Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Manajemen mutu proyek
2
BAB v PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
3
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
Untuk menyelenggarakan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan intensitas kegiatan proyek berubah cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga, jenis ketrampilan, dan keahlian harus mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung.
4
Untuk merencanakan tenaga kerja proyek yang realistis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, di antaranya yang terpenting adalah seperti berikut ini : Produktivitas tenaga kerja Tenaga kerja periode puncak (peak) Jumlah tenaga kerja kantor pusat Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan Meratakan jumlah tenaga kerja guna mencegah gejolak
5
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Salah satu pendekatan untuk mencoba mengukur hasil guna tenaga kerja adalah dengan memakai parameter indeks produktivitas. Definisi indeks produktivitas dirumuskan sebagai berikut : Jumlah jam-orang yang sesungguhnya digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu IP = ___________________________________ Jumlah jam-orang yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan identik pada kondisi standar
6
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
NEGARA INDEKS TENAGA KERJA JAM KERJA PER MINGGU ITALIA 1,14 40 AUSTRIA 1,30 42 ALJAZAIR 1,82 NIGERIA 2,22 47 BRASILIA 1,76 48 KOLUMBIA 2,25 FLORIDA (USA) 1,12 - TAIWAN 1,91
7
A. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN “QAB”
Pada masa awal, kontraktor proyek yang masih asing dengan lokasi proyek yang akan ditangani, dalam menyusun perkiraan biaya, dipakai angka produktivitas relatif terhadap angka standar Gulf Coast – USA atau standar “dasar” lain yang dapat memenuhi. Namun bila implementasi fisik suatu proyek telah dimulai, maka dapat disusun angka yang sesungguhnya berdasarkan kenyataan di lapangan. Angka ini kemudian dipakai sebagai pegangan standar dasar untuk memantau produktivitas tenaga kerja dan pengeluaran biaya. Pendekatan ini sering dikenal sebagai QUANTITY ADJUSTING BUDGET
8
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi : Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu, Supervisi, perencanaan dan koordinasi, Komposisi kelompok kerja, Kerja lembur, Ukuran besar proyek, Kurva pengalaman (learning kurve), Pekerja langsung versus subkontraktor, dan Kepadatan tenaga kerja
9
PROFIL PRODUKTIVITAS MOBILISASI Pada tahap awal ini yang berlangsung 10-15% dari masa konstruksi, produktivitas berkurang (+/- 10%). Hal ini karena para pekerja memerlukan masa pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menanjak (build-up) seringkali sulit mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja yang diperlukan, sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
11
PROFIL PRODUKTIITAS B. PERIODE PUNCAK Pada masa ini dicapai produktivitas optimal, jumlah tenaga kerja tidak bertambah dan telah terbiasa (familiar) dengan pekerjaan maupun kondisi medan atau lapangan yang dihadapi. PERIODE MENURUN Pada masa menjelang akhir konstruksi produktivitas cenderung menurun, terutama disebabkan oleh : Kurang tepatnya perencanaan. Misalnya masa kontrak kerja belum berakhir sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja
12
B. PERIODE MENURUN PROFIL PRODUKTIVITAS
Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja berikutnya. Terlambatnya demobilisasi. Sering dijumpai penyelia ingin menahan pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan.
13
PERKIRAAN TENAGA KERJA PERIODE PUNCAK
Yang dimaksud dengan periode puncak (peak), adalah periode yang paling sibuk dalam arti paling banyak memerlukan tenaga kerja. Pengetahuan mengenai seberapa besar tenaga kerja puncak dan periodenya, berguna bagi merencanakan kapasitas penampungan, transportasi dan akhirnya arus dana (cash-flow) pembiayaan proyek. GRAFIK LONCENG Cara paling sederhana memperkirakan keperluan tenaga kerja puncak ialah dengan metode empiris, yaitu menghitung pertama-tama keperluan rata-rata (garis lurus), kemudian memakai kurva lonceng atau genta (bell) dimana puncaknya berada sekitar 1,5 – 1,7 kali keperluan rata-rata seperti gambar berikut
15
PERKIRAAN TENAGA KERJA PERIODE PUNCAK
Bila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan, di samping angka keperluan puncak, juga memberikan keterangan berapa lama masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut : Mulai dari titik awal (nol) sebagai garis miring. Periode ini disebut periode menanjak (build up period) Kemudian setelah sampai puncak, arahnya menjadi mendatar, dan disebut periode puncak (peak period) Akhirnya menurun (run down) sampai proyek selesai
16
B. METODE TRAPESIUM Bila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan, di samping angka keperluan puncak, juga memberikan keterangan berapa lama masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut : Mulai dari titik awal (nol) sebagai garis miring. Periode ini disebut periode menanjak (build up period) Kemudian setelah sampai puncak, arahnya menjadi mendatar, dan disebut periode puncak (peak period) Akhirnya menurun (run down) sampai proyek selesai
18
Terima kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.