Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ARGUMEN DEDUKTIF SPESIFIK
Suhendra, S.Fil., MA CRT Coordinator Faculty of Liberal Arts KULIAH KE-9
2
Tujuan Instruksional Khusus
Pembahasan ini bertujuan membantu mahasiswa untuk belajar mengidentifi-kasikan bentuk-bentuk spesifik argumen deduktif, khususnya bagaimana kesimpulan dicapai dengan menggunakan pernyataan yang terstruktur dan formal.
3
Pernyataan Kategoris Bentuk Standard
Tiga Term (A, B, dan C) Semua A adalah B Semua C adalah A Jadi, semua C adalah B A = term tengah B = mayor (Predikat) C = minor (Subyek) Terdiri dari 3 pernyataan; Berisi tiga term (Mayor, Minor dan Kesimpulan) yang terkait secara ber-pasangan dalam rangkaian pernyataan itu, dan Menarik kesimpulan dari satu premis mayor dan minor. Kerjanya berdasarkan klasifikasi atau kategorisasi.
4
Contoh: Semua mamalia (A) berdarah panas (B)
Semua paus (C) adalah mamalia (A) Jadi, semua paus (C) berdarah panas (B). Kategori: “mamalia” dan “berdarah panas” “Term tengah (A), tampil pada kedua premis tetapi tidak dalam kesimpulan” Jika pernyataan premis mayor dan minor benar dan jika bentuk silogisme itu valid, maka kesimpul-annya pasti benar.
5
1. Silogisme Kategoris Contoh:
Terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Terdiri dari tiga proposisi kategoris dan seluruhnya tiga term, masing-masing-tampil dua kali dalam dua proposisi yang berbeda. Menarik kesimpulan pasti dari dua premis yang berupa proposisi sederhana berisi term-term kategoris yang menunjukkan kelompok. Semua tentara adalah patriot (premis mayor) Tidak ada pengkhianat adalah patriot (premis minor) Jadi, tidak ada pengkhianat adalah tentara. Semua tes mengandung bias IBT adalah sebuah tes Jadi, IBT mengandung bias.
6
2. Silogisme Disyungtif Contoh:
Dalam premis mayor diajukan dua alternatif atau lebih; dalam premis minor hanya satu alterna-tif yang diafirmasikan, dan dalam kesimpulan satu-satunya alter-natif yang tersisa diafirmasikan. BENTUK: Premis Mayor Entah A atau B. Premis Minor Bukan A. Kesimpulan Jadi, B. Dr. Martin mengatakan bahwa aku akan mendapat entah nilai “A” atau “B” pada semester ini, ter-gantung dari seberapa bagus nilai ujian akhirku. Padahal aku gagal pada ujian akhir. Jadi, aku akan mendapat nilai “B”. Tahun depan aku akan studi entah di Hong Kong atau di Australia. Agaknya tidak di Hong Kong karena aku tidak tahu bahasanya. Jadi, aku akan studi di Australia.
7
3. Silogisme Hipotetis Contoh:
Argumen hipotetis tidak berisi perbandingan langsung, melain-kan sebuah premis mayor kondisional yang diafirmasikan/ disangkal dalam premis minor. Kesimpulannya adalah sisanya. BENTUK: • Premis Mayor: Jika A maka B. • Premis Minor: A akan terjadi • Kesimpulan: Jadi, B akan terjadi. • Jika bangun kesiangan, aku akan terlambat tiba di sekolah. Aku kesiangan. Jadi, aku akan ter-lambat tiba di sekolah. • Jika uang kuliah naik terus, makin sedikit mahasiswa yang dapat berkuliah. Uang kuliah naik terus. Jadi, makin sedikit maha-siswa yang dapat berkuliah. • Jika aku merokok, aku akan men-dapat akibat yang merugikan kesehatan. Aku pilih merokok. Jadi, aku akan mendapat akibat yang merugikan kesehatan.
8
Bentuk-bentuk lain Argumen Deduktif:
Matematika dan Definisi
9
1. Berdasarkan Matematika Contoh:
Kesimpulan tergantung pada komputasi arit-metis atau geometris murni atau ukuran. Karena semua argumen dalam matematika murni adalah deduktif, kita biasanya dapat memandang argumen yang bergantung pada matematika sebagai argumen deduktif. Orang yang berbelanja mungkin menaruh dua apel dan tiga jeruk di kantong kertas dan me-nyimpulkan bahwa kan-tong berisi lima buah. Seorang surveyor mungkin mengukur sebidang tanah dan, setelah memastikan bahwa ukurannya 30 m setiap sisinya, menyimpul-kan bahwa luas tanah itu adalah 900 meter persegi.
10
2. Berdasarkan Definisi Contoh:
Kesimpulannya diklaim seba-gai tergantung semata-mata pada definisi suatu kata atau frase yang digu-makan dalam premis atau kesimpulan. Ini semua adalah argumen deduktif karena kesimpul-annya secara pasti muncul dari definisi kata/frase itu (mis. “pembohong” dan “bertele-tele”). Seseorang mungkin berpendapat bahwa karena Melisa senang berdusta, maka ia pasti biasa berbicara bohong; atau karena suatu paragraf ber-tele-tele, maka para-graf itu pasti panjang dan berbelit-belit.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.