Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIda Noto Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
RENCANA PENARIKAN SAMPEL PENERIMAAN (ACCEPTANCE SAMPLING PLAN)
Ir. BUDI NURTAMA, M. Agr. Dr. Ir. Nugraha E. Suyatma, DEA PS. SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA- IPB
2
ACCEPTANCE SAMPLING salah satu fase dalam penerapan metode jaminan mutu penerimaan/penolakan bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi sampel vs. inspeksi 100 %
3
Kelebihan “Sampling”:
Ekonomis Kerusakan penanganan berkurang Petugas pemeriksa sedikit Mengurangi kebosanan pemeriksa shg. mengurangi kesalahan Mengatasi uji destruktif Memotivasi pemilik dalam peningkatan mutu
4
Kekurangan : Resiko menerima lot yang “buruk” dan menolak lot yang “baik” Perlu perencanaan dan dokumentasi Informasi dari sampel lebih sedikit dibanding pemeriksaan 100%
5
Tipe Data Penarikan Sampel
Atribut (Attributes) ~ informasi go - no go defectives : diukur dg. proporsi atau % defectives menunjuk pada akseptabilitas satuan-satuan produk terhadap berbagai karakteristik defects : diukur dg. angka atau rasio defects per satuan banyaknya defect yang ditemukan pada satuan yg diperiksa (bisa > dari banyaknya satuan)
6
Tipe Data Penarikan Sampel
Variabel (Variables) ~ informasi pengukuran variables : diukur dg. nilai rata-rata dan simpangan baku sebaran karakteristik spesifik yang terukur dari produk yang diperiksa
7
Terminologi ANSI/ASQC A2 (1978)
Defect : produk yang tidak fit for use. not to satisfy intended normal, or reasonably foreseeable, usage requirements. Nonconformity : produk yg tidak sesuai dgn spesifikasi not to meet a specification requirement. A unit of product containing one or more defects or nonconformities is a "defective" or a "nonconforming unit"
8
SAMPLING PLANS Rancangan prosedur penarikan sampel dan kriteria pengambilan keputusan
9
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Tujuan pemeriksaan menerima atau menolak atribut mengevaluasi mutu rata-rata peubah menentukan keseragaman peubah 2. Sifat bahan yang diuji homogenitas ukuran unit sampel sejarah bahan pemeriksaan normal, ketat, atau longgar biaya bahan
10
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
3. Sifat metode pengujian pentingnya pengujian kritis, mayor, atau minor destruktif vs. non destruktif waktu dan peralatan 4. Sifat dan bentuk lot ukuran lot sub-lot bahan dikemas cara pembongkaran muatan pengacakan sampel
11
Tiga Aspek Penting 1. Tujuan penerimaan sampel adalah untuk menjatuhkan putusan terhadap lot, bukan utk memperkirakan mutu lot. 2. Teknik penerimaan sampel adalah sekedar menerima atau menolak lot, jadi bukan suatu bentuk langsung utk mengontrol mutu. 3. Penggunaan teknik penerimaan sampel yg paling efektif adalah tidak untuk memeriksa mutu produk tetapi sbg suatu alat audit utk memastikan bahwa keluaran suatu proses sesuai dengan kebutuhan.
12
Bentuk-Bentuk Sampling Plans
1. Attributes Plans Sampel diambil dari lot1, setiap satuan diklasifikasikan sebagai conforming atau nonconforming. Banyaknya nonconforming dibandingkan dg acceptance number dari plan. Diambil keputusan menerima atau menolak lot. (a) Plans, yang memenuhi resiko tertentu, yang memberikan proteksi berdasarkan lot-by-lot yaitu : (i) LTPD (p2) pada resiko konsumen () tertentu (ii) AQL (p1) pada resiko produsen () tertentu (b) Plans yang memberikan suatu batasan % defective rata-rata dalam jangka panjang, yang dikenal sebagai "AOQL" 1Lot adalah kelompok produk dalam kemasan terkecil atau unit contoh yang ukuran, bentuk dan cara pengolahannya dalam kondisi yang sama (CODEX)
13
Bentuk-Bentuk Sampling Plans
Variables Plans Sampel diambil dari lot, diukur karakteristik mutunya, dan dihitung statistiknya. Nilai statistik dibandingkan dengan nilai yang ditetapkan dlm plan Diambil keputusan menerima atau menolak lot
14
Indeks-Indeks Mutu 1. AQL (Acceptable Quality Level)
The maximum % defective (or maximum number of defects per 100 units) that, for the purpose of sampling inspection, can be considered satisfactory as a process average. MIL-STD-105D (1963) MIL-STD-105E (1989) 2. LTPD (Lot Tolerance Percent Defective) The level of quality that is unsatisfactory and therefore should be rejected by the sampling plan. 3. AOQL (Average Outgoing Quality Limit) The upper limit of average quality of outgoing product from accepted lots and from rejected lots which have been screened.
15
Resiko Produsen () Peluang suatu lot yang “baik” akan ditolak oleh sampling plan. Nilainya tetap (0.05) atau bervariasi (0.01 0.10). Dinyatakan bersama dengan AQL (Acceptable Quality Level). Sampling plan seharusnya mempunyai nilai resiko produsen () yang rendah untuk mutu, yang sama atau lebih baik dari AQL.
16
Resiko Konsumen () Peluang suatu lot yang “buruk” akan diterima oleh sampling plan. Umumnya ditetapkan 0.10. Dinyatakan bersama LTPD (Lot Tolerance Percent Defective). Untuk = 0.10 maka LTPD diartikan sebagai mutu lot dimana peluang penerimaan 0.10 (d.h.i. hanya 10% lot yang diterima).
17
Kurva Karakteristik Operasi (Operating Characteristic Curve)
Grafik yang menggambarkan fraksi cacat lot vs. peluang dimana suatu sampling plan akan menerima lot tersebut. Ringkasan grafik dari resiko produsen () dan resiko konsumen () serta AQL dan LTPD yang berkaitan Kurva KO Tipe A : Memberikan peluang penerimaan bagi lot individual yang datang dari kondisi produksi yang terhingga (finite) atau tidak dapat diasumsikan kontinyu di masa depan. Kurva KO Tipe B : biasa dipakai dalam praktek Mengasumsikan setiap lot adalah satu lot tak terhingga (infinite) yang diproduksi pada kondisi yang sama.
18
AQL = Acceptable Quality Level
batas atas untuk penerimaan cacat dalam sebuah lot. LQL = Limiting Quality Level = LTPD batas bawah untuk penolakan cacat dalam sebuah lot. = resiko produsen = persentase bahwa lot dengan cacat AQL akan ditolak. = resiko konsumen = persentase bahwa lot dengan cacat LQL akan diterima
19
PRODUSEN KONSUMEN Pemasok Industri
sekecil mungkin (peluang diterima sebesar mungkin) AQL berbanding lurus dengan sekecil mungkin (peluang menerima sekecil mungkin) LQL berbanding terbalik dengan
20
Kinerja Ideal Sampling Plan
Acceptanc e line Peluang penerimaan (Pa) % defective (100p) Menerima semua lot 3% cacat Pa = 1.00 Menolak semua lot 3% cacat Pa = 0.00 = 0 & = 0 tidak mungkin !
21
Kinerja Aktual Sampling Plan Peluang penerimaan (Pa)
= untuk AQL = 1.3 % banyaknya sampel (n) = 150 acceptance number (c) = 4 Peluang penerimaan (Pa) = untuk LQL = 5.3 % % defective (100p)
22
Berbagai Bentuk Kurva KO
Pengaruh n dan c : Jika c = 0 maka kurva KO berbentuk eksponensial cekung ke atas (lihat kurva 3 dan 4). Jika c meningkat, kurva KO terdorong ke atas atau berarti utk nilai p rendah, peluang penerimaan (Pa) naik (lihat kurva 1 dan 2). Peningkatan n dan c bersamaan memberikan pendekatan ke bentuk kurva KO ideal (lihat kurva 2). Kurva 1 : n = c = 5 Kurva 2 : n = c = 5 Kurva 3 : n = c = 0 Kurva 4 : n = c = 0 1 2 3 4
23
AOQL = nilai AOQ maksimum
Konsep AOQL hubungan antara fraksi cacat sebelum pemeriksaan (incoming quality) dengan sesudah pemeriksaan (outgoing qualiy) pada pemeriksaan nondestruktif dan lot-lot yang ditolak disaring AOQL = nilai AOQ maksimum Schilling (1982) : Untuk c 5
24
Average Outgoing Quality – AOQ % Incoming quality - % defective (100p)
Kurva AOQ banyaknya sampel (n) = 150 acceptance number (c) = 4 AOQL = 1.70 % pada p = 2.4 % AOQ jika tidak ada pemeriksaan Average Outgoing Quality – AOQ % AOQ Sampling Plan Incoming quality - % defective (100p)
25
Prosedur Sampling Plans
Rancangan Penarikan Sampel Tunggal (Single Sampling Plans) Rancangan Penarikan Sampel Ganda (Double Sampling Plans) Rancangan Penarikan Sampel multiple (Multiple Sampling Plans) Rancangan Penarikan Sampel Sekuensial (Sequential Sampling Plans)
26
jika banyaknya cacat pada sampel :
Single Sampling Plans Keputusan menerima/menolak lot berdasarkan hasil pemeriksaan sampel tunggal yang dipilih dari lot Skema operasi : periksa suatu sampel sebanyak n pcs. jika banyaknya cacat pada sampel : acceptance number (c) lot diterima lot ditolak acceptance number (c)
27
Single-Sampling Plans for Attributes
A lot of size N has been submitted for inspection Sample size n Acceptance number of defective c Lot sentencing is based on one sample of size n Example N = 10,000 n= 89 c = 2 N = 10,000 n = 89
29
Double Sampling Plans Sampel awal diambil, dan keputusan menerima/menolak lot berdasarkan sampel pertama tsb. jika banyaknya satuan cacat = kecil/besar. Sampel kedua diambil jika dari hasil sampel pertama tidak bisa diambil keputusan. Skema operasi : periksa sampel pertama (n1) jika banyaknya cacat pada sampel pertama : c1 c1 tapi c2 c2 periksa sampel kedua (n2) jika banyaknya cacat pada sampel pertama dan kedua c2 c2 lot diterima lot ditolak
30
Multiple Sampling Plans
Lebih dari dua sampel dpt diambil utk keputusan menerima/menolak lot. Skema operasi : periksa sampel pertama (n1) jika banyaknya cacat pada sampel pertama : c1 c1 tapi r1 r1 periksa sampel kedua (n2) jika banyaknya cacat pada sampel pertama dan kedua c2 tapi r2 c2 r2 A lot diterima lot ditolak
31
Multiple Sampling Plans …….
periksa sampel ketiga (n3) jika total banyaknya cacat pada sampel pertama, kedua dan ketiga c3 c3 tapi r3 r3 lot diterima dan seterusnya lot ditolak
32
Sequential Sampling Plans
Setiap bahan diperlakukan sebagai sampel yang berukuran satu, dan penentuan diterima, ditolak, atau diteruskan pengambilan sampelnya dibuat setelah pemeriksaan setiap bahan. Skema operasi : sampel 1 unit dk y1 y1 dk y2 dk y2 terima ambil sampel lagi tolak
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.