 di kotapraja akan terjadi kebakaran hebat karena Dewa Api akan turun ke bumi mengendarai kuda hitamnya. Kabar tsb menyebar dengan cepat dan sampai ke telinga Sang Kaisar. Tentu saja kaisar kuatir sekali mendengar kabar tsb. Dipanggillah Sang Penasehat untuk menanyakan pendapatnya. Menggunakan kesempatan tsb, si Dong Fangsu pura-pura menerawang dan menghitung-hitung dan akhirnya menyarankan bahwa seluruh rakyat harus menggantungkan lampion berwarna merah di jalanan, jembatan, pintu-pintu rumah dan seluruh kota dihias dengan lampion merah pada tanggal 15. Kemudian juga menyuruh keluarga-keluarga membuat makanan terbuat dari tepung ketan yang dimakan dengan kuah manis untuk mencegah malapetaka dan menolak bala. (Wikipedia) Sang Kaisar mengumumkannya dan seluruh negeri dengan sukacita menyiapkan “tolak bala” yang diperintahkan kaisar. Tepat tanggal 15 bulan 1 (penanggalan Imlek), seluruh negeri merah menyala penuh lautan lampion dan suara petasan, keluarga-keluarga membuat ronde dan menyantapnya bersama keluarga. Diharapkan Dewa Api akan lewat begitu saja karena menyaksikan dari langit kota-kota seakan seperti dalam kobaran api. Kotapraja dibuka pintunya dan rakyat dari tempat-tempat yang jauh juga mendatangi kotapraja menyaksikan kemeriahan yang ada.
15
Salah satu dari rakyat yang mendatangi kotapraja adalah orangtua si Yuan Xiao. Bertemulah mereka dan Yuan Xiao tidak jadi mengakhiri hidupnya. Sang Kaisar sangat senang bahwa ritual tolak bala tsb berhasil, kotapraja tidak jadi terbakar, kemudian mengumumkan bahwa untuk seterusnya tanggal 15 bulan 1 seluruh negeri menyalakan lampion dan membuat ronde. Cap Go Meh di Indonesia Itu tadi merupakan beberapa versi asli asal usul tradisi perayaan hari ke 15 setelah Tahun Baru Imlek. Sebutan Cap Go Meh sendiri lebih dikenal di Indonesia daripada di tempat mana pun di dunia. Istilah ini kemudian dikenal juga di Malaysia dan juga di Singapore. Cap Go Meh sendiri sebenarnya adalah penamaan yang salah kaprah yang mungkin sudah beratus tahun sehingga menjadi benar karena tradisi. Cap go meh artinya adalah “malam ke 15” (十五夜) yaitu tanggal 15 bulan pertama, yang disebut dalam dialek Hokkian “cia gwe cap go”. Perayaan ini merupakan puncak perayaan sekaligus penutup dari serangkaian perayaan Imlek. Di Indonesia sendiri, sejak dulu kalo orang lebih kenal dengan sebutan Cap Go Meh daripada sebutan lain walaupun dalam versi aslinya. Perayaan Cap Go Meh di kota-kota besar di Indonesia kembali marak sejak era keterbukaan 10 tahun belakangan ini. Perayaan Cap Go Meh pernah mencapai masa keemasan yang dirayakan segenap lapisan masyarakat, suku dan agama terjadi di tahun
17
Menurut penuturan Papa saya, perayaan Cap Go Meh di Semarang selalu meriah dan merupakan saat yang dinanti-nanti semua orang. Arak-arakan dari berbagai kelenteng di daerah Pecinan, akan memenuhi jalanan, beriringan dengan kemeriahan suara mercon alias petasan, tabuhan khas atraksi barongsai dan naga, berbaur menyatu di mana-mana. Masing-masing kota di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam merayakan Cap Go Meh ini. Di Jawa terutama, dikenal dengan menyajikan hidangan khas lontong cap go meh. Sementara di Kalimantan, ada acara besar-besaran termasuk atraksi Tatung. Di Medan juga lain lagi, sembahyang di kelenteng mendominasi kegiatan di malam Cap Go Meh ini. Jejak langkah imigran pertama dari Tiongkok diperkirakan sekitar 1400’an di Nusantara ini. Laksamana Cheng Ho yang membawa pasukan perdamaian menurut catatan sejarah singgah ke berbagai kota di Indonesia ada sebanyak 7 kali. Referensi mulai dari yang ilmiah sampai yang fiksi sejarah Remy Sylado: Sam Po Kong, menunjukkan bahwa asimilasi pendatang dan penduduk asli sudah berjalan dengan mulus tanpa adanya paksaan, tanpa adanya “program pembauran”, tanpa adanya politik dsb. Perayaan Imlek mulai dikenal penduduk setempat, yang jelas merasa sebagai sesuatu yang benar-benar baru, aneh, dan menyenangkan. Adaptasi berjalan dengan cepat. Selayaknya pendatang, mereka juga memperkenalkan segala jenis budaya, pengajaran, makanan, dan pengetahuan lain seiring dengan pembelajaran mereka sendiri dengan kebiasaan setempat.
19
Termasuk rangkaian dalam setahun menurut penanggalan Imlek diperkenalkan dan disesuaikan dengan kebiasaan penduduk setempat. Mulai dari hari pertama Sincia atau Imlek, yang aslinya dari China adalah perayaan menyambut musim semi (春节), tapi karena di negeri tropis yang tidak akan pernah mengalami “winter”, nama chun jie (baca: juen cie, menyambut musim semi) tidak pernah dikenal dalam menyebut perayaan Tahun Baru Imlek. Yang dikenal adalah “Imlek” atau “Sincia”. Demikian juga dengan penutup rangkaian perayaan tahun baru Imlek ini yang di tempat asalnya disebut dengan Yuan Xiao Jie (元宵节, baca: yuen siau cie) tidak pernah dikenal di Indonesia, karena pemaknaan yang sedikit berbeda, apalagi tidak akan pernah dikenal dengan nama Shang Yuan Jie (上元节, baca: shang yuen cie). Apalagi lidah orang lokal dan imigran yang sudah membaur mungkin sulit mengucapkannya baik dalam versi asli Yuang Xiao atau dialek Hokkian, Goan Siau. Untuk menyederhanakan sebutan, di kemudian hari kemudian disebut dengan Cap Go Meh, yang diambil dari dialek Hokkian, yang artinya “malam ke 15” alias malam bulan purnama menurut penanggalan Imlek. Sederhana, gampang diingat dan mudah dipahami oleh semua orang, dibanding dengan sarat dan dalamnya makna serta cerita di belakang nama “resmi” Yuan Xiao Jie.
21
Josh Chen – Global Citizen
Sembahyang Ronde Josh Chen – Global Citizen Tuesday, 22 December 2009 Di China kuno, perayaan ini dirayakan dengan berkumpulnya seluruh keluarga besar, dan mereka akan membuat satu makanan yang disebut dengan tang yuan (汤圆, pinyin: tang yuan, baca dang yuen), yang artinya kurang lebih adalah kuah ronde. Dalam bentuk aslinya di China, pembuatan ronde ini adalah dengan tepung ketan yang kemudian dibulat-bulat, dan diberi warna. Tentu saja warna-warna cerah mendominasi bulatan ketan itu. Putih, merah, hijau cerah, kuning banyak mendominasi bulatan-bulatan ronde. Ronde ini disajikan dalam kuah manis dan kadang kaldu daging. Seiring berjalannya waktu, modifikasi ronde juga berkembang, dengan diisi kacang tanah cincang, wijen, tau sa alias kacang hitam, dsb.
22
Ronde dibuat dengan tepung ketan dan air saja, tidak menggunakan gula sama sekali dan tanpa ragi/baking soda sekalipun. Makna dari ronde yang terbuat dari tepung ketan yang lengket adalah untuk merekatkan kekerabatan serta mempererat hubungan antar keluarga. Dari kata tang yang mirip bunyinya dengan tuan (团, pinyin: tuan, baca duan) yang artinya berkumpul atau lebih tepatnya dalam bahasa Jawa RAGEM, sementara yuan artinya bulat. Secara keseluruhan tang yuan menyiratkan tuan yuan (团圆, baca family reunion, alias kerageman keluarga). Sekali lagi silang budaya di sini menunjukkan perannya. Di tempat asal di China ronde yang dihidangkan dengan kuah manis atau kaldu daging, di Indonesia kebanyakan keluarga membuat kuah ronde dengan jahe dan gula, sehingga lebih tepat disebut dengan wedang ronde, gabungan kompak dan harmonis antara rasa manis gula, pedas dan hangat dari jahe, serta kekenyalan ronde dan isinya yang mak nyus. Wedang ronde Indonesia tidak akan dijumpai di belahan bumi manapun juga, karena asimilasi budaya Chinese dengan budaya Nusantara tepatnya budaya Jawa yang kental. Membahas sembahyangan ronde ini menjadikan ingatan melayang ke sekitar 25 tahun lalu. Masih banyak tukang ronde pikulan keliling di jalan-jalan kota Semarang. Pikulan kecil dengan stoples-stoples kaca berisi kuah kental jahe dan gula beserta ronde-ronde yang ukurannya lebih besar dari ronde bikinan rumahan. Ronde-ronde itu ada yang bersaput wijen, ada yang isinya kacang tanah cincang, ada yang isinya gula jawa, atau tau sa (kacang hitam).
23
Lontong Cap Go Meh Seperti disebutkan di atas, perayaan Cap Go Meh di Jawa dikenal dengan hidangan lontong cap go meh. Apa saja lontong cap go meh versi lengkap untuk perayaan Cap Go Meh ini?
24
Lontong Menurut dugaan saya, lontong menggantikan sajian ‘resmi’ di negeri asalnya yaitu yuanxiao alias ronde. Melambangkan bulan purnama yang bulat bundar, melambangkan kebulatan dan kebersihan hati dari warna putih yang dihasilkan dari bahannya. Yang tidak jelas adalah entah kapan sajian ini menggantikan sajian ‘resmi’ aslinya. Ayam Opor Dari warnanya jelas terlihat kuning. Sebenarnya opor di Jawa terdiri dari 2 macam, opor putih dan opor kuning. Opor putih di sini lebih banyak diminati oleh kalangan emak-emak (sebutan), yaitu para wanita Tionghoa yang sudah membaur dengan kebiasaan setempat mengenakan baju kurung (bukan kebaya) dan sarung selayaknya penduduk setempat. Sementara opor kuning, biasa dimasak oleh penduduk asli dengan menambahkan kunyit, dengan alasan ‘luwih ayu’ (lebih cantik), tidak pucat dan lebih menyehatkan badan karena kunyit sebagai penyeimbang santan. Seperti diketahui bahwa fungsi kunyit sangat baik untuk kesehatan tubuh. Makna warna kuning diasosiasikan dengan emas, yang berkonotasi kemakmuran dan kemakmuran. Saya pribadi lebih suka opor kuning, yang memang terlihat lebih cantik dan rasanya lebih ‘sedep’.
27
Sambel Goreng Ati Ampela Warna merah mencorong sambel goreng ati ampela dengan jelas menyiratkan warna wajib perayaan Imlek dan segala sesuatu yang dipercaya oleh orang Tionghoa, warna keberuntungan, kebaikan, dsb. Jelas sekali bahwa makanan ini adalah lintas budaya asimilasi yang melebur total karena jelas di China tidak ada masakan seperti ini, dan mayoritas masyarakatnya tidak meyukai pedas, apalagi masakan dengan banyak rempah dengan rasa dan aroma yang tajam seperti sambel goreng. Terkecuali beberapa wilayah di China yang memang akrab dengan pedas, seperti Sichuan, dan itupun tidak menggunakan santan dan rempah seperti masakan khas ini. Telor Pindang Jelas juga bahwa telor di manapun juga melambangkan rejeki, murah rejeki, kemakmuran, harapan baik, segala sesuatu yang baik. Pemasakan telor pindang ini juga khas Indonesia, lebih spesifik lagi di Jawa, dengan daun jati atau rempah lain yang menghasilkan telor pindang nikmat yang gempi (apa ya bahasa Indonesia’nya?). Pembuatan telor pindang dari satu tempat ke tempat lain di seluruh Indonesia berbeda-beda, masing-masing dengan versi dan bumbunya sendiri.
30
Lodeh Terong atau Labu Ini pelengkap dari hidangan ini semua, warna putih, dengan labu atau terong sebagai sayurnya, melambangkan harapan baik juga, labu atau terong, suatu harapan dan cita-cita yang baik, warna putih yang menyiratkan lembaran baru di tahun yang baru. Perbedaan terong dan labu hanya perbedaan daerah saja. Di Semarang, lebih suka labu atau jipang, sementara di Jakarta lebih suka terong. Ayam Abing & Kelapa Sangrai Ini sangat spesifik dan khas hanya ada di Semarang, ada juga yang menyebutnya ‘sate abing’. Abing sendiri dari bahasa Jawa yang menggambarkan warna merah yang sangat merah, warna merah dalam bahasa Jawa disebut ‘abang’, dan sangat merah disebut ‘abing’. Masakan ini kalau boleh saya sebut nama lainnya bisa juga disebut ‘opor merah’ (istilah saya sendiri). Pembuatan yang lebih rumit dari opor biasa, karena harus menggunakan kelapa parut yang disangrai sampai kering dan kecoklatan yang kemudian digiling sehingga menghasilkan cairan kental warna merah tua kecoklatan. Cairan kental merah kecoklatan ini sebagai pengganti santan dalam memasak ‘opor merah’ ini, sementara semua bumbunya sama persis seperti bumbu opor (minus kunyit, supaya warna merah tua terjaga). Rasanya bagaimana? Hanya orang Semarang yang mungkin bisa menggambarkannya.
33
Walaupun saya juga cukup yakin bahwa mungkin banyak di antara kita semua yang sudah pernah merasakannya. Sepengetahuan saya, ayam abing ini tidak didapati di daerah lain. Sesuai namanya yang ‘sangat merah’ menyimbolkan makna yang sama dengan sambel goreng ati tadi di atas, warna khas perayaan Imlek, dan masakan ini merupakan kemewahan tersendiri di saat menyambut Tahun Baru Imlek. Terlebih lagi tidak banyak orang yang bisa membuat ayam abing dengan benar dan menghasilkan masakan yang sedap. Sementara nama lain ‘sate abing’ adalah warna kecoklatan yang diasosiasikan dengan bumbu sate. Bubuk Dokcang Bawang merah goreng dan bubuk dokcang (tidak ada fotonya), sebagai pelengkap dan penyedap dari hidangan khas ini. Bubuk dokcang terbuat dari kedelai yang disangrai dicampur dengan sedikit kaldu (Maggi atau merek lain) dan kemudian digiling halus sampai jadi bubuk kecoklatan.Semoga uraian singkat ini dapat bermanfaat dan menjadi titik awal penelitian dan penelusuran selanjutnya mengenai asal-usul lontong cap go meh yang nikmat ini. Saking nikmatnya dan sudah menjadi salah satu kuliner khas Nusantara, sampai-sampai namanya pun melekat erat dan menjadi trade mark yang dapat disantap kapanpun, di manapun juga. Terima kasih sudah membaca. Lontong Cap Go Meh oleh: Warung Eddie Happy Cap Go Meh…
36
Sejarah Cap Go Meh MANG UCUP Date: Saturday, February 12, 2011
Hari raya Cap Go Meh adalah lafal dialek Tio Ciu dan Hokkian. Artinya malam 15. sedangkan lafal dialek Hakka Cang Njiat Pan. Artinya pertengahan bulan satu. Di daratan Tiongkok dinamakan Yuan Xiau Jie dalam bahasa Mandarin artinya festival malam bulan satu. Cap Go Meh jatuh pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, sehabis Cap Go Meh, maka berakhirlah seluruh perayaan Tahun Baru Imlek. Hari raya Cap Go Meh juga disebut Yuanxi, Yuanye atau Shang Yuanjie dalam bahasa Tionghoa. Malam Cap Go Meh adalah malam pertama bulan purnama setiap tahun baru. Pada malam itu, rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, maka festival ini juga disebut sebagai “hari raya lampion”. Versi Pertama Ini bermula pada zaman dinasti Zhou ( SM) dimana setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman.
38
Memasang lampion-lampion selain bermanfaat mengusir hama, kini tercipta pemandangan yang indah dimalam hari tanggal 15 bulan satu. Dan untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai, agar lebih ramai dan bermanfaat bagi petani. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun menurun, baik didaratan Tiongkok maupun diperantauan diseluruh dunia. Ini adalah salah satu versi darimana asal muasalnya Capgome. Versi Kedua Konon pada tahun 180 Sebelum Masehi, Kaisar Hanwudi yang berkuasa pada masa Dinasti Han Barat naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Untuk merayakan penobatannya, Kaisar Han Wudi mengambil keputusan untuk menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion. Pada malam tanggal 15 bulan pertama setiap tahun, ia berkebiasaan bertamasya ke luar istana dan merayakan festival itu bersama rakyat. Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional. Berkat keputusan itu, skala Festival Cap Go Meh meningkat lebih lanjut. Menurut peraturan, setiap tempat publik dan setiap keluarga diharuskan memasang lampion berwarna-warni, khususnya di jalan utama dan pusat kebudayaan akan diadakan pameran lampion besar-besaran yang meriah. Rakyat, baik yang berusia tua maupun yang berusia muda, pria maupun wanita semuanya akan berdatangan ke pekan lampion untuk menyaksikan lampion dan tari lampion naga, di samping menebak teka-teki.
40
Versi Ketiga Bermula pada masa pemerintahan Kaisar Wu Di dari Dinasti Han. Di istana Wu Di tinggal seorang pembantu istana bernama Yuanxiao. Yuanxiao ingin menjenguk keluarganya, namun aturan istana melarang semua pembantu meninggalkan istana. Beruntung Yuanxiao memiliki teman seorang menteri bernama Shuo Dongfang. Dia adalah seorang yang cerdik dan menetapkan dirinya untuk membantu pembantu yang tidak berdaya itu. Shuo berkata kepada kaisar bahwa Dewa Surga telah memerintahkan kepada Dewa Api untuk menghancurkan kota Changan pada tanggal 15 bulan 1 tahun Imlek. Dia berkata kepada Wu Di bahwa satu-satunya cara untuk menenangkan sang Dewa adalah dengan memberikan persembahan kembang api, membunyikan petasan dan mempertontonkan lentera-lentera berwarna merah. Untuk membuat persembahan memuaskan hati sang Dewa maka semua orang di kota harus turut ikut serta. Dewa Api juga sangat menyukai kue nasi lengket, khususnya yang dibuat oleh Yuanxiao, yang mana dianjurkan oleh Shou agar dipersembahkan secara langsung. Beruntung, sang kaisar mempercayai kebohongan itu dan memerintahkan agar kota Changan mempersiapkan semuanya.
42
Pada hari yang ditentukan, penduduk kota menyalakan kembang api dan memasang lentera-lentera. Mereka bergembira ria sepanjang malam. Dan Yuanxiao mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan istana dan mengunjungi keluarganya. Sang Kaisar, yang sangat senang atas perayaan tersebut, memerintahkan agar perayaan yang sama dilakukan pada tahun berikutnya dan Yuanxiao diperintahkan untuk membuat kue nasi lengket. Pada Perayaan Lentera Maka pada tanggal 15 bulan pertama tahun Imlek menjadi sebuah hari bagi perayaan besar sampai hari ini, merayakan bulan penuh pertama pada tahun yang baru dan berkumpulnya keluarga serta kehidupan yang bahagia. Kue nasi lengket yang dimakan sampai saat ini dinamakan Yuan Xiao untuk mengingat pembantu istana tersebut. Versi Keempat Perayaan yang disebut dengan upacara perayaan Goan Siauw yang secara besar-besaran pernah dilakukan pada zaman Tong (Tang) tepatnya di masa Kaisar Tong Jwee Cong ( ) yang konon membuat replika pohon yang dihiasi oleh 50 ribu lilin.
44
Versi Kelima Cap Go Meh dimaksudkan untuk memperingati hari lahir Siang Goan Thian Koan. Dia adalah dewa yang memerintah bumi dan langit. Pada hari Cap Go Meh, Siang Goan Thian Koan turun ke bumi untuk mengampuni umat manusia. Versi Keenam Cap Go Meh dirayakan sebagai pesta musim bunga terbesar untuk menghormati matahari yang muncul pada musim dingin. Maka hari itu orang-secara beramai-ramai akan mengadakan permainan Barongsai, Liong ataupun Kilin sebagai lambang musim bunga, hujan dan kesuburan pada malam purnama. Cap Go Meh dirayakan dengan memasang lampion berwarna-warni sambil menikmati bulan yang terang. Versi Ketujuh Cap Go Meh sebagai perayaan untuk bertobat atau memohon ampunan agar manusia dijauhkan dari musim paceklik. Versi ini terutama didasari cerita tentang seorang raja yang telah melakukan kesalahan karena telah memecahkan botol seorang pertapa. Botol yang dilarang untuk dibuka itu, ternyata adalah peristirahatan Dewa Kekeringan. Si pertapa lalu kesal dengan kelakuan rajanya. Dia lantas meninggalkan negerinya yang sejak itu dilanda kekeringan. Untuk menebus kesalahan, raja lalu berpuasa selama 40 hari 40 malam. Di akhir puasanya, hujan pun turun dan itu dipercaya sebagai awal dari kemakmuran.
46
Adat Istiadat dalam perayaan Cap Go Meh di Indonesia Menyaksikan lampion dan makan onde-onde adalah dua bagian penting pada hari raya Cap Go Meh. Selain itu ada beberapa adapt istiadat lainnya yang merupakan rangkaian acara yang tidak terpisahkan dari zaman China kuno. Antara lain : 1.Acara pawai menggotong joli Toapekong untuk diarak keluar dari Kelenteng. Toapekong (Hakka = Taipakkung, Mandarin = Dabogong) berarti secara harfiah eyang buyut untuk makna kiasan bagi dewa yang pada umumnya merupakan seorang kakek yang sudah tua. "Da Bo Gong" ini sebenarnya adalah sebutan untuk para leluhur yang merantau atau para pioner dalam mengembangkan komunitas Tionghoa. Jadi istilah Da Bo Gong itu sendiri tidak dikenal di Tiongkok. 2.Lontong opor lengkap (Lontong Cap Go Meh) dengan sambal goreng dan sate abing. Sejatinya, lontong opor dan hidangan pelengkapnya bukanlah masakan khas masyarakat Tionghoa. Hidangan ayam yang dimasak dengan santan kelapa ini adalah masakan khas Jawa yang diadopsi oleh masyarakat Tionghoa sebagai hidangan perayaan Cap Go Meh. Biasanya ayam opor disajikan untuk melengkapi lontong dan dipadukan dengan sambal goreng dan sate abing. Sate abing ini dipercaya juga khas Semarang, rasanya manis dan gurih. Diatas piring berisi lontong yang sudah lengkap dengan ayam opor, sambal goreng dan sate abing, ditaburkan bubuk kedelai manis sebagai bumbunya.
48
3. Pawai Cap go meh ini di iringi oleh para pemain musik „Tanjidor" yang menggunakan instrument musik trompet, tambur dan bajidor (Bedug). Orkes ini sudah dikenal sejak abad ke 18. Konon Valckenier gubenur Belanda pada saat itu sudah memiliki rombongan orkes tanjidor yang terdiri dari 15 orang pemain musik. Tanjidor biasanya hanya dimainkan oleh para budak2, oleh sebab itulah musik Tanjidor ini juga sering disebut sebagai „Sklaven Orkest". 4.Tarian barongsay atau tarian singa biasanya disebut "Nong Shi". Sedangkan nama "barongsai" adalah gabungan dari kata Barong dalam bahasa Jawa dan Sai = Singa dalam bahasa dialek Hokkian. Singa menurut orang Tionghoa ini melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Ada dua macam jenis macam tarian barongsay yang satu lebih dikenal sebagai Singa Utara yang penampilannya lebih natural sebab tanpa tanduk, sedangkan Singa Selatan memiliki tanduk dan sisik jadi mirip dengan binatang Qilin (kuda naga yang bertanduk). Seperti layaknya binatang lainnya juga, maka barongsai juga harus diberi makan berupa Angpau yang ditempeli dengan sayuran selada air yang lazim disebut "Lay See". Untuk melakukan tarian makan laysee (Chai Qing) ini para pemain harus mampu melakukan loncatan tinggi, sehingga ketika dahulu para pemain barongsai, hanya dimainkan oleh orang2 yang memiliki kemampuan silat - "Hokkian = kun tao" yang berasal dari bahasa Mandarin Quan Dao (Kepala kepalan atau tinju), tetapi sekarang lebih dikenal dengan kata Wu Shu, padahal artinya Wu Shu sendiri itu adalah seni menghentikan kekerasan.
50
Didepan barongsai selalu terdapat seorang penari lainnya yang menggunakan topeng sambil membawa kipas. Biasanya disebut Shi Zi Lang dan penari inilah yang menggiring barongsai untuk meloncat atau bermain atraksi serta memetik sayuran. Sedangkan penari dengan topeng Buddha tertawa disebut Xiao Mian Fo. Pada awalnya tarian barongsai ini tidak pernah dikaitkan dengan ritual keagamaan manapun juga, tetapi akhirnya karena rakyat percaya, bahwa barongsai itu dapat mengusir hawa2 buruk dan roh2 jahat. Jadi budaya atau kepercayaan rakyat itulah yang akhirnya dimanfaatkan atau bersinergi dengan lembaga keagamaan. Walaupun demikian pada saat sekarang ini sudah ada aliran modern lainnya yang tidak mengkaitkan dengan upacara keagamaan sama sekali, karena mereka menilai barongsai hanya sekedar asesories untuk nari atau media entertainment saja, seperti juga halnya dengan payung untuk tari payung, atau topeng dalam tarian topeng. Barongsai sebenarnya sudah populer sejak zaman periode tiga kerajaan (Wu, Wei & Shu Han) th M. Pada saat itu ketika raja Song Wen sedang kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Panglimanya yang bernama Zhing Que mempunyai ide yang jenius dengan membuat boneka2 singa tiruan untuk mengusir pasukan raja Fan. Ternyata usahanya itu berhasil sehingga sejak saat ini mulailah melegenda tarian barongsai tersebut hingga kini.
51
n 51/31
52
5. Tarian Naga Tarian naga (liong) disebut "Nong Long"
5.Tarian Naga Tarian naga (liong) disebut "Nong Long". Binatang mitologi ini selalu digambarkan memiliki kepala unta, bertaring serigala dan bertanduk menjangan. Naga di Tiongkok dianggap sebagai dewa pelindung, yang bisa memberikan rejeki, kekuatan, kesuburan dan juga air. Air di Tiongkok merupakan lambang rejeki, karena kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, maka dari itu mereka sangat menggantungkan hidupnya dari air. Semua kaisar di Tiongkok menggunakan lambang naga, maka dari itu mereka duduk di singgasana naga, tempat tidur naga, dan memakai pakaian kemahkotaan naga. Orang Tionghoa akan merasa bahagia apabila mendapatkan seorang putera yang lahir di th naga. Kita bisa melihat apakah ini naga lambang dari seorang kaisar ataukah bukan dari jumlah jari di cakarnya. Hanya kaisar yang boleh menggunakan gambar naga dengan lima jari di cakarnya, sedangkan untuk para pejabat lainnya hanya 4 jari. Bagi rakyat biasa yang menggunakan lambang naga cakarnya hanya boleh memiliki 3 jari saja. Naga itu memiliki tiga macam warna, hijau, biru dan merah, dari warna naga tsb kita bisa melihat kesaktiannya. Naga warna kuning adalah naga yang melambangkan raja. Pada umumnya untuk tarian naga ini dibuatkan naga yang panjangnya sekitar 35 m dan dibagi dalam 9 bagian, tetapi ketika mereka menyambut th baru millennium di Tiongkok pernah dibuat naga yang panjangnya meter dan dimainkannya di atas Tembok Besar Tiongkok.
53
2011年2月17日 ddf_sz
54
Naga tidak selalu dihormati, sebab apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat untuk membalas dendam atau mendemo sang Naga yang tidak mau menurukan hujan, se-akan2 kaum tani tersebut ingin menyatakan "Rasain Lo kering dan panasnya musim kemarau ini!" 6. Lampion berwarna yang dipasang pada Festival Cap Go Meh kebanyakan dibuat dari kertas berwarna terang. Lampion bernama “zoumadeng” atau lampion kuda berlari adalah salah satu macam lampion yan paling menarik. Konon lampion itu sudah bersejarah seribu tahun lamanya. Anda mungkin mengetahui bahwa pada beberapa lentera terdapat tulisan. Itu adalah Teka-Teki pada Lentera, juga dinamakan Singa Lentera karena menjawab teka-teki yang ada sama susahnya dengan menembak singa. 7. Makan onde-onde pada hari raya Cap Go Meh juga merupakan salah satu kebiasaan lama. Kebiasaan makan onde-onde dimulai dari masa Dinasti Song (tahun 960-tahun 1279 Masehi). Onde-onde dibuat dengan tepung beras ketan dan selai buah. Setelah dimasak, rasanya lezat sekali. Pada kemudian hari, rakyat di bagian utara menyebut makanan itu sebagai “yuanxiao” dan rakyat di selatan menyebutnya sebagai “tangyuan”, dan pembuatannya pun berlainan dari utara ke selatan. 8.Kegiatan hiburan lainnya, seperti jangkungan, tari yangge (semacam tari khas di bagian utara Tiongkok)
55
Picture: Aldozz
56
Selamat menimati perayaan tradisi Tionghoa ini.
Ganbar dari: Website PPS oleh: Oei Hui Kiat, Singapore. Tanggal: Selasa, 28 Feb. 2012 Musik: Keroncong – Bandar Jakarta
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.