Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
Chairul Huda Al Husna Departemen Keperawatan Medikal Bedah FIKES UMM
2
SEJARAH Mereka yg sembuh thd infeksi menjadi terlindung
Wabah di Athen, Yunani 430 SM Louis Pasteur the father of immunology studi vaksinasi dini
3
SEJARAH Edward Jenner dan Smallpox (1796)
4
DEFINISI Immunology (Latin): Immunis + Logos
Imunologi (Immunology): Studi tentang mekanisme biologis dari Seluler, Molekular serta fungsional Sistim Imun. Sistim Imun (Immune System): Sistim yang terdiri dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit Infeksi
5
Learning outcomes SISTEM IMUN SEL-SEL SISTEM IMUN KOMPLEMEN
ANTIGEN – ANTIBODI SITOKIN REAKSI HIPERSENSIVITAS INFLAMASI AUTOIMUNITAS DAN DEFISIENSI IMUN
6
SEL-SEL SISTEM IMUN
8
SEL-SEL SISTEM IMUN NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit Fagosit mononuklier Sel monosit Sel makrofag hasil differensiasi sel monosit di berbagai jaringan fagosit profesional dan sel APC (Antigen Presenting Cell) Fagosit polimorfonuklier Neutrofil Soldiers of the body 7-10 jam Eosinofil melawan inf parasit Basofil bagian terkecil mediator Fagosit frustasi pelepasan lisozim keluar sel
9
Lanjutan... Kandungan sel fagosit
Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang dimakan Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom menurunkan pH dan mengaktifkan protease Granul : lisosom khusus dari granulosit berisikan berbagai protein bakterisidal Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam dinding bakteri Gram Positif Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri Gram Negatif Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan antimikotik Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri
10
2. Sel Nol Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada sel T dan B Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer) dan Sel K (Killer) Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan cara non spesifik tanpa bantuan antibodi Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat membunuh sel secara non spesifik hanya terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi
11
3. Sel Mediator Basofil dan mastosit : mediator yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi serta mengerutkan otot polos bronkus Trombosit : agregasi dinding vaskuler yang rusak, respon inflamasi, dan sitotoksik 4. Sel assesori Eosinofil, basofil, sel mastosit, trombosit, dan sel APC
12
SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIK
Sel T Sel asal sel T adalah dari sumsum tulang memasuki timus berproliferasi di regio subkapsuler Sel asal itu adalah dari CD4 dan CD 8 Terdiri dari berbagai subset : Sel Th (T helper) Sel Ts (T suppressor) Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity) Sel Tc (cytotoxic) Sel limfosit naif (virgin) Sel Th0 Sel Regulator dan efektor
13
Fungsi Sel T umumnya : Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
14
2. Sel B Perkembangan Sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan dari antigen Fungsi utama sel B adalah memproduksi antibodi Atas pengaruh Sel T sel B berberploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk Ig yang spesifik
16
SISTEM IMUN Pada dasarnya sistem imun dibagi menjadi 2 :
Sistem Imun Non Spesifik (SIN) : Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin, asam neuraminik, dll), Humoral (komplemen, Interferon, C Reactive Protein (CRP)) Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel NK, Sel K), Sel Mediator (Basofil dan mastosit, trombosit) Sistem Imun Spesifik (SIS) : Humoral/Sel B Seluler/Sel T
17
Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik
RESISTENSI Tidak Berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang (memori) SPESIFITAS Umumnya efektif terhadap semua mikroorganisme Spesifik utk mikroorganisme yang sudah mensensitisasi sebelumnya SEL YANG PENTING Fogosit Sel NK Sel K Limfosit MOLEKUL YANG PENTING Lizosim Komplemen Interferon Antibodi Sitokin Komponen yg larut Peptida antimikrobal dan protein antibodi Respon Time Menit/jam Selalu siap Hari (lambat) Tidak siap sampai terpajan alergen Harus ada pajanan sebelumnya
18
Sistem Imun Non Spesifik
Pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan mikroorganisme Respon langsung terhadap antigen Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
19
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Imun Non Spesifik
Spesies Perbedaan individu dan pengaruh usia Suhu Pengaruh hormon Faktor nutrisi Flora bakteri normal
20
Pertahanan Fisik/Mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke dalam tubuh. Kulit yang rusak, misal karena luka bakar, akan meningkatkan resiko infeksi
21
Pertahanan Biokimia pH asam dari keringat dan sekresi sebaseus efek antimikrobal Sekresi mukosa saluran napas dan telinga (sekresi lilin) Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu melindungi dari berbagai kuman Gram Positif menghancurkan dinding sel Air susu ibu laktoferin dan asam neuraminik sifat antibakterial terhadap E. Coli dan Staphylococcus Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam usus halus menciptakan lingkungan anti bakteri
22
Pertahanan Humoral Komplemen Fungsi komplemen
Menghancurkan sel membran banyak bakteri (lisis) Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri (kemotaksis) Mengendap pada permukaan bakteri memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) lalu memakannya Larut dalam keadaan non aktif diaktivasi oleh antigen, kompleks imun, dsb mediator (biologik aktif ataupun mjd enzim untuk reaksi selanjutnya) Jalur aktivasi ini sering pula disertai dengan kerusakan jaringan
23
Berbagai mediator yang dilepas pada waktu komplemen diaktifkan :
Lanjutan komplemen... Berbagai mediator yang dilepas pada waktu komplemen diaktifkan : C1qrs meningkatkan permeabilitas kapiler C2 mengaktifkan kinin C3a dan C5a bersifat kemotaksis mengerahkan leukosit dan sebagai anafilatoksin yang dapat mempengaruhi mastosit sehingga dapat melepaskan histamin dan lisosom C3b berfungsi sebagai opsonin dan adherens imun C4b berfungsi sebagai opsonin C5-6-7 bersifat kemotaksis C8-9 ikut diaktifkan melepas sitolisin, yang dapat menghancurkan sel
24
Lanjutan komplemen... Anafilatoksin Anafilatoksin adalah bahan dengan berat molekul kecil yang dapat menimbulkan degranulasi mastosit dan atau basofil dan pelepasan histamin Histamin me ↑ kan permeabilitas vaskular & kontraksi otot polos dan menimbulkan gejala-gejala yang ditemukan pada reaksi alergi Pe ↑ kan permeabilitas vaskular menimbulkan edema yaitu akumulasi cairan (antibodi dan komponen komplemen) dalam jaringan me ↑ kan lagi pelepasan anafilatoksin dan memperluas reaksi C3a dan C5a adalah anafilatoksin
25
C3a, C5a, dan C5-6-7 adalah kemotaksin
Lanjutan komplemen... Kemotaksin Kemotaksin adalah bahan-bahan yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit C3a, C5a, dan C5-6-7 adalah kemotaksin
26
C3b adalah Adherens Imun
Lanjutan komplemen... Adherens Imun Adherens imun merupakan fenomen dari partikel antigen yang dilapisi antibodi dan atas pengaruh komplemen melekat pada berbagai permukaan mudah dimakan fagosit C3b adalah Adherens Imun
27
C3b dan C4b adalah opsonin/reseptor fagosit
Lanjutan komplemen... Opsonisasi Opsonisasi adalah proses melapisi partikel antigen oleh antibodi dan/atau oleh komponen komplemen lebih mudah dan cepat dimakan fagosit Opsonin adalah molekul yang dapat diikat oleh partikel yang harus difagositir dan oleh reseptor fagosit sehingga merupakan jembatan antara dua protein reaktif tersebut C3b dan C4b adalah opsonin/reseptor fagosit
28
C1q selanjutnya mengaktifkan C1r dan yang akhir mengaktifkan C1s
Lanjutan komplemen... Aktivasi Komplemen C1q adalah komplemen yang diaktifkan pertama kali, membutuhkan IgG1, IgG2, IgG3, dan IgM C1q selanjutnya mengaktifkan C1r dan yang akhir mengaktifkan C1s C1s yang aktif mempunyai sifat esterolitik dan proteolitik Selanjutnya C1s mengaktifkan C4
29
C3a/C3b dapat berikatan dengan C42 dan membentuk C423 (konvertase C5)
Lanjutan komplemen... C4 adalah glikoprotein yang diaktifkan mengakibatkan : berikatan dengan membran sel yang diikat oleh epitop antigen dan C1q, dan berinteraksi dengan C1s lalu mengaktifkan C2 C2 yang diaktifkan tetap berikatan dengan C4 membentuk enzim C42 (konvertase C3) mengaktifkan C3 C3 dipecah menjadi fragmen-fragmen C3a yang kecil dan C3b yang lebih besar C3a/C3b dapat berikatan dengan C42 dan membentuk C423 (konvertase C5) C5 dipecah (oleh konvertase C5) menjadi C5a dan C5b yang mengikat C6 dan C7 untuk membentuk C567 mengaktifkan C8 dan C9 Bila C5b diendapkan di membran sel dan berikatan dengan C6, C7, C8, dan C9 terbentuk C5C678 dan polimerik C9 membrane attack complex (MAC) lisis
30
Aktivasi kompelen melalui jalur klasik
IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 membentuk komplek imun dengan antigen Jalur klasik melibatkan C1-C9 dan diaktifkan secara beruntun Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya
31
Aktivasi kompelen melalui jalur alternatif
Tanpa melalui 3 reaksi pertama pada jalur klasik (C1, C4, C2) IgA1, IgA2, dan IgG4, faktor nefritik mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif Dalam jalur ini C3b mengikat faktor B C3bB C3bB mengikat faktor D C3bBD C3bBD distabilkan oleh properdin
32
Ab - Ag JALUR KLASIK Agregat Ig Protease Urat Polinukleotide CRP C1qrs
= konvertase C3 C356789 C3 C3a C3b + faktor B + faktor B C3b Membantu C3bB + faktor D + faktor D C3bB JALUR ALTERNATIF Agregat IgA, IgG4 Virus, jamur Parasit Faktor nefritik C3bBD
33
B. Interferon Interferon (IFN) adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus sifat antivirus menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi menjadi resisten terhadap virus Selain itu IFN juga dapat mengaktifkan sel NK (Natural Killer)
34
C. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan protein fase akut berbagai protein kadarnya meningkat pada infeksi akut Mengikat komplemen melalui mekanisme opsonin
35
Pertahanan Seluler Fagosit Makrofag LGL (Large Granular Lymphocyte)
Pada dasarnya semua sel bersifat fagositosis Non spesifik mononuklier (monosit & makrofag) dan polimorfonuklier atau granulosit Alur : kemotaksis (aktivasi komplemen) menelan memakan (fagositosis) membunuh mencerna (lisis) Makrofag Dapat hidup lama Mempunyai beberapa granul dan melepaskan berbagai bahan : lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin kontribusi dalam SIN dan SIS LGL (Large Granular Lymphocyte) Mengandung banyak sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia, dan nukleus eksentris Bersifat seperti sel NK
36
SISTEM IMUN SPESIFIK SPESIFIK HUMORAL SPESIFIK SELULER SISTEM LIMFOID
Benda asing sel B berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma membentuk antibodi mentetralisir toksin infeksi ekstraseluler SPESIFIK SELULER Sel T Pertahanan terhadap infeksi intraseluler SISTEM LIMFOID Tempat pematangan sel T dan sel B
38
ANTIGEN Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat merangsang sistem imun dengan sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki satu atau lebih determinan antigen. Hapten adalah antigen yang molekulnya berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun jika sendirian, tetapi menjadi imunogenik jika bersatu dengan carrier
39
ANTIGEN-ANTIBODI KOMPLEK
HAPTEN-CARRIER KOMPLEK
40
ANTIBODI Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy chain/H) dan 2 rantai ringan (light chain/L), serta 2 regio : variabel (V) dan constant (C) Enzim papain memecah molekul antibodi dalam fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen Binding . Fc : Fragmen crystallizable Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
41
Rumus Bangun Dasar Imunoglobulin
Menentukan spesifitas Ab thd Ag
42
Ig A Imunoglobulin sekretori (mencegah perlekatan)
Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata, cairan hidung, dan sekret respiratorius, GI serta urogenital 15-20% merupakan imunoglobulin dalam serum darah
43
Ig D Dalam serum darah dan limfe relatif sedikit, tetapi banyak ditemukan dalam limfosit B Membantu memicu respon imun
44
Ig E Ditemukan dalam konsentrasi darah sangat rendah
Kadar meningkat saat alergi dan parasitik tertentu Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya
45
Ig G Mencapai 80% - 85% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi dan merupakan satu2nya antibodi yg menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir Molekul ini akan diproduksi besar2an pada pajanan kedua dan berikutnya thd antigen spesifik Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap organisme dan toksin yang bersirkulasi, mengaktifkan komplemen dan meningkatkan keefektifan sel fagositik
46
Ig M Ab pertama yang tiba di tempat infeksi pada pajanan awal thd antigen Pajanan kedua peningkatan IgG Mengaktivasi komplemen dan memperbanyak fagositosis, tetapi umur relatif pendek Karena ukurannya molekul ini menetap dalam pembuluh darah dan tidak keluar ke jaringan
48
Interaksi Ab-Ag Fiksasi komplemen :
Sisi pengikat Ag pada regio variabel (V) Ab berikatan dengan sisi penghubung determinan pada Ag komplek imun Fiksasi komplemen : Ab mengikat komplemen diaktivasi melalui “jalur klasik” : Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen fagositosis Sitolisis : ruptur membran plasma isi seluser keluar Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel mast, basofil, dan trombosit
49
3. Aglutinasi (penggumpalan)
Lanjutan interaksi... 2. Netralisasi Ab menutup sisi toksik antigen no danger 3. Aglutinasi (penggumpalan) Terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau sel-sel merah 4. Presipitasi Terjadi jika antigen dapat larut
50
SITOKIN Sitokin adalah messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten Sitokin adalah protein yang berfungsi memberikan isyarat antar sel untuk berkomunikasi dalam respon imun Autokrin : berefek pada sel yang menghasilkannya Parakrin : berefek pada sel yang berdekatan
51
SITOKIN (lanjutan) Peran sitokin dalam aktivasi Sel T
Ag diproses APC dipresentasikan ke Th dan Tc APC melepas IL-1 yg merangsang sel T berproliferasi dan berdeferensiasi sel T memproduksi sitokin untuk reaksi selanjutnya Peran sitokin dalam aktivitas Sel B Th yang dirangsang melepas sitokin (IL 1) mengaktifkan sel B menjadi sel plasma produksi Ig Peran sitokin dalam aktivitas makrofag dan monosit Endotoksin bakteri dan IFN-y yg dilepas sel T merangsang makrofag memproduksi bahan aktif lainnya : IFN-a, IL-1, GM-CSF, dan M-CSF
52
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Merupakan reaksi imun yang patologik respon imun yang berlebihan kerusakan jaringan Tipe Manifestasi Mekanisme I II III IV Reaksi hipersensitivitas cepat Antibodi terhadap sel Kompleks Ab-Ag Reaksi hipersensitivitas lambat Biasanya IgE IgG atau IgM IgG (Terbanyak) atau IgM Sel T yang disensitasi
53
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
54
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
Sifatnya segera Juga disebut Reaksi Anafilaktik Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan sel mast melepaskan mediator alergi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos, dan eosinofilia Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika, reaksi sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan, urtikaria, eczema
55
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
56
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
Dependen komplemen Disebut juga Reaksi Sitotoksik Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler mengaktifkan rangkaian komplemen fagositosis/sitolisis Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian), reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis
57
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III
Disebut juga Reaksi Kompleks Imun Patofis : kompleks imun (Ab-Ag) beredar dalam darah mengendap dalam jaringan (paling sering : ginjal, persendian, kulit, pembuluh darah) respon imun kerusakan jaringan sekitar Contoh klinis : SLE, RA, poliarteritis
58
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
59
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
Disebut juga Reaksi Lambat Patofis : antigen diproses makrofag dihantarkan pada sel T sel T melepaskan berbagai sitokin akumulasi sel-sel radang Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan alograft, sensitivitas obat
60
Defisiensi sistem imun Penyakit yang menyertai
DEFISIENSI IMUN No Defisiensi sistem imun Penyakit yang menyertai 1. 2. 3. 4. Sel B atau Antibodi Sel T Fagosit Komplemen Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pneumonia rekuren Kerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenik Infeksi bakteri, autoimunitas
61
AUTOIMUNITAS Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri Contoh : SLE, SJS, RHD Ada beberapa teori autoimunitas : Teori forbidden clones eliminasi klon yang tidak lengkap klon yang meloloskan diri kembali dan bermutasi Reaksi silang dengan antigen bakteri epitop bakteri sama dengan sel sendiri reaksi silang Rangsangan molekul poliklonal stimulasi bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang sel sendiri Kegagalan autoregulasi pengawasan sel autoreaktif oleh sel T suppresor yang gagal
62
INFLAMASI
63
INFLAMASI (lanjutan) Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin Ditandai dengan kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri. Gejala kelima kadang terjadi adalah hilangnya fungsi
64
INFLAMASI (lanjutan) Rangkaian peristiwa inflamasi :
Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat (leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan), dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor-faktor ini mengakibatkan efek : Vasodilatasi eritema, nyeri berdenyut, panas Peningkatan permeabilitas kapiler bengkak Pembatasan area cidera bekuan fibrin
65
INFLAMASI (lanjutan) 2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera) 1 jam setelah permulaan inflamasi Marginasi : perlekatan fagosit ke dinding endotelial Diapedesis : migrasi fagosit ke area cidera 3. Fagositosis agens berbahaya Neutrofil & makrofag terurai dan mati setelah menelan bakteri Membentuk pus terus menerus sampai infeksi teratasi pus bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal untuk diuraikan/diabsorbsi Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi tdk dapat mengatasi cidera Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang dikelilingi kapsul fibrosa
66
INFLAMASI (lanjutan) 4. Pemulihan
Regenerasi jaringan mitosis sel-sel sehat Pembentukan jaringan parut respon alternatif Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera. Kulit kemampuan regenerasi yang tinggi regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu dalam
67
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.