Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehBundanya Wear Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
BANGKALAN, 26 SEPTEMBER 2012 Perkembangan Perekonomian Terkini: Global dan Domestik Kuliah Umum Kebanksentralan
2
Kondisi Terkini: Perekonomian Global
3
3 Outlook Ekonomi Dunia 3 Ketidakpastian di ekonomi global masih tinggi ditengah krisis Eropa dan masih rentannya pemulihan Ekonomi AS. IMF dalam WEO April 2012 dan World Bank (WB) Juni 2012 memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 3,5% (yoy) dan 3,3% (yoy) pada tahun 2012 dan 4,1% (yoy) dan 3,9% (yoy) pada tahun 2013. PDB Dunia 2013 World GDP Path (CF Mei 2012)
4
4 Perekonomian Global Sektor produksi dan konsumsi di negara maju masih lemah, sementara kinerja ekonomi Asia juga terindikasi menurun Indikator penjualan eceran dan produksi di Eropa masih lemah Indeks produksi Asia juga mengalami penurunan Tingkat pengangguran di negara maju masih tinggi Retail Sales & PMI Manufacture – G3 Industrial Production in Asia
5
5 Vicious Circle Krisis di Eropa PDB: Pemburukan ekonomi Perbankan : Kebutuhan Rekapitalisasi Meningkat Pemerintah: Kenaikan Beban Fiskal Respon Kebijakan EZ Saat Ini: Fiscal Austerity Reformasi Sisi Penawaran Bantuan likuiditas melalui bail-out Troika dan suntikan likuiditas ECB Respon Kebijakan EZ Saat Ini: Fiscal Austerity Reformasi Sisi Penawaran Bantuan likuiditas melalui bail-out Troika dan suntikan likuiditas ECB Indikator finansial dan ekonomi terus memburuk: Sustainibilitas fiskal tidak tercapai. Yield mkn meningkat. Pembiayaan mkn mahal. Kebangkitan ekonomi tidak terjadi. Indikator finansial dan ekonomi terus memburuk: Sustainibilitas fiskal tidak tercapai. Yield mkn meningkat. Pembiayaan mkn mahal. Kebangkitan ekonomi tidak terjadi. Krisis Eropa masih akan berlangsung lama (protracted) Prospek ekonomi makin memburuk; rendahnya kredibilitas kebijakan untuk keluar dari pusaran krisis… Untuk memutus lingkaran krisis, EZ leaders sepakat utk merekapitalisasi perbankan melalui European Stability Mechanism (ESM) dan memberikan kewenangan ECB sbg single supervisor namun perlu kejelasan implementasinya Jumlah EU/EA Summit dan Spread
6
6 Krisis Eropa : Dampak Langsung Dampak trade channel langsung ke Indonesia diperkirakan minimal… Pangsa ekspor Indonesia ke EA kurang dari 20%. Sementara pangsa aset lembaga keuangan yang dimiliki negara EA juga kurang dari 20% Komposisi cadangan devisa dunia menunjukkan peran EUR sebagai mata uang terbesar kedua setelah USD. Trade Links dengan Euro-Area (Pangsa ekspor ke EA dalam total ekspor) Trade Links dengan Euro-Area (Pangsa ekspor ke EA dalam total ekspor) Banking Links dengan Euro-Area (Pangsa aset yang dimiliki EA dalam total aset) Banking Links dengan Euro-Area (Pangsa aset yang dimiliki EA dalam total aset) Komposisi Mata Uang dalam Cadev Dunia
7
7 Pasar Keuangan dan Komoditas Global Pasar keuangan global melemah terkait kekhawatiran krisis politik di Eropa, ancaman grexit, dan perlambatan ekonomi global. Harga komoditas masih cenderung menurun, termasuk harga minyak Global Stock Exchange (Composite MSCI) Oil Price IMF Commodity Price Index
8
Kondisi Terkini: Perekonomian Domestik
9
9 Prakiraan Realisasi Indikator Makro 2012 Secara umum, tracking indikator menunjukkan pencapaian kinerja ekonomi makro 2012 masih sejalan dengan prakiraan sebelumnya… Permintaan domestik tumbuh kuat sementara ekspor diprakirakan lebih rendah shg defisit TB lebih tinggi dari yang diperkirakan…. Juli 2012
10
10 PDB Tw II-2012 tumbuh 6,37%, sedikit menguat dari Tw sebelumnya 6,32% dan di atas proyeksi Realisasi PDB Tw II-2012: Sisi Permintaan GDP Growth by Expenditure Sumber pertumbuhan ekonomi bergeser dari ekspor menjadi investasi (PMTB) dan konsumsi rumah tangga. PMTB tumbuh tinggi mencapai 12,3%, tumbuh jauh di atas proyeksi yg terutama terjadi pd PMTB nonbangunan. Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sedikit di atas proyeksi, dg pertumbuhan yg tinggi pd konsumsi nonmakanan. Peningkatan didukung oleh terjaganya daya beli serta keyakinan konsumen yang menguat. Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat, sedikit melebihi proyeksi, seiring serapan anggaran yang lebih tinggi terutama belanja pegawai dan modal. Ekspor tumbuh melambat cukup tajam di bawah proyeksi, akibat tekanan perlambatan perekonomian global yang menurunkan daya serap mitra dagang utama. Impor tumbuh meningkat dan di atas proyeksi, sbg respons permintaan domestik, utamanya berasal dari akselerasi impor barang modal dan barang konsumsi
11
11 Dari sisi sektoral, kontributor utama pertumbuhan: perdagangan, manufaktur, dan pengangkutan & komunikasi Contributor of GDP Growth by Production Sector GDP Growth by Production Sector Perdagangan, hotel, & restoran tumbuh membaik di atas proyeksi sejalan dengan aktivitas domestik yang masih baik dan lebih banyaknya barang impor yang diperdagangkan. Manufaktur tumbuh melambat dan sedikit di bawah proyeksi disebabkan lebih rendahnya permintaan ekspor, sementara permintaan domestik masih cukup kuat Pengangkutan & komunikasi tumbuh lebih rendah dari proyeksi disebabkan pertumbuhan subsektor angkutan udara yang lebih rendah, sementara kinerja subsektor komunikasi tumbuh stabil. Keuangan tumbuh membaik dan di atas proyeksi terkait kinerja subsektor bank yang meningkat. Pertanian tumbuh melambat namun di atas proyeksi utamanya didukung kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang lebih tinggi dari prakiraan seiring lebih baiknya panen padi. Bangunan tumbuh lebih rendah di bawah proyeksi terkait aktivitas konstruksi yg tidak setinggi prakiraan. Realisasi PDB Tw II-2012: Sisi Sektoral
12
12 Inflasi bulan Juli tercatat lebih tinggi, selain didorong oleh faktor musiman domestik (Ramadhan) juga diiringi oleh gejolak beberapa harga pangan global. Dengan perkembangan Juli, inflasi Tw III dan 2012 diperkirakan masih sejalan dengan proyeksi RDG Tw II-2012. Namun kedepan terdapat beberapa faktor risiko yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. Inflasi Kondisi Inflasi IHK Juli 2012 0,70% (mtm) atau 4,56% (yoy), sedikit lebih tinggi dari proyeksi 0,67% (mtm) atau 4,56% (yoy). - Inflasi VF 1,82% (mtm) atau 7,27% (yoy), sejalan dengan proyeksi 1,80% (mtm) atau 7,25% (yoy). -Inflasi Inti 0,54% (mtm) atau 4,28% (yoy), lebih tinggi dari proyeksi 0,40% (mtm) atau 4,12% (yoy). -Inflasi AP 0,03% (mtm) atau 2,71% (yoy), lebih rendah dari proyeksi 0,18% (mtm) atau 2,87% (yoy). Peningkatan inflasi inti khususnya terjadi pada processed food (core food), yang meningkat dari 4,61% (yoy) menjadi 5,32%(yoy). Kondisi tsb disebabkan oleh dampak tingginya inflasi kelompok volatile food selama dua bulan berturut-turut. Sementara itu, inflasi kelompok inti lainnya (core non-food) sejauh ini masih cukup terkendali yaitu dari 3,88% (yoy) menjadi 3,82% (yoy) sejalan dengan ekspektasi inflasi yang terkelola baik dan sisi penawaran yang masih memadai. Peningkatan harga pada kelompok volatile food, selain karena permintaan yang meningkat, juga disertai oleh kenaikan biaya produksi dan terbatasnya pasokan baik yang bersumber dari impor maupun dalam negeri. Risiko Berlanjutnya dampak kekeringan di berbagai negara ke harga pangan global. Rencana pemerintah untuk menyesuaikan tarif angkutan darat sekitar 15% pasca Lebaran. Rencana penyesuaian Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) oleh PEMDA pada TW-IV dengan besaran maksimal hingga 10% dari yang berlaku saat ini 5%.
13
13 Prospek NPI tw-III 2012 diperkirakan lebih baik dari TW II-2012 namun lebih rendah dari perkiraan sebelumnya....… Neraca Pembayaran Kondisi Lemahnya permintaan global ditengah perekonomian domestik yang masih tumbuh tinggi serta pembayaran dividen kpd asing menjadi faktor pemburukan pada sisi transaksi berjalan. Namun, indikasi perbaikan harga komoditas diperkirakan mampu mendorong perbaikan pada kinerja ekspor. Kinerja TMF masih positif dan masih didominasi oleh aliran dana asing dalam bentuk FDI. Aliran dana asing dalam bentuk PI diperkirakan sedikit meningkat terkait penerbitan surat utang pemerintah ditengah masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global dan defisit transaksi berjalan. Level cadangan devisa terkini (per 31 Juli 2012) mencapai US$106,559 M atau setara dengan dengan 7,2 bulan impor barang. Level tersebut masih lebih tinggi dibandingkan peer group. Risiko Ketidakpastian kondisi pasar keuangan global seiring belum meredanya krisis utang di Eropa berpotensi mendorong capital outflow, terutama jenis portfolio flow. Kuatnya indikasi perlambatan ekonomi global akan berdampak pada turunnya kinerja ekspor ditengah meningkatnya impor sebagai respon tingginya aktivitas ekonomi domestik.
14
14 Nilai Tukar Selama Juli, Rupiah masih mengalami tekanan dgn intensitas yg relatif lebih terjaga, dgn sumber tekanan terkait dgn permintaan valas domestik yg meningkat Kondisi Nilai tukar rupiah secara rata2 (mtm) melemah 0,29% ke Rp9.433/USD dari Rp9.406/USD. Sementara secara ptp, nilai tukar melemah 0,56% menjadi Rp9.445/USD dari Rp9.393/USD (Juni 2012) Pergerakan Rp tsb diiringi oleh volatilitas yg relatif stabil ke 0,25% dari 0,28% pada Juni 2012 Daya saing ekspor dari sisi nilai tukar (REER) masih cukup kompetitif, dimana lebih baik terhadap Filipina dan Malaysia, sedikit dibawah Thailand namun kurang kompetitif thd Korea. Meskipun pelaku nonresiden mencatat inflow valas (SUN, Saham dan SBI) ditengah ketidakpastian global, secara keseluruhan, pasar valas domestik mengalami net outflow: 1. Faktor Internal: Tingginya kebutuhan valas korporasi di tengah pasokan yang terbatas dan moderasi pertumbuhan ekspor menyebabkan defisit current account. 2. Faktor Eksternal: Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek penanganan krisis Eropa, belum solidnya recovery AS, moderasi pertumbuhan ekonomi China, melemahnya harga komoditas sebagai basis utama ekspor Indonesia. Risiko Downside Risks : Tingginya kerentanan di psr keuangan global khususnya kepastian penanganan krisis Eropa Moderasi kinerja ekspor, mengakibatkan NT sensitif thd periods of risk aversion. Upside Risks : Cadangan devisa yang kokoh sbg self insurance, dan kebijakan DHE. Fundamental domestik yang resilien dan yield yang relatif lebih atraktif *Apabila dihitung menggunakan ‘annualized factor’ maka volatilitas nilai tukar naik dari 4,48% (Juni 2012), menjadi 4,63% di Juli 2012”.
15
15 Fiskal Operasi keuangan Pemerintah sampai dengan Juli 2012 relatif lbh baik dibandingkan thn sblmnya… Kondisi Operasi keuangan pemerintah s.d. Juli 2012 mencatat defisit 0,43% dari PDB dibandingkan surplus 0,4% dari PDB pada periode yg sama di 2011. Realisasi belanja negara mencapai 47%, lbh tinggi dibandingkan 2011 (42,9%) terutama didorong oleh subsidi energi yg meningkat signifikan. Selain itu, realisasi belanja modal, belanja pegawai, bantuan sosial dan DOKP jg tercatat lebih tinggi dibandingkan 2011. Realisasi penerimaan sedikit melambat mencapai 50,9% dibandingkan 2011 (51,2%) a.l. terkait penerimaan SDA migas yg menurun. Dg perkembangan tsb., defisit APBN 2012 berpotensi lbh rendah menjadi 1,9% dari PDB dr proyeksi semula 2,1% dr PDB. Risiko Kondisi ekonomi global yg tdk pasti dan dampaknya thd ekonomi domestik berpotensi mengganggu pencapaian asumsi APBNP 2012 (pertumbuhan ekonomi lebih rendah, nilai tukar rupiah lebih lemah, harga minyak lebih tinggi, lifting minyak lebih rendah). Usulan KPU utk memasukkan dana Pemilu pd APBN 2013 diperkirakan berdampak positif thd PDB.
16
16 Perkembangan M2/GDP dan Kredit/GDP Kredit/GDP BI senantiasa mencermati perkembangan kredit dan besaran moneter agar tidak memberikan tekanan berlebihan pada stabilitas makro ke depan. Rasio kredit/ PDB cenderung meningkat. Berdasarkan benchmarking negara2 EMEs, pertumbuhan kredit Indonesia masih berada pada lintasan kecenderungan pertumbuhan kredit negara EMEs Kredit/GDP
17
17 Pertumbuhan kredit terus akseleratif di level yg tinggi di tengah penerapan kebij LTV di Juni 2012. Kredit Pd Jun’12, gkredit mencapai 25,75%, stabil dibandingkan Mei’12 sebesar 26,3%. gKI msh cukup tinggi mencapai 29,1% (yoy) stabil dibandingkan bulan sebelumnya (29,3%). gKMK jg pd level yg cukup tinggi mencapai 28,2% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bln sebelumnya (28,8%). Sementara, akselerasi KK sejak awal 2012 msh tertahan, sejalan dg melambatnya konsumsi rumah tangga. Pd Jun’12, gkk mencapai 19,6% (Mei’12: 20,3%, yoy). BI Rate, Credits, Third Party Fund Kredit Menurut Jenis Penggunaan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (kontribusi)
18
18 1.Mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam menjaga stabilitas makroekonomi, dan mendorong stabilitas pasar keuangan. 2.Meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya dalam perekonomian, dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan. 3.Meningkatkan efisiensi, kehandalan, dan keamanan sistem pembayaran baik dalam sistem pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri. 4.Memperkuat ketahanan makro dan stabilitas sistem keuangan dengan memantapkan koordinasi dalam manajemen pencegahan dan penanganan krisis (PMK). 5.Mendukung pemberdayaan sektor riil termasuk melanjutkan upaya perluasan akses perbankan (financial inclusion) kepada masyarakat. Arah Kebijakan BI 2012 5 PILAR KEBIJAKAN BANK INDONESIA TAHUN 2012
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.