Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PEMASARAN PUJI WALUYO 10 010 009.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PEMASARAN PUJI WALUYO 10 010 009."— Transcript presentasi:

1 PEMASARAN PUJI WALUYO

2 Marjin tataniaga dapat didefinisikan dengan 2 cara yaitu:
1 Marjin tataniaga dapat didefinisikan dengan 2 cara yaitu: Marjin tataniaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Daly (1958) diterangkan lebih lanjut oleh Friedman (1962) dalam Sudiyono (2002). Menurut Waite & Trelogan (1951) dalam Sudiyono (2002). Marjin tataniaga merupakan biaya dari jasa2 pemasaran / tataniaga yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan & penawaran dari jasa2 tataniaga.

3 Komponen marjin pemasaran ini terdiri dari:
2 Komponen marjin pemasaran ini terdiri dari: Biaya2 yang diperlukan lembaga2 tataniaga untuk melakukan fungsi2 tataniaga yang disebut biaya tataniaga atau biaya fungsional (functional cost). Keuntungan (pootet) lembaga tataniaga.

4 Apabila dalam pemasaran suatu produk pertanian terdapat lembaga
tataniaga yang melakukan fungsi2 tataniaga, maka marjin tataniaga secara matematis dapat ditulis sebagai: M = ∑ ∑ Cij + ∑ πj m m n-1 j-1 Dimana: M = Marjinal tataniaga Cij = Biaya tataniaga untuk melaksanakan fungsi2 tataniaga ke i oleh lembaga tataniaga ke j π j = Keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga ke j m = Jumlah jenis biaya pemasaran n = Jumlah lembaga tataniaga

5 Dengan menggunakan definisi pertama yang menyebutkan bahwa
marjin tataniaga merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, maka lebih lanjut dapat dianalisa sbb: harga yang dibayarkan konsumen merupakan harga di tingkat pengecer, yaitu perpotongan antara kurva permintaan primer (primary demand curve). Dengan kurva penawaran turunan (derived supply curve). Sedangkan harga ditingkat petani merupakan potongan antara kurva permintaan turunan (derived demand curve) dengan kurva penawaran primer (primary supplay curve).

6 Permintaan suatu produk di tingkat petani disebut permintaan turunan
Sebab permintaan ini diturunkan dari permintaan konsumen ditingkat pengecer. Contoh: pabrik minyak kelapa, yang dimaksud permintaan primer Adalah semua permintaan minyak kelapa oleh seluruh konsumen. Sedangkan permintaan turunan dalam kasus ini adalah permintaan kelapa oleh pabrik minyak. Cramer & Jensen (1979) secara sederhana menghubungkan antara kurva permintaan primer dan kurva turunan sbb:

7 { { Rp/unit Pr A M0 Pf B Harga Konsumen Harga tk Petani C Pr’ M1 Pf’ D
Kurva Permintaan Primer M0 Pf B Harga Konsumen Harga tk Petani C Pr’ { M1 Pf’ D Kurva Permintaan Turunan Q0 Q1 Jumlah Q

8 Pada jumlah barang sebanyak Q0, maka harga ditingkat pengecer sebesar Pr dan harga ditingkat petani sebesarPf. Pada jumlah ini marjin pemasaran sebesar: Apabila jumlah barang yang ditransaksikan sebanyak Q1 maka harga ditingkat pengecer sebesar Pr’ dan harga ditingkat petani sebesar Pfl’ Pada jumlah ini marjin pemasaran sebesar selisih harga ditingkat pengecer Pr’dengan harga ditingkat petani sebesar Pf’ Pada jumlah komoditi yang ditransaksikan sebesar ini, maka marjin pemasaran sebesar: M0 = A – B = Pr - Pf

9 LANJUTAN…!!! M1 = C – D = Pr’ – Pf’ Ada 3 hubungan antara besar marjin pemasaran dengan jumlah barang yang diminta, yaitu: 1. Apabila jumlah barang yang diminta bertambah dan marjin pemasaran bertambah (M1>M0), maka disebut Marjin pemasaran bertambah.

10 { { Rp/Unit Pr A M0 Kurva Permintaan Primer B Pf C Pr’ M1
Kurva Permintaan Turunan D Pf’ Q0 Q1 Jumlah Q

11 2.Apabila jumlah barang yang diminta bertambah dan marjin pemasaran konstan / tetap (M1 = M0) maka disebut Marjin Pemasaran konstan / tetap. Rp/Unit A Pr { Kurva Permintaan Primer M0 B Pf Pr’ Kurva Permintaan Turunan { M1 Pf’ Q1 Jumlah Q Q0

12 3.Apabila jumlah barang yang diminta bertambah dan marjin pemasarn berkurang (M1 < M0) maka disebut marjin pemasaran berkurang. Rp/Unit A Pr Kurva Permintaan Primer { M0 B Pf Kurva Permintaan Turunan Pr’ C { M1 Pf’ D Q1 Jumlah Q Q0

13 Pada sisi penawaran, kita jumpai kurva penawaran primer (primary supplay curve) dan kurva penawaran turunan (derived supplay curve). Penawaran primer adalah penawaran komoditi pertanian di tingkat petani. Penawaran primer ini biasanya berupa penawaran bahan mentah atau pun bahan baku. Penawaran turunan adalah penawaran di tingkat pengecer. Kurva turunan ini merupakan penjumlahan kurva penawaran primer dengan marjin pemasaran. Contoh: Pabrik sirup jeruk, maka penawaran primer adalah penawaran buah jeruk di tingkat usaha tani / petani. Sedangkan penawaran turunan adalah penawaran sirup jeruk oleh pabrik pengolah sirup jeruk tersebut. Cramer & Jensen (1979) secara sederhana menggambarkan hubungan penawaran di tingkat petani & pengecer sbb:

14 { { Rp/Unit H Pr’ Kurva Penawaran Turunan I Pf’ Pr F
M1 I Pf’ Pr F Kurva Penawaran Primer Hk penawaran: Apbl harga turun, barang yg d mnta akan naik. sebaliknya { M0 Pf G Q Q0 Q1 Jumlah Q

15 Jumlah penawaran barang sebesar Qp, maka harga di tingkat pengecer sebesar Pr dan harga di tingkat petani sebesar Pf. Pada jumlah ini marjin pemasaran sebesar: M0 = Pr – Pf = F – G Apabila jumlah barang yang ditawarkan bertambah menjadi Q1, maka harga di tingkat pengecer sebesar Pr’ dan harga di tingkat petani sebesar Pf’. Sehingga pada jumlah ini marjin pemasaran sebesar: M1 = Pr’ – Pf’ = H – I

16 Seperti halnya pada permintaan, maka pada penawaran pun terdapat 3 hubungan antara besar marjin pemasaran dengan jumlah penawaran, yaitu: Apabila jumlah barang yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran bertambah (M1>M0) maka disebut marjin pemasaran bertambah. Apabila jumlah barang yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran konstan (M1=M0), maka disebut hubungan marjin pemasaran konstan. Apabila jumlah barang yang ditawarkan bertambah dan marjin pemasaran berkurang (M1<M0) maka disebut hubungan marjin pemasaran berkurang.

17 Pada analisis pemasaran komoditi pertanian dipertimbangkan pada sisi penawaran & permintaan ini secara simultan, sehingga terbentuk harga di tingkat pengecer & harga di tingkat produsen. Dengan demikian marjin pemasaran dapat disusun oleh kurva penawaran permintaan sbb: Rp/Unit Kurva Penawaran Turunan Kurva Penawaran Primer A Pr { Kurva Permintaan Primer M Pf B Kurva Permintaan Turunan Q* Jumlah Q

18 Kurva permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan, membentuk harga di tingkat pengecer Pr. Kurva permintaan turunan yang berpotongan dengan kurva penawaran primer, membentuk harga di tingkat petani Pf. Marjin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr - Pf). Perlu diperhatikan, penentuan marjin pemasaran cara ini harus dipenuhi asumsi bahwa jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat pengecer, yaitu sebesar Q*. Nilai marjin pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga2 pemasaran yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian ini merupakan hasil kali antara perbedaan harga ditingkat pengecer dengan harga di tingkat petani dengan jumlah barang yang ditransaksikan.

19 Secara matematis nilai marjin pemasaran dapat ditulis: VM = (Pr - Pf)
Secara matematis nilai marjin pemasaran dapat ditulis: VM = (Pr - Pf) . Q* Dimana: VM = Nilai Marjin Pemasaran Pr = Harga di tingkat pengecer Pf = Harga di tingkat petani Q* = Jumlah barang yang ditransaksikan Nilai marjin pemasaran pada pemasaran sama dengan luas segi empat Pr Pf BA. Nilai marjin ini di distribusikan diantara lembaga2 pemasaran sebagai biaya pemasaran & keuntungan lembaga pemasaran. Berdasarkan definisi kedua, yaitu marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa2 pemasaran, maka membawa konsekuensi yang berbeda dengan analisis sebelumnya.

20 Jasa2 pemasaran, dalam hal ini sering dikaitkan dengan penambahan utility dari guna bentuk (form utility), guna tempat (place utility), guna waktu (time utility) serta guna pemilikan (possesion utility). Pada umumnya produk yang berbeda mempunyai marjin pemasaran yang berbeda, hal ini disebabkan tiap produk memerlukan jasa2 pemasaran yang berbeda. Dasar analisis marjin pemasaran cara ini menggunakan konsep statis komparatif. Waite & Trelogan (1951) secara grafis menganalisis marjin pemasaran sbb: D S2 S1 M2 M1 D Jumlah jasa penawaran/sat. waktu

21 Pada keadaan mula2 panawaran & permintaan jasa2 pemasaran mengikuti kurva S1 dan D. Pada keadaan ini marjin pemasaran sebesar M1. Apabila harga input jasa2 pemasaran naik, maka kurva penawaran jasa2 pemasaran mengikuti kurva S2 dan marjin pemasaran sebesar M2. Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa pada kurva penawaran jasa2 penawaran elastis sempurna maka pergeseran kurva permintaan jasa2 pemasaran tidak berpengaruh terhadap marjin pemasaran. Dalam analisis pemasaran pertanian konsep marjin pemasaran yang ditinjau dari sisi biaya pemasaran ini jarang digunakan.

22 SEKIAN & TERIMAKASIH SALAM


Download ppt "PEMASARAN PUJI WALUYO 10 010 009."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google