Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Kepala Pustekkom - Depdiknas
ICT UNTUK PENDIDIKAN Harina Yuhetty Kepala Pustekkom - Depdiknas
2
Key Question? Kondisi ideal ICT untuk pendidikan?
Kondisi yang terjadi di Indonesia? Kendala yang dihadapi? Kebijakan ke depan? Mengawali diskusi tentang ICT untuk pendidikan mari kita kaji pertanyaan-pertanyaan mendasar ini: Seperti apakah kondisi ideal ICT untuk pendidikan? Seprti apakah kondisi ICT untuk pendidikan di Indonesia? Kendala apa sajakah yang dihadapi? Bagaimana kebijakan ICT untuk pendidikan ke depan?
3
ICT untuk Pendidikan Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan
EMERGING APPLYING INTEGRATING TRANSFORMING UNESCO IITE, 2003 Posisi Indonesia Menyadari pentingnya ICT untuk Pendidikan Learning to use ICT Using ICT to learn ICT sbg Katalist Reformasi/Evolusi Pendidikan untuk membangun Knowledge-Based Society Posisi Indonesia sebagian besar masih dalam tahap emerging, beberapa sekolah di kota-kota besar sudah masuk tahap applying dan beberapa sekolah di kota-kota besar sedang diarahkan untuk menuju integrating. Secara nasional, ICT masih dijadikan sebagai subject (mata pelajaran/dipelajari oleh siswa/guru). Sedangkan ICT sebagai sarana dan alat belajar (integrating) masih jauh panggang dari api.
4
ICT untuk Pendidikan Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan
ADVANCED COUNTRIES MIDLE COUNTRIES BEGINNING COUNTRIES (Korea, Singapura) (Jepang, Thailand, India) (Vietnam, Myanmar) Memiliki kebijakan nasional ICT untuk pendidikan, dan telah mengintegrasikan ICT ke dalam sistem pendidikan. Mempunyai kebijakan dan rencana induk tentang ICT secara nasional, menerapkan dan mencoba bermacam-macam strategi tetapi ICT belum terintegrasi secara penuh dalam pendidikan. Memiliki kebijakan Nasional namun belum memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan kebijakan dan rencana kerja atau belum mempunyai kebijakan tetapi sudah memulai pilot projek ICT. (UNESCO, 2002) Posisi Indonesia berdasarkan aspek kebijakan dan kerangka kerja nasional, perlu kita pertanyakan. Mungkin kita malu kalau menyebut diri kita masih dalam posisi beginning countries. Tapi kalau dikatakan sudah masuk tahap midle countries, apa iya? Menurut hemat saya masih antara beginning menuju midle countries. Kenapa? Kebijakan dan rencana induk / kerangka kerja nasional ICT untuk pendidikan masih perlu dipertanyakan keberadaanya. DIMANA POSISI INDONESIA ?
5
Readiness Rangking for the Networked World
Country 2003 2004 Singapura 3 2 Japan 20 12 Taiwan 9 17 Hongkong 18 Korea 14 Malaysia 32 26 Thailand 41 38 Philipine 62 69 Indonesia 64 73 Bayangkan, posisi rangking jaringan dunia turun drastis dari rangking 64 pada tahun 2003 menjadi rangking 73 pada tahun 2004. Ini menunjukkan begitu cepatnya perubahan yang terjadi di era informasi ini. (Source: World Economic Forum,
6
Top 60 Economies: e-Learning Readiness Rangking
Sweden Canada US Finland South Korea Singapore Denmark UK Norway Switzerland Australia Ireland Netherlands France Austria 16. Taiwan 17. Germany 18. New Zealand 19. Hongkong 20. Belgium 21. Italy 22. Spain 23. Japan 24. Greece 25. Malaysia 26. Israel 27. Portugal 28. Chile 29. Czech 30. hungary 36. Thailand 43. Philippines 45. India 46. China 50. Turkey 51. Egypt 52. Kazakhstan 53. Indonesia 54. Azerbaijan 55. Srilangka 56. Algeria 57. Vietnam 58. Pakistan 59. Iran 60. Nigeria Posisi kesiapan e-Learning jauh dibawah Singapura, Thailand dan Filifina. (Source: Economiest Intelligent Unit, solutions /pdfs/eiu_e-learning_readiness_rankings.pdf)
7
Hasil Survey Pustekkom Pemanfaatan Internet oleh Guru SMA (N = 196)
76,9 % 23,1 % Belum pernah memanfaatkan internet Pernah memanfaatkan internet antara 1 – 5 kali Sementara hasil survey pemanfaatan internet oleh guru SMA yang dilakukan oleh Pustekkom adalah seperti ini. Sebagian besar guru masih gagap komputer dan internet. Penelitian ini dilakukan di delapan lokasi (Banda Aceh, Pekan Baru, Banten, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Kutai Kartanegara) terhadap 196 responden guru SMA pavorit.
8
Hasil Survey Pustekkom
Pemanfaatan Edukasinet oleh Guru SMA (N = 196) 92,1 % 7,9 % Ini adalah gambaran pemanfaatan program jaringan sekolah yang dikembangkan Pustekkom (Edukasinet). Sebagaian besar belum pernah memanfaatkan Edukasinet. Tapi ini wajar karena survey ini dilakukan berbarengan dengan sosialisasi Edukasinet oleh Pustekkom di delapan lokasi sekolah rintisan seperti dijelaskan sebelumnya. Pernah memanfaatkan edukasinet Belum pernah memanfaatkan edukasinet
9
Faktor Penyebab: Penyebab Utama: Dampak:
Lemahnya “political will” dari pemerintah Ketiadaan e-Leadership Ketiadaan kerangka kerja nasional jangka panjang Lemahnya koordinasi lintas sektor Rendahnya investasi untuk infrastruktur TI; Tidak meratanya fasilitas TI di seluruh pelosok tanah air; Rendahnya backbone dgn bandwidth yang memadai; Terbatasnya dana; Rendahnya tenaga terampil dalam bidang TI untuk pendidikan; Rendahnya ICT literacy di kalangan tenaga kependidikan; dll. Dampak: Penyebab utama masih rendahnya posisi Indonesia dalam pemanfaatan ICT untuk pendidikan di mata dunia disebabkan antara lain oleh empat faktor tersebut. Political will masih lemah ari pemerintah, hal ini ditunjukkan dengan masih lemahnya dukungan kebijakan dan dana. Ketiadaan e-leadership ditunjukkan dengan adanya kepedulian akan ICT hanya dari segelintir orang saja (baik dari pemimpin formal seperti pimpinan Direktorat atau Pusat atau segelintir tokoh panutan masyarakat, seperti kita kenal Bp. Ono W Purbo, dll). Kerangka kerja nasional ICT untuk pendidikan, sampai saat ini belum ada. Unit-unit di lingkungan Depdiknas mengimplementasikan program ICT untuk pendidikan secara sporadis/gerilya (hit and run) tanpa acuan dan dukungan politik serta kebijakan yang jelas. Begitu pula halnya denga koordinasi, sebagai akibat dari ketiga faktor di atas, masing-masing menjalankan program ICT untuk pendidikan secara sendiri-sendiri sehingga tidak ada efek sinergi. Kita ambil contoh: Pustekkom dengan program Televisi Edukasi, Program Edukasinet serta pengembangan media pembelajaran berbasis ICT (VCD/DVD, CD-ROM, atau bahan belajar online). Dikmenjur dengan program WANKota, School Mapping, Mobile Training Unit, dll. Dikmenum dengan program block grantya. Dan Menkominfo dengan program OSOL-nya. Seanainya terkoordinasi dengan baik dengan payung yang jelas tentu efeknya akan sinergi dan pada akhirnya optimal.
10
BAGAIMANA MENUJU KONDISI IDEAL ?
TRANSFORMING INTEGRATING APPLYING EMERGING
11
MARI KITA KAJI CONTOH PENGALAMAN NEGARA LAIN!
12
USA: The National Educational Technology Plan (2000)
Pernyataan Visi/Goal: All students and teachers will have access to information technology in their classrooms, schools, communities, and homes. All teachers will use technology effectively to help students achieve high academic standards. All students will have technology and information literacy skills. Research and evaluation will improve the next generation of technology applications for teaching and learning. Digital content and networked applications will transform teaching and learning. Amerika mengembangkan National Educational Technology Plan sejak tahun 1972 dengan dibentuknya Komisi Nasional untuk Teknologi Pendidikan dan dipimpin langsung oleh Presiden saat itu. Sampai saat ini kerangka kerja tersebut secara periodik dikaji, diperbaharui dan diimplementasikan. The National Educational Technology Plan tahun 2000 memiliki visi/goal yang ingin dicapai seperti tersebut.
13
Contoh Kerangka Kerja ICT untuk Pendidikan Korea
Create an e-educational administration evaluation Improve the ICT infrastructure for education Develop an index for the level of ICT used in education and conduct evaluation Foster the use knowledge and information among citizen and create a scial environment that values creativity and innovation Creating one of the leading knowledge-based nation in the world Equip Students with skills to adapt to knowledge-based society Build a workforce that can innovate Create an information-based culture that values cooperation Adapting ITC into education so that it can both carry out educational reforms and help develop human resources Adapting ICT into special, pre-school education and education for the Gifted Adapting ICT into elementary and secondary education Adapting ICT into life-long learning Adapting ICT into higher education Total Performance Support System (ToPSS) Begitu pula halnya dengan Korea. Sejak tahun 1997 Korea memiliki master plan ICT tahap I (1997 – 2001) kemudian dikaji dan diperbaharui menjadi master plan tahap II (2001 – 2005) dimana kerangka umumnya seperti diagaram tersebut. Disitu terlihat bahwa untuk emncapai visi membangun masyarakat berpengetahuan terdepan didunia Korea mengadaptasikan ICt kedalam pendidikan dalam arti yang sesungguhnya mulai dari pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan sepanjang hayat. Upaya tersebut didukung oleh peningkatan infrastruktur, adanya standarisasi penggunaan ICTdalam pendidikan, evaluasi terus menerus, penyiapan SDM dan menciptakan budya berbasis pengetahuan yang menghargai kerjasama.
14
Kunci Sukses: Komitmen/political will yang kuat; e-Leadership;
Kerangka kerja nasional / blue print; Koordinasi lintas sektor. Kunci sukses: 1. Adanya dukungan komitmen/political will yanag kuat dari pemerintah pusat/daerah mulai dari kebijakan sampai dana. 2. Adanya e-leadership dari policy/decision maker level pusat maupun daerah sebagai agen pembaharu. Adanya kerangka kerja nasional / blue print jangka panjang yang direncanakan secara sistematis, sistemik, serta memiliki target sasaran dan time frame yang jelas, realistis dan dapat dicapai sebagai bagian yang integral dari pemanfaatan ICT untuk semua sektor pemerintahan. 4. Adanya koordinasi dan peran tugas yang jelas antar departemen / unit untuk mencapai visi yang diinginkan.
15
MARI KITA PERTANYAKAN HAL-HAL BERIKUT!
BAGAIMANA DENGAN INDONESIA ? MARI KITA PERTANYAKAN HAL-HAL BERIKUT!
16
Political Will dari Pengambil Kebijakan Pusat maupun Daerah:
Apakah alih teknologi ICT mutakhir telah menjadi prioritas pemerintah? Sudahkah para policy maker dan decicion maker memiliki komitmen pentingnya ICT untuk pengembangan SDM era global? Adakah kebijakan/regulasi yang mendukung pemanfaatan ICT untuk berbagai sektor pemerintahan termasuk pendidikan? Adakah komisi/tim khusus yang memiliki legalitas formal dari pemerintah untuk memikirkan ICT, khusus untuk pendidikan? Tim TKTI telah ada, bagaimana dengan Tim Kerja Telematika untuk Pendidikan?
17
e-Leadership dari Pengambil Kebijakan, Pimpinan atau Tokoh Panutan Pusat maupun Daerah:
Berapa pejabat pusat atau daerah yang memiliki komitmen kuat memperjuangkan pentingnya ICT baik untuk pendidikan atau yang lainnya? Berapa tokoh panutan atau pakar atau akademisi yang memperjuangkan pentingnya ICT untuk pendidikan atau yang lainnya? Berapa asosiasi, komunitas atau perkumpulan lain yang memperjuangkan ICT baik untuk pendidikan atau yang lainnya? Malaysia selangkah lebih maju dari Indonesia, karena adanya e-leadership dan komitmen yang kuat yang ditunjukkan oleh Perdana Menter Mahatir Mohammad. Korea juga sama, mendapat dukungan politik dari Presiden Roh-Moo hyun dan didukung oleh pejabat dan tokoh lain dibawahnya.
18
Kerangka Kerja Nasional ICT untuk Pendidikan:
Bagaimanakah kerangka kerja ICT untuk pendidikan dapat diimpelementasikan?
19
Kerangka Kerja TI Nasional Indonesia
National Information Technology Framework VISION: “Building up a knowledge-based Indonesia Telematika society in the year 2020” Support SMEs E-business to ICT for Education Good Governance E-Government for Community-based ICT E-democracy ICT Supporting Structure Infrastructure: ICT and Telecommunication (ICT) infrastructure, Human Resources, ICT industry Infrastructure Regulatory : Telematika Law Organization : National ICT Coordinating Agency Financial : A new Paradigm in funding mechanism Kerangka kerja nasional TI yang dikembangkan oleh TKTI ini pun menurut hemat saya belum mendapatkan legalitas formal dari pemerintah sehingga belum menjadi suatu kebijakan yang dapat dijadikan acuan pelaksanaannya oleh instansi terkait dibawahnya.
20
Mari Kita Kaji dan Sempurnakan!
PARADIGMA BARU SEKOLAH INDONESIA: Mari Kita Kaji dan Sempurnakan! KONTEN DAN KURIKULUM FASILITAS DAN SARANA PRASARANA SUMBER DAYA MANUSIA INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR PENDIDIKAN VISI – MISI – TUJUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN LEMBAGA PENDIDIKAN ADMINISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN FILOSOFI PENDIDIKAN IDEOLOGI POLITIK EKONOMI SOSIAL BUDAYA HANKAM BERBASIS KOMPETENSI BERORIENTASI PEMECAHAN MASALAH TEKNOLOGI INFORMASI MULTI- DIMENSI BERBASIS SEKOLAH BERDASARKAN UU OTONOMI DAERAH BERBASIS SISTEM INFORMASI TERPADU BERDASARKAN UU SISDIKNAS BERDASARKAN UUD 1945 BERMUATAN LOKAL DAN BERORIENTASI GLOBAL PROSES BELAJAR MENGAJAR SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Kerangka Blue Print ICT untuk pendidikan ini masih perlu dikaji secara mendalam untuk disempurnakan. Disamping itu perlu diperjuangkan agar mendapat legalitas formal sehingga menjadi suatu kebijakan yang harus dilaksanakan.
21
PERANAN ICT DALAM PERSEKOLAHAN MODERN INDONESIA
KONTEN DAN KURIKULUM INFRASTRUKTUR DAN SUPRASTRUKTUR PENDIDIKAN MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN LEMBAGA PENDIDIKAN ADMINISTRASI LEMBAGA PENDIDIKAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN FILOSOFI PENDIDIKAN IDEOLOGI POLITIK EKONOMI SOSIAL BUDAYA HANKAM VISI – MISI – TUJUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH ICT SEBAGAI FASILITAS PENDIDIKAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN GUDANG ILMU PENGETAHUAN ICT SEBAGAI PENUNJANG ADMINISTRASI PENDIDIKAN ICT SEBAGAI ALAT BANTU MANAJEMEN SEKOLAH ICT SEBAGAI INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN 1 2 3 4 5 6 7 WAHANA TRANSFORMASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PROSES BELAJAR MENGAJAR SARANA PRASARANA SUMBER DAYA MANUSIA STANDAR KOMPETENSI
22
Rekomendasi: Perlu policy makro yang menunjang percepatan pendayagunaan ICT untuk pendidikan. Perlu strategi yang sistematis dan terprogram untuk membangun ICT Literacy di bidang pendidikan.
23
Terima Kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.