Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertarungan Komunikasi pada Kudeta 1965

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertarungan Komunikasi pada Kudeta 1965"— Transcript presentasi:

1 Pertarungan Komunikasi pada Kudeta 1965
Kelompok I: Ahmad Jamil Anthoni Eriyanto Hifni Alifahmi Irwa Rochimah Murti Kusuma Wirasti Naniek Setijadi

2 Tujuan Penelitian: Politik Komunikasi
Bagaimana kekuatan-kekuatan politik (Soekarno, AD, PKI) berupaya memenangkan tujuan politik dengan mempengaruhi publik melalui proses ideologisasi dan penetrasi kekuatan media massa Bagaimana pertarungan komunikasi ketiga aktor utama politik melalui propaganda (media massa dan non media massa) Bagaimana aspek propaganda dari ketiga aktor politik.

3 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah strategi membangun wacana dominan melalui penguasaan komunikasi (media massa dan non media massa) pada peristiwa G 30 S.Data akan dikumpulkan melalui sumber-sumber sebagai berikut: Dokumen meliputi : a. Media massa: peristiwa penguasaan RRI, suratkabar Angkatan Darat (Angkatan Bersenjata, Berita Yudha), suratkabar PKI (Harian Rakyat, Bintang Timur); b. Buku-buku seputar G 30 S; c. pledoi sejumlah tokoh yang terlibat dalam G 30 S, arsip Mahmilub, dan sebagainya; d. Visual (film dokumenter, foto); e. Audio (tayangan radio, wawancara, dan sebagainya) Tokoh tokoh dari kalangan AD, AU, eks Tapol, Ormas, wartawan, dan sebagainya. Observasi (lokasi lokasi penting seperti Gedung RRI, Lubang Buaya, Istana Bogor, eks Kantor PKI, dan sebagainya.

4 Metode Penelitian Penelitian ini akan memakai metode studi kasus (case study). Studi kasus dipilih karena memungkinkan peneliti mengkaji politik komunikasi pada peristiwa 1965 secara mendalam dan holistik (utuh).

5 Kasus Yang Diteliti Kasus yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pertarungan komunikasi dan politik komunikasi yang digunakan oleh aktor-aktor politik pada peristiwa G 30S. Lebih spesifik, ada 9 peristiwa yang diteliti: Konstelasi politik internasional 1960-an (perang dingin) yang menempatkan Indonesia dalam perebutan pengaruh Komunis (Moskow-Peking) dan pengaruh kapitalis Amerika Serikat. Informasi sakitnya Presiden Soekarno diartikan secara politik sebagai tanda bagi kekuatan-kekuatan politik untuk mempersiapkan berbagai kemungkinan termasuk kekuatan politik mana yang berkuasa jika presiden meninggal. Informasi Angkatan kelima (4 angkatan yang ada AD, AL, AURI dan Kepolisian) yang akan mendapat supply senjata dari RRC. Isyu adanya Dewan Jenderal yang tidak puas terhadap kebijakan Presiden Soekarno, Bagaimana isyu bergulir dalam peta kekuatan politik. Informasi adanya dokumen Andrew Gilchrist (Duta Besar Inggris untuk Indonesia) yang mengindikasikan adanya kerjasama Inggris dan Amerika untuk menjatuhkan Presiden Soekarno melalui dukungan our local army friends. Isyu akan terjadinya perubahan melalui tindak kekerasan kepada apa yang disebut media sebagai kapitalis birokrat, atau ungkapan “Republik sudah hamil tua”. Uncertainty informasi pada elit politik terjadi pada tanggal 1 Oktober. Kehadiran Presiden Soekarno di Halim Perdana Kusuma, lokasi Lubang Buaya yang berdekatan dengan Halim (markas AURI). Isyu kebiadaban anggota Gerwani terhadap jenderal yang masih hidup di lubang buaya melalui penyiksaan-penyiksaan yang sadis.

6 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara mendalam Wawancara dilakukan dengan menggunakan teknik life history. Wawancara dilakukan pada orang-orang yang mengetahui kasus-kasus yang diteliti. Diantaranya: Tokoh-tokoh yang terlibat:Heru Atmojo,(Angkatan Udara), Maulwi Saelan (Tjakrabirawa), Soekardjo Wilardjito, Sintong Panjaitan (Angkatan Darat) Wartawan sejaman: Hendro Subroto, Rosihan Anwar. Wartawan RRI dan TVRI (Samsu Sugito, Kadiono),wartawan AD (Taslim, Suryadi Dipo) dan koran PKI. Tokoh-tokoh yang dekat dengan Soekarno (tokoh politik maupun keluarga Soekarno) Tokoh Organisasi Kemasyarakatan: Sulastomo (Ketua HMI 1965), Fahmi Idris, Mar’i e Muhammad (KAMMI), Julius Usman (KAPPI). Ahli sejarah: Taufik Abdullah, Anhar Gonggong, Asvi Warman Adam.

7 2. Analisis dokumen Pemeriksaan dan analisis terhadap dokumen primer, seperti teks pidato, pledoi, surat, telegram, dan dokumen tertulis lain. Dokumen yang tersedia dipetakan menurut sumber kekuatan politik yang mengeluarkannya kemudian memberikan analisis terhadap isi dokumen-dokumen tersebut. 3. Analisis Teks Semiotik untuk mencari makna laten dari teks. Akan dilakukan pada lokasi lokasi tertentu seperti Lubang Buaya, RRI, kantor eks PKI, dan sebagainya. 4. Analisis Hermeneutik untuk mencari maksud penulis teks. Akan dilakukan pada dokumen dokumen resmi negara yang berkaitan dengan G 30 S 5. Analisis Isi (content analysis) terhadap isi wacana yang tampil di RRI, suratkabar Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, Harian Rakyat, Bintang Timur.

8 Alasan Pemilihan Teknik Pengumpulan Data
Wawancara mendalam dengan teknik life history dipakai untuk mengungkap peristiwa masa lalu (retrospective). Peristiwa masa lalu direkonsruksi ulang dengan meminta pendapat dari pihak-pihak yang terlibat dalam pertarungan komunikasi saat itu. Analisis dokumen. Analisis dokumen dipakai untuk memetakan versi dari masing-masing pihak yang terlibat dalam pertarungan komunikasi. Analisis dokumen juga sumber utama terutama jikalau narasumber tidak bisa ditemui (meninggal dunia, sakit dsb).

9 3. Analisis semiotik dipakai untuk menafsirkan tanda tanda penting seputar kejadian G 30 S: poster, spanduk, bangunan, events-event, film dokumenter. Menafsirkan makna laten dari tanda tanda tersebut. 4. Analisis hermeneutik dipakai untuk mencari makna sebagaimana yang dimaksudkan pembuat teks. Ini terutama dilakukan pada dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh masing-masing aktor pada peristiwa G 30 S.

10 1. Pedoman Wawancara Narasumber yang diwawancarai: AD, AU, Kalangan media (baik media PKI, AD dan media lainnya), individu di sekitar Soekarno, PKI, ormas anti PKI. Narasumber terkait (mengetahui secara langsung) dengan 9 kasus pertarungan komunikasi yang diteliti. Pemilihan narasumber menggunakan teknik snowball. Pada satu narasumber yang telah diwawancarai, akan ditanyakan narasumer lain yang terkait yang bisa diwawanarai. Aspek-aspek yang ditanyakan pada narasumber; Pengalaman narasumber pada saat G 30 S. Pemahaman dan versi narasumber terkait kasus-kasus pertarungan komunikasi, dan rekonstruksi narasumber atas peristiwa tersebut. Penilaian narasumber atas versi peristiwa yang ada saat ini. Bagaimana versi peristiwa tersebut bisa muncul. Konfirmasi terhadap dokumen (foto, surat, pidato dsb). Bagaimana konteks munculnya dokumen tersebut. Maksud, tujuan dan strategi dari keluarnya dokumen tsb. Apakah ada intervensi oleh masing-masing kekuatan yang berkepentingan dengan peristiwa G 30 S dan dalam bentuk apa. Bagaimana bentuk-bentuk propaganda dan teknik-teknik yang digunakan AD setelah peristiwa 30 September. Isu apa yang dipropagandakan pada masa itu. Peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi sebelum dan sesudah G 30 S. Bagaimana peta dukungan kekuatan politik di media. Bagaimana pernyataan atau sikap anggota Gerakan 30 September sebelum dan setelah gerakan. Bagaimana pernyataan Presiden Soekarno setelah Gerakan 30 September dinetralisir AD. Mengapa sebagai presiden Soekarno kehilangan kekuatan komunikasinya.

11 2. Analisis Dokumen Dokumen yang terkait dengan 9 peristiwa pertarungan komunikasi (pidato, surat, pledoi, dsb) dikumpulkan. Membuat kategorisasi terhadap isi dokumen: a. Topik b. Jenis dokumen c. Sumber dokumen d. Orientasi isi (kearah aktor yang mana?)

12 3. Analisis Hermeneutik Analisis dipakai untuk menafsirkan dokumen-dokumen, mencari makna sebagaimana yang dimaksudkan pembuat teks. Tahap analisis hermeneutik. . Klasifikasi teks, terutama berdasar 9 kasus pertarungan komunikasi yang diteliti. Membuat daftar pembuat teks dari masing-masing teks. Membandingkan teks dari aktor politik yang berbeda. Interteks dengan cara mencari hubungan satu teks dengan teks yang lain. Menafsirkan masing-masing teks dengan menggali kemungkinan maksud dari pembuat teks, strategi dan politik komunikasi yang diinginkan dengan teks tertentu.

13 4. Analisis Semiotik Mengumpulkan bahan-bahan yang diteliti (poster, spanduk, grafiti, bangunan, events-event,) dari berbagai sumber seperti foto, film dokumenter dsb. Menguji keaslian dari sumber-sumber. Menafsirkan makna laten dari tanda tanda tersebut

14 TERIMA KASIH


Download ppt "Pertarungan Komunikasi pada Kudeta 1965"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google