Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehEyang Haryono Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM OLEH : DR. AMINUDDIN, M. Ag.dkk UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA2011
2
MODUL V HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM A.Konsep Manusia Manusia dan alam semesta Menurut manusia alam ini terdiri atas dua hal yaitu Allah sebagai pencipta dan alam sebagai makhluk yang diciptakan. Alam adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan dan pikiran. Ruang, waktu dan manusia adalah bagian dari alam. Sebelum Nabi Adam diciptakan Allah telah menyiapkan alam dengan segala isinya, dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan serasi / seimbang. Buktinya: Keteraturan, kerapian, keseimbangan/keserasian hubungan alam dengan pola saling mendukung dan melengkapi. Contoh matahari sebagai penerang alam dan sumber energi bagi alam Keteraturan yang dilaksanakan oleh para malaikat untuk menjaga dan memeliharanya Kedua keteraturan yang sinergis tersebut menghasilkan keserasian, keharmonisan dan keseimbangan sebagai ketentuan Allah (sunnatullah) yang mutlak, tidak dapat diganggu oleh makhluknya. (At Thalaq 65:3, Al Furqan 25:2) Kepastian keteraturan ini pula yang memudahkan manusia membuat planning dalam kehidupannya. Sunatullah (hukum Allah) bersifat pasti (Al Furqan 25:2), tetap (At Talaq 65:3, Al Anam 6:115) dan objektif (Al Anbiya 21:105).
3
Benda-benda langit membentuk kelompok gugus bima sakti, sehingga kelihatan seperti cahaya. Pengelolaan alam ini diserahkan kepada manusia untukl diolah, dikelola, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia. Maka manusia diberi wewenang mengelola dan memanfaatkan alam semesta dan diberi kedudukan sebagai khalifah (pengganti, wakil) Allah di alam semesta. Menurut pandangan Murtadlo Mutahhari manusia adalah makhluk serba dimensi. Dimensi pertama secara fisik manusia sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan nikah (berpasangan dengan lawan jenis), supaya ia dapat hidup, tumbuh, berkembang. Kedua manusia memiliki sejumlah emosi (nafsu) yang bersifat etis yaitu ingin memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian. Ketiga manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan, keempat memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan, kelima memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena ia dikaruniai akal, fikiran, dan kehendak bebas sehingga ia dapat, menahan nafsu dan mencapai keseimbangan dalma hidupnya. Keenam, manusia mampu mengenal dirinya sendiri. Setelah ia mengenali dirinya, ia akan mencari siapa penciptanya, mengapa ia diciptakan, dari apa ia diciptakan, bagaimana proses penciptaannya, dan untuk apa ia diciptakan. B.Manusia Menurut Islam Menurut Islam, manusia selain sebagai makhluk dan hamba Allah, juga sebagai khalifah fil ardh, dengan tugas mengurus, mengelola dan memanfaatkan alam semesta. Agar dapat melaksanakan tugas tersebut manusia diberi potensi antara lain akal.
4
Allah juga mengajarkan nama-nama dan fungsi serta manfaat benda-benda alam (Al Baqarah 2:31). Dengan akal, ilmu dan teknonologi dikuasainya. Dan dengan ilmu dan teknologi manusia mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah, mengolah dan memanfaatkan alam. Manusia juga memberikan pertanggungjawaban kepada Allah sebagai khalifah fil ardl. Menurut para ahli manusia disebut sebagai homo sapien (manusia berakal), homo economicus (manusia ekonomi) atau economical animal. Menurut Islam manusia adalah Bani Adam (Al Isra 17:70), basyar (18:10) dan An- Nas (Al Isra 17:12). Ciri manusia: a. Sebagai makhluk paling unik (At Tin 95:4) b. Mempunyai potensi, daya, kemampuan yang dikembangkan (7:172) c. Diciptakan untuk mengabdi kepada Allah (Ad Dzariyat 51:56) d. Diciptakan menjadi khalifah (Al Baqarah 2:30, dengan tugas mengelola alam dengan segala isinya)
5
C. Eksistensi dan Martabat Manusia Al Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi-samawi dan semi- duniawi, yang dalam dirinya ditanamkansifat mengakui Tuha, bebas,terpercaya, rasa tanggung jawabterhadap dirinya maupun alam semesta; serta karunia keunggulan atas alam semesta, langit, dan bumi. Manusia dipusakai dengan kecendrungan ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemaujudan manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan, tetapi hal itu tidak akan menghapuskan kegelisahan, kecuali manusia dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas manusia tidak terbatas, baik dalam kemampuan belajar maupun dalam menerapkan ilmu. Manusia memiliki suatu keluhuran dan martabat naluriah. Motivasi dan pendorong manusia, dalam banyak hal, tidak bersifat kebendaan. Manusia dapat secara leluasa memanfaatkan rahmat dan karunia yang dilimpahkan kepada dirinya, namun pada saat yang sama, manusia harus menunaikan kewajiban kepada Tuhan. D. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan-nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
6
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia dapat menyusup konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan. Disamping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yang memiliki kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah (‘abdullah). Seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah. Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum- hukum Tuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (Al Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-Kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakilinya adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam surat Fathir ayat 39.
7
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan,ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukkan, dan kepatuhan manusia layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukkan pada kebenaran dan keadilan. Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dan ‘abd merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai- nilai kebenaran. (Toto Suryana, dkk,1996: 18-21). Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kualitas kemanusiaan sangat tergantung pada kualitas komunikasinya dengan Alllah melalui ibadah dan kualitas interaksi sosialnya dengan sesama manusia melalui muamalah.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.