Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Mengidentifikasikan Aneka Kesesatan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Mengidentifikasikan Aneka Kesesatan"— Transcript presentasi:

1 Mengidentifikasikan Aneka Kesesatan
Suhendra, S.Fil., MA CRT Coordinator Faculty of Liberal Arts KULIAH KE-11

2 Tujuan Instruksional Khusus
Pembahasan ini bertujuan membantu mahasiswa untuk belajar mengidentifikasikan kesesatan-kesesatan di dalam argumen.

3 1.PENGANTAR Belajar caranya bernalar secara logis dan berpikir secara kritis antara lain berarti belajar caranya untuk tidak bernalar dan berpikir secara tidak kritis. Misalnya bagaimana caranya membedakan antara argumen yang jelek dan argumen yang bercacat. Mengetahui caranya menunjuk argumen yang bercacat adalah mengetahui caranya menghindari itu ketika kita harus menilai argumen orang lain atau apabila kita sendiri mengajukan argumen.

4 2.Kesesatan: formal dan informal
Cacat dalam suatu argumen adalah lebih dari premis salah belaka. Kesalahan penalaran atau penciptaan ilusi dapat membuat argumen yang jelek kelihatan baik (atau keduanya). Kesesatan formal adalah kesalahan penalaran berdasarkan bentuknya. Kesesatan informal adalah kesalahan dalam percakapan biasa, dan kadang-kadang disebut kesesatan bahasa. Ada ratusan kesesatan tetapi beberapa pola dapat diidentifikasikan. Pada intinya ada tiga klasifikasi pokok: kesesatan ambiguitas, kesesatan relevansi, dan kesesatan presumsi.

5 1. Kesesatan Relevansi. 5

6 3. Apakah Kesesatan Relevansi? Bagaimana cara mengatasinya?
Premisnya secara logis tidak relevan untuk kesimpulan. Hubungan antara premis dan kesimpulan adalah emosional. Ada pengandaian di balik argumen (premis diandaikan). Tetapi premis relevan secara psikologis, jadi kesimpulan tampaknya mengikuti premis, walau tidak secara logis. Jadi, untuk mengidentifika- sikan kesesatan relevansi, seseorang harus dapat membedakan antara bukti otentik dan aneka bentuk dorongan emosional. 1. Apakah kesimpulan dari argumen itu? 2. Identifikasikan kesimpulan dan teliti jenis bukti yang diberikan. 3. Apakah ada alasan yang tepat untuk mempercayai kesimpulan?

7 9 Jenis Kesesatan Relevansi
1. Argumentum ad Baculum 2. Argumentum ad Misericordiam 3. Argumentum ad Populum 4. Argumentum ad Hominem 5. Argumentum ad Verecundiam (induksi lemah) 6. Argumentum ad Ignorantiam (induksi lemah) 7. Ignoratio Elenchi 8. Argumen Bayangan (Strawman) 9. Pengalihan Perhatian (Red Herring)

8 1. Argumentum ad Baculum (penggunaan kekuatan atau ancaman kekuatan)
Itu terjadi ketika seseorang ingin memenangkan suatu perkara dengan menggunakan kekuatan atau ancaman kekuatan. Ada akibat yang akan terjadi jika tidak setuju dengan pembicara / argumentator / pengarang. Ada kerugian yang akan dialami seseorang jika ia tidak menyetujui kesimpulan. Melibatkan ancaman fisik atau psikologis.

9 Contoh: Anak kepada teman bermain: ‘‘Teletubbies’’ adalah acara paling baik di TV; kalau kamu tidak percaya, aku akan panggil kakakku di sana dan dia akan menghajarmu. Ayah kepada anak: “Anakku, sebaiknya kamu percaya pada Sinterklas; kalau tidak kamu tak akan mendapat hadiah dari dia Hari Natal mendatang.” Sekretaris kepada bos: Saya pantas mendapat kenaikan gaji. Bapak tentu tahu betapa saya bersikap baik kepada istri Bapak, dan saya yakin bapak tidak ingin istri Bapak mengeta-hui apa yang terjadi antara Bapak dan klien Bapak yang sexy itu.

10 2. Argumentum ad Misericordiam (Mengundang belas kasihan)
Itu terjadi ketika seseorang mengundang bela rasa atau belas kasihan dengan argumen. Sering digunakan di ruang sidang. Pengacara mengajukan pembelaan di depan jury bahwa hukuman perlu dikurangi menja-di seringan mungkin karena ter-dakwa tidak berniat melakukan kejahatan tetapi terpaksa untuk mencari nafkah bagi keluarga-nya. Dihimbau agar diberi belas kasihan. Pengacara mungkin berhasil, tetapi argumennya mengandung kesesatan ini (lihat contoh). Subyek pajak kepada hakim: Bpk. Hakim Yth., saya mengakui bahwa saya menyatakan ada tigabelas anak yang menjadi dependen dalam kewajiban pajak saya, walaupun saya cuma punya dua anak. Namun jika Anda menanggap saya bersalah atas penghindaran pajak, reputa-si saya akan hancur. Mungkin saya akan kehilangan pekerjaan, istri saya tidak dapat menjalani operasi yang harus dijalaninya, dan anak-anak saya akan mati kelaparan. Tentunya saya tidak bersalah.

11 3. Argumentum ad Populum (Acuan kepada Orang Banyak) Kesesatan ini dilakukan ketika seseorang memanfaatkan bias atau prasangka orang kebanyakan untuk memenangkan argumentasi.

12 Dua Kiat Argumentum ad Populum:
1. LANGSUNG Berbicara kepada sejumlah besar orang; menggelorakan emosi orang banyak; memicu gejolak massa (propagandis, demagog) 2. TAK LANGSUNG Menyapa bukan seluruh massa tetapi salah satu atau beberapa individu, dan menyinggung aspek tertentu dari hubungannya dengan seluruh massa. a. bandwagon, b. acuan kepada vanitas c. acuan kepada snob. Semuanya merupakan teknik baku industri Periklanan.

13 Contoh (KIAT LANGSUNG):
Melambaikan bendera dan musik menggele-gar mendukung efek. Karena setiap individu yang hadir ingin ikut dalam kebersamaan, euforia dan kegairahan maka mereka mene-rima berapa banyak pun kesimpulan yang disodorkan dengan gairah yang kian besar. Adolf Hitler adalah jago teknik ini, tetapi teknik ini juga dengan sukses digunakan oleh pembicara pada konvensi Partai Demokrat dan Partai Republikan.

14 Contoh (KIAT TAK LANGSUNG)
• Anda tentu mau membeli pasta gigi Formula! Mengapa? 90 persen orang Indonesia menggosok gigi dengan Formula (Kereta Meriah) • Ibu kepada anaknya: Kalau besar kamu mau menjadi seperti Wonder Woman, bukan? Ayo, makanlah daging dan sayuran (Acuan kepada selera snob). • Mobil Rolls Royce bukan untuk setap orang. Jika Anda memenuhi kualifikasi sebagai salah satu dari segelintir orang terpilih, mobil klasik berpamor ini dapat dilihat dan diuji-kendarai di BSD Motor Cars, Ltd. (Mohon hanya dengan janji saja.) – Acuan kepada vanitas/pamor

15 4. Argumentum ad Hominem Tiga bentuk utama serangan kepada orangnya:
a. Merendahkan (sifat pribadinya) b. Sirkumstansial (sistem keyakinannya) c. Tu quoque (“Kamu pun juga”) Menyerang diri orangnya Orang yang mengemuka-kan argumen itulah yang diserang, bukan argumen yang ia ajukan. Melibatkan dua pihak.

16 a. MERENDAHKAN CONTOH: Sebelum meninggal, penyair Allen Ginsberg mengajukan argumen mendukung legalisasi pornografi. Argumen Ginsberg tak ada nilainya. Ginsberg adalah homoseks pecandu marijuana dan pembela budaya narkoba yang nekat. Alih-alih menyerang pernyataannya, argumen ini menyerang diri orang (sifat pribadi-nya) yang membuat pernyataan.

17 b. Sirkumstansial Contoh:
Dalai Lama berpendapat bahwa China tidak punya kepentingan di Tibet dan bahwa negara Barat harus melakukan sesuatu untuk itu. Tetapi Dalai Lama hanya ingin agar orang China keluar sehingga ia bisa kembali sebagai pemimpin. Tentu saja ia berargumentasi seperti itu. Jadi, kita harus menolak argumen ini. Bukannya menyerang per-nyataannya, penulis me-nyerang hubungan antara pembuat pernyataan dan lingkungannya. Mis. Kita tidak boleh menye-tujui proposal orang ini untuk membangun sekolah dasar karena ia adalah seorang komunis yang hanya berniat menyebar-kan ide-ide komunis, ter-utama di sekolah-sekolah.

18 c. Tu quoque (“Kamu pun juga”)
Anak kepada orangtua: Perintahmu bahwa aku harus berhenti mencuri gula-gula di toko pojok itu tidak ada gunanya. Kamu minggu lalu berkata bahwa waktu kecil pun kamu mencuri gula-gula. Bentuk serangan kepada diri orang ini menunjuk bahwa orang itu tidak melakukan apa yang ia gembar-gemborkan.

19 Perhatikan contoh berikut:
Mickey bersaksi bahwa ia melihat Freddy membakar gedung. Mickey belum lama ini dihukum karena sumpah palsu, dan ia amat membenci Freddy dan ingin supaya Freddy dipenjarakan. Jadi, Anda tidak boleh mempercayai kesaksian Mickey. Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak? Teroris internasional Osama bin Laden merencanakan membom Kedutaan A.S. di Kenya dan Tanzania, yang membunuh lebih dari dua ratus orang tak bersalah, dan ia mendukung tindak terorisme di seluruh dunia. Jadi, Bin Laden adalah orang yang jahat dan tidak bertanggungjawab. Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak?

20 Perhatikan contoh berikut:
Shakespeare tidak mungkin menulis ketigapuluh enam drama yang diatribusikan kepadanya, karena Shakespeare yang sebenarnya adalah seorang pengusaha kecil dari pelosok yang hanya bersekolah sampai kelas empat dan tak pernah keluar dari negara kelahirannya Inggris. Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak?

21 5. Argumentum Ad Verecundiam
Autoritas tak berkualifikasi. Kesesatan ini terjadi ketika seseorang me-ngutip suatu autoritas sebagai pendukung argumennya tetapi autoritas itu tidak tepat. Sebagai pendukung kesimpulan. Autoritas atau saksi yang tak handal. Tidak memiliki kepakaran yang disyaratkan, berbias atau berprasangka, ada motif berbohong atau menyebarkan ‘‘misinformasi,’’ atau tidak memiliki kemampuan yang perlu untuk mempersepsi atau mengingat.

22 Contoh: Raymond, Pemimpin Perusa-haan Rokok Angin Topan, bersaksi di depan Congress bahwa tembakau bukan zat adiktif dan bahwa merokok tidak menimbulkan adiksi. Jadi, kita harus memperca-yai dia dan menyimpulkan bahwa merokok memang tidak menimbulkan adiksi. Ny. Rosida (yang sudah tua dan hampir buta) bersaksi bahwa ia melihat terdakwa menikam korban dengan bayonet, ketika ia sedang berdiri di dalam suasana temaram sejauh sekitar 100 meter dari tempat kejadian. Jadi, para anggota jury harus menyatakan terdakwa bersalah.

23 6. Argumentum Ad Ignorantiam
Acuan kepada ketidaktahuan. Ini dilakukan ketika seseorang mengacu kepada ketidaktahuan untuk memenangkan perkara. Mis. Hantu pasti ada, karena tak seorang pun dapat membuktikan bahwa tidak ada. Karena sesuatu belum terbukti keliru, maka pasti benar. Sebaliknya, sesuatu itu pasti salah, karena belum terbukti benar. (1) Sudah berabad-abad orang berusaha menemu-kan bukti yang meyakinkan untuk klaim astrologi, dan belum berhasil. Jadi, harus disimpulkan bahwa astrologi itu omong kosong belaka. (2) Sudah berabad-abad orang berusaha membukti-kan bahwa klaim astrologi salah, dan belum berhasil. Jadi, harus disimpulkan bahwa klaim astrologi benar.

24 ‘Lebih kuat dari keraguan yang masuk akal’
Di Amerika Serikat dan Kanada, misalnya, sese-orang diduga tak bersalah sampai ia terbukti bersalah. Jika dalam sidang pengadilan jaksa penuntut gagal membukti-kan kesalahan terdakwa secara lebih kuat daripada keraguan yang masuk akal, dewan pembela dapat mengajukan argumen bahwa kliennya tidak bersalah. Para anggota jury, Anda telah mendengar penuntut mengajukan tuntutannya terhadap terdakwa. Namun, tidak ada sesuatu pun yang terbukti secara lebih kuat daripada keraguan yang masuk akal. Karena itu, di bawah hukum, terdakwa tidak bersalah.

25 Perhatikan contoh berikut:
Selama puluhan tahun banyak kelompok ilmuwan berusaha mendeteksi keberadaan ether sumber cahaya, dan semua gagal. Jadi, ether sumber cahaya tidak ada. Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak? Tak seorangpun pernah melihat Mr. Andrews minum anggur, bir, atau minuman beralkohol lainnya. Kemungkinan Mr. Andrews bukan peminum. Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak?

26 7. Ignoratio Elenchi Kesimpulan tidak relevan Argumen Meleset
Kesesatan ini terjadi ketika sebuah argumen berusaha membuktikan suatu kesimpulan tertentu, tetapi malah mencapai kesimpulan yang sama sekali berbeda. Manakala diduga bahwa ada kesesatan semacam itu, kita harus mempu meng-identifikasikan kesimpulan yang benar, yakni kesim-pulan yang secara logis diandaikan oleh premis-premis. Kesimpulan itu harus sungguh berbeda dengan kesimpulan yang telah diambil.

27 Contoh: “Lelaki ini bersalah atas kejahatan perkosaan dan harus dihukum mati. Per-kosaan adalah kejahatan yang keji. Orang waras tak akan mentolerir itu. Semua orang yang bertanggung-jawab dan pejabat peme-rintah akan mengutuknya. Kaum agama memandang perkosaan mengerikan. Jadi, perkosaan itu keji dan orang ini bersalah. Ia harus dihukum seberat mungkin.” Pencurian dan perampokan meningkat secara mence-maskan akhir-akhir ini. Kesimpulannya sudah jelas: kita harus segera memberlakukan kembali hukuman mati. Penyalahgunaan sistem ke-sejahteraan dewasa ini semakin parah saja. Satu-satunya pilihan yang ter-sisa adalah menghapus sistem itu sama sekali.

28 8. Argumen Bayangan Contoh:
Argumentator mendistorsi argumen lawan untuk lebih mudah menyerangnya, menghancurkan argumen terdistorsi itu, kemudian menyimpulkan bahwa argumen asli lawannya sudah dihancurkan. Dewan Pertimbangan Mahasiswa mengajukan argumen kepada kami yang mendukung pem-bolehan minuman alkohol di kampus. Apa sih maunya para mahasiswa? Masuk dengan segar dan teler waktu lulus? Apa mereka minta supaya kita membuka bar? Atau minta disediakan bar di semua sudut kampus? Proposal seperti itu kan konyol!

29 Contoh lain: Mr. Edmund mempersoalkan penyelenggaraan doa di sekolah negeri. Jelaslah Mr. Edmund mendukung ateisme. Ingat, ateisme adalah sesuatu yang di-praktekkan di Rusia. Ateisme mendorong agar semua agama dihapus dan peran Allah diganti dengan negara maha berdaulat. Itukah yang kita inginkan? Tentu tidak. Jelaslah argumen Mr. Edmund nonsense. Para pekerja garment menan-datangani petisi minta ventilasi yang lebih baik di tempat kerja. Sayangnya, AC itu mahal. Saluran udara harus dipasang di seluruh pabrik, dan alat pembuang panas yang besar harus dipasang di atap. Apalagi, biaya peng- operasian sistem semacam itu di musim panas tinggi sekali. Dengan pertimbang-an itu petisi harus ditolak.

30 9. Pengalihan Perhatian Argumentator mengalihkan perhatian pembaca atau pendengar dengan meng-ganti pokok pembicaraan tetapi yang sangat dekat dengan aslinya. Menarik kesimpulan tentang pokok lain itu, atau dengan sekadar mengasumsikan bahwa sudah ada kesimpulan yang diambil. Dengan cara itu, argumen-tator mendaku bahwa telah memenangkan argumen-tasi. Professor Winters meng-komplain fasilitas parkir yang tidak mema-dai di kampus kita. Tetapi tahu-kah Anda, tahun lalu Winters menjalin asmara yang hot dengan seseorang dari English Department? Mereka berdua biasa bertemu tiap hari untuk melakukan hubungan mesum di ruang fotokopi. Agaknya mereka tidak sadar seberapa jelas orang bisa melihat menembus kaca kabut itu. Para mahasiswa juga dapat melihat dengan jelas. Cukup sekian perihal Winters.

31 Argumen Bayangan (Strawman) dan Pengalihan Perhatian (Red Herring)
Kedua-duanya memiliki efek mengalihkan perhatian pembaca / pendengar keluar dari jalur.

32 Argumen Bayangan Pengalihan Perhatian
Argumentator mengabaikan argumen lawan (jika memang ada) dan dengan halus mengganti pokok pembicaraan. Tentukan apakah argumentator sekadar mengganti pokok pembicaraan. Seringnya tidak. Argumentator mulai dengan mendistorsikan argumen lawan dan menyimpulkan dengan menghancurkan argumen terdistorsi itu. Tentukan apakah argumen-tator telah menghancurkan argumen yang terdistorsi atau tidak. Selalu melibatkan dua argumentator, sekurang-kurangnya secara implisit.

33 Argumen Bayangan, Pengalihan Perhatian dan Ignoratio Elenchi
Ketiga-tiganya mengandung irrelevansi yang serupa

34 Argumen Bayangan, Pengalihan Perhatian & Ignoratio Elenchi
Dua yang pertama (argumen bayangan dan pengalihan perhatian) men-ciptakan satu set premis baru, sedang ignoratio elenchi tidak demikian. • Argumen Bayangan menarik kesimpulan dari premis-premis baru yang didapatkan dengan mendistorsikan argumen sebelumnya dan … • Pengalihan Perhatian, jika menarik kesimpulan, menarik kesimpulan itu dari premis baru yang didapat dengan mengganti pokok pembicaraan. • Sedangkan Ignoratio elenchi menarik kesimpulan dari premis asli. • Pada Dua yang pertama (argumen bayangan dan pengalihan perhatian), kesimpulannya, jika ada, relevan terhadap premis-premis yang mendasari kesimpulan. • Sedang pada Ignoratio elenchi, kesimpulan tidak relevan terhadap premis-premis yang mendasari kesimpulan.

35 2. Kesesatan Presumsi Adanya presumsi (anggapan) di balik argumen yang menjadikan argumen itu sesat.

36 1. Salah sebab (induksi lemah) 2. Analogi lemah (induksi lemah)
7 Jenis Kesesatan Presumsi 1. Salah sebab (induksi lemah) 2. Analogi lemah (induksi lemah) 3. Lereng licin (induksi lemah) 4. Aksidensi 5. Generalisasi Terburu-buru (Aksidensi Terbalik) 6. Petitio Principii 7. Pertanyaan Kompleks

37 1. Salah Sebab (basis sebab yang tidak benar)
“Hujan turun karena lelaki itu tak henti-hentinya menabuh genderang dan wanita itu terus saja berjoget”; “Ia mendapat kecelakaan karena melihat kucing hitam”; atau “Sakitnya disebabkan demam yang dialaminya” (sebab sakitnya ialah infeksi virus atau bakteri sedangkan demam tinggi adalah efeknya). Hubungan antara premis dan kesimpulan bergantung pada suatu hubungam kausal imajinal yang mungkin tidak ada. Kesimpulan bergantung pada peng-andaian bahwa X menyebabkan Y, sedang X mungkin sama sekali tidak menyebabkan Y. Ada dua versi: 1. “non causa pro causa” (bukan sebab dianggap sebab) dan 2. “post hoc ergo propter hoc” (sesudah itu, jadi disebabkan oleh itu).

38 1. Post hoc ergo propter hoc – “Terjadi sesudah itu, jadi disebabkan hal itu”
Semata-mata karena suatu peristiwa terjadi sebelum peristiwa lain, peristiwa pertama merupakan penyebab peristiwa kedua. Berturutan dalam waktu saja tidak cukup kuat untuk menyimpulkan adanya hubungan kausal. Dalam dua bulan terakhir, setiap kali para cheer-leaders memakai pita rambut warna biru, tim basket kita kalah. Jadi, untuk mencegah kekalahan di masa mendatang, para cheer-leaders tidak boleh memakai pita rambut warna biru.

39 2. Non causa pro causa - ‘‘bukan sebab dianggap sebab’’
Apa yang dianggap menjadi sebab suatu hal sebenarnya sama sekali bukan merupakan sebabnya. Para eksekutif bisnis yang berhasil gajinya di atas $50,000. Jadi, cara terbaik untuk memastikan bahwa Ferguson menjadi seorang eksekutif bisnis yang berhasil ialah dengan menaik-kan gajinya sampai paling sedikit $50,000.

40 3. Sebab Yang Terlalu Sederhana
Bahwasanya suatu kejadian koinsidental dengan kejadian lain tidak merupakan alasan yang cukup untuk menyimpulkan bahwa kejadian yang satu menyebabkan kejadian lainnya. 3. Ada lebih banyak undang-undang di buku dewasa ini melebihi sebelumnya, dan lebih banyak tindak kejahatan juga. Jadi, untuk menurun-kan jumlah tindak kejahatan kita harus mengahpus semua undang-undang.

41 Contoh lain: Ada seumlah besar sebab yang menyebabkan sebuah efek tertentu, tetapi argumentator hanya memilih salah satunya dan menampilkannya seakan-akan itulah satu-satunya sebabnya. Biasanya dilandasi motivasi pamrih pribadi. Kualitas pedidikan di sekolah dasar dan sekolah mene-ngah kita menurun sejak beberapa tahun. Pasti, guru-guru kita tidak bekerja dengan baik dewasa ini. Kini, kita semua dapat mengharap-kan usia yang lebih panjang dibanding orangtua dan kakek-nenek kita. Kita sungguh berhu-tang budi kepada jutaan dokter berdedikasi yang berusaha keras menjaga kesehatan kita.

42 2. Analogi Lemah Mobil baru Josef berwarna biru muda, memiliki jok kulit, dan irit bahan bakar. Mobil baru Maria juga biru muda, dan joknya kulit. Jadi, mobil Maria mungkin juga irit bahan bakar. Analoginya tidak cukup kuat untuk mendukung kesim-pulan yang ditarik. Cara Mengevaluasi: (1) Identifikasikan atribut a, b, c, yang sama-sama dimiliki A dan B, dan (2) Tentukan bagaimana hubungan atribut z, yang disebut dalam kesimpulan, dengan atribut a, b, c, . . Jika ada hubungan kausal antara z dan a, b, atau c, maka argumen itu kuat; jika tidak, lemah.

43 Bandingkan 2 contoh berikut:
Aliran listrik melalui sebuah kabel serupa dengan aliran air melalui sebuah pipa. Ketika air mengalir turun dari gunung melalui sebu-ah pipa, tekanan di dasar gunung lebih besar daripa-da di puncak gunung. Jadi, ketika listrik mengalir turun melalui sebuah kabel, voltasenya pasti lebih besar di dasar gunung daripada di puncak gunung. Aliran listrik melalui sebuah kabel serupa dengan aliran air melalui sebuah pipa. Tentu saja pipa yang dia-meternya besar dapat menampung aliran air yang lebih besar daripada pipa yang diameternya kecil. Jadi, sebuah kabel yang diameternya besar pasti menampung aliran listrik yang lebih besar daripada kabel berdiameter kecil.

44 3. Lereng Licin • Untuk menunjukkan bahwa proposisi P tidak dapat diterima, serangkaian peristiwa yang kian tak dapat diterima ditunjukkan sebagai mengikuti peristiwa P. • Lereng Licin adalah penggunaan tak sah dari rumus “jika… maka…”. • Kesimpulan suatu argumen bersandar pada suatu reaksi rantai yang disodorkan dan tidak ada alasan yang cukup untuk berpikir bahwa reaksi rantai akan terjadi.

45 Contoh: Jika kita mengesahkan undang-undang yang me-larang senjata automatik, tak lama lagi kita akan mengesahkan undang-undang yang melarang semua senjata, kemudian membatasi hak-hak lain-nya, dan akhirnya kita akan hidup di sebuah negara komunis. Jadi, kita tidak boleh melarang senjata automatis. Kamu tidak boleh berjudi. Begitu kamu mulai berjudi, akan sulit bagimu berhenti. Tak lama kamu akan keha-bisan uang karena kamu pertaruhkan, dan akhirnya kamu akan melakukan kejahatan untuk mencari nafkah.

46 Perhatikan 2 contoh berikut:
2. Usaha melarang pornografi mengancam hak asasi warga negara dan harus ditinggalkan secara tuntas. Jika pornografi dilarang, tak lama kemudian surat kabar dan majalah akan di-sensor. Sesudah itu, buku teks, pidato politik, dan ba-han kuliah para dosen uni-versitas pun akan disen-sor. Akibat yang tak terhin-darkan adalah pengendali-an pikiran oleh pemerintah pusat. 1. Tindakan langsung harus segera diambil untuk melarang porno-grafi selamanya. Produksi dan penjualan benda pornografik sudah pasti akan meningkatkan kejahatan seks seperti perkosaan dan inses. Itu ganti akan menggerogoti jalinan moral msyarakat dan mengingkatkan segala jenis kejahatan. Akhirnya hukum dan ketertiban akan hancur, dan akhirnya peradaban akan runtuh.

47 4. Aksidensi Contoh: “Yang kubeli kemarin kumakan hari ini. Kemarin aku membeIi ikan mentah. Jadi, hari ini aku makan ikan mentah.” Mungkin betul bahwa apa yang kubeli kemarin kuma-kan hari ini(aturan umum). Tidak berarti bahwa karena kemarin aku membeli ikan mentah maka hari ini aku makan ikan mentah. Yang biasanya terjadi ialah aku menaruh ikan di freezer, kuambil pagi berikutnya, kumasak, dan kumakan. Suatu aturan umum dapat diterapkan pada segala situasi tanpa memedulikan ciri-ciri aksidentalnya. Suatu aturan umum diterap-kan pada suatu kasus spesifik yang tidak dimak-sudkan untuk dicakupnya. Biasanya, aturan umum di-kutip di premis kemudian diterapkan secara keliru pada kasus spesifik yang disebutkan dalam kesimpulan.

48 Perhatikan 2 contoh berikut:
Hak milik harus dikembalikan kepada pemiliknya yang sah. Pelaut mabuk yang memicu perkelahian dengan lawannya di meja biliar itu telah meminjam-kan kepadamu pistolnya kaliber .45, dan sekarang dia memintanya kembali. Jadi, kamu harus mengem-balikannya sekarang. Kebebasan berbicara adalah suatu hak yang dijamin oleh konstitusi. Jadi, John tidak boleh ditangkap karena pidatonya yang memicu huru-hara minggu lalu.

49 5. Generalisasi Terburu-buru Contoh:
1. Ali, seorang Madura, mencuri dompetku. Jadi, semua orang Madura pencuri. 2. Aku tanyakan pada enam kawan apa ada peluang bahwa aku menang kontes Ms. UPH dan mereka berkata, aku akan menang. Jadi, aku akan menjadi Ms. UPH tahun ini. 3. Enam fundamentalis Arab di-tangkap pada pembomban World Trade Center di New York City. Maknanya sudah jelas: orang Arab tak lebih dari gerom-bolan orang fanatik yang senang akan kekerasan. Itu terjadi pada generalisasi induktif. Apakah generalisasi induktif? Kesesatan terjadi ketika ada peluang nyata bahwa sampelnya mewakili kelompok. Peluang semacam itu ungkin timbul jika sampel itu terlalu kecil atau dipilih secara acak. Singkatnya, ukuran sampel terlalu kecil untuk mendukung kesimpulan.

50 6. Petitio Principii • Pembunuhan itu salah secara moral. Karena itu, maka aborsi itu secara moral salah. • Hukuman mati dapat dilaku-kan untuk tindak pembu-nuhan dan penyanderaan karena memang sah dan tepat bahwa seseorang dihukum mati karena telah melakukan tindakan yang sedemikian keji dan tidak manusiawi itu. Menuntut sumbernya; mengandaikan yang justru dipersoalkan. • Kesesatan ini terjadi mana-kala argumentator membu- at ilusi bahwa premisnya yang tidak memadai sudah memberikan dukungan untuk kesimpulan dengan (1) menghilangkan premis kunci, (2) mene-gaskan kesimpulan sebagai premis, atau (3) bernalar melingkar.

51 mobil paling bagus di Amerika Serikat.
Bernalar melingkar – mengandaikan apa yang justru dipersoalkan Perusahaan Mobil Ford pasti memproduksi mobil paling bagus di Amerika Serikat. Itu kita ketahui karena Ford memiliki insinyur desain terbaik. Itu adalah karena mereka memiliki kemampuan untuk Menggaji mereka lebih daripada kemampuan produsen mobil lainnya. Tentu saja mereka dapat menggaji lebih tinggi karena mereka memproduksi mobil paling bagus di Amerika Serikat.

52 7. Pertanyaan Kompleks Contoh:
• Sudahkah kamu berhenti berbuat curang dalam ujian? • Di manakah kau sembunyikan kue yang kaucuri itu? Dua hal yang sebenar-nya tidak berkaitan digabungkan dan di-perlakukan sebagai satu proposisi. • Pembaca diminta me-nerima atau menolak keduanya, padahal sebenarnya yang satu bisa diterima sedang yang lainnya tidak.

53 3. Kesesatan Ambiguitas Ekuivokasi dan (2) Amfiboli;
(3) Penggabungan; dan (4) Pembagian Kesesatan-kesesatan itu timbul dari suatu bentuk ambiguitas entah dalam premis entah pada kesimpulan (atau keduanya).

54 1. Ekuivokasi Contoh: • Kita mempunyai kewajiban melakukan yang benar. Kita mempunyai hak untuk berbicara membela orang yang tidak bersalah. Jadi, kita mempunyai kewajiban berbicara membela orang yang tidak bersalah. • Tikus adalah binatang. Jadi, tikus besar adalah binatang besar. Ini terjadi ketika kesimpulan dari sebuah argumen ber-gantung pada kenyataan bahwa sebuah kata atau frase digunakan, entah secara eksplisit entah secara implisit, dalam dua arti berbeda di dalam argumen tersebut.

55 2. Amfiboli Contoh: • John berkata kepada Henry bahwa ia telah melakukan kesalahan. Itu berarti bah-wa John sekurang-kurang-nya berani mengakui kesalahannya sendiri. • Professor Johnson berkata bahwa ia akan memberi kuliah tentang kegagalan jantung di ruang kuliah bio-logi. Itu pasti karena terjadi sejumlah kegagalan jan-tung di sana baru-baru ini. Ini terjadi ketika argu-mentator menyalah-tafsirkan suatu pernya-taan yang secara sintaksis ambigu dan menarik kesimpulan berdasarkan inter-pretasi yang salah itu.

56 3. Penggabungan Contoh: Baju yang dibuat dari bahan yang paling baik pasti baju yang paling baik. Masing-masing pemain dalam tim basket ini adalah atlet yang unggul. Jadi, tim basket ini adalah tim yang unggul. Ini terjadi ketika seseorang berpikir bahwa apa yang berlaku pada bagian-bagian juga berlaku untuk keseluruhan, atau apa yang berlaku pada anggota suatu kelompok (distributif) berlaku juga untuk seluruh anggota (kolektif).

57 4. Pembagian • “Orang China Indonesia itu kaya, jadi semua orang China Indonesia pasti kaya.” • Garam adalah senyawa tak beracun. Jadi, unsur-unsurnya, yaitu sodium dan khlorin, tidak beracun. Kebalikan dari penggabungan. • Apa yang berlaku pada ke-seluruhan juga berlaku untuk bagian-bagiannya, atau apa yang berlaku pada kelompok juga berlaku untuk anggota kelompok.

58 Ringkasan: Kesesatan Relevansi
• Argumen melawan diri orang (tu quoque): Argumentator menam-pilkan argumentator lain sebagai munafik. • Aksidensi: Aturan umum diterap-kan pada kasus spesifik yang tidak dimaksudkan untuk dicakupnya. • Argumen Bayangan: Argumen-tator mendistorsikan argumen lawan dan menyerang argumen yang didistorsikan itu. • Meleset tujuannya: Argumentator menarik kesimpulan yang berbeda dengan yang didukung oleh premis-premis. • Mengalihkan perhatian: Argu-mentator mengalihkan perhatian pembaca/pendengar keluar jalur. • Acuan pada kekuatan: Argumentator mengancam pembaca / pendengar. • Acuan pada belaskasihan: Argu-mentator meminta belaskasihan pembaca / pendengar. • Acuan pada orang banyak (langsung): Argumentator memicu mentalitas massa. • Acuan pada orang banyak (tak langsung): Argumentator menyapa hasrat pembaca/pendengar akan keamanan, cinta, respek, dll. • Argumen melawan diri orang (merendahkan): Argumentator secara verbal merendahkan argumentator lain. • Argumen melawan diri orang (sirkumstansial): Argumentator me-nampilkan argumentator lain sebagai bersedia berargumentasi dengan cara itu.

59 Ringkasan: Kesesatan Presumsi
• Lereng licin: Kesimpulan bergan-tung pada reaksi rantai yang kurang nyata. • Analogi lemah: Kesimpulan ber-gantung pada analogi bercacat. • Mengandaikan masalah: Argu-mentator membuat ilusi bahwa premis tak memadainya sudah memadai dengan membuang premis kunci, menyatakan ke-simpulan sebagai premis, atau bernalar melingkar. • Pertanyaan kompleks: Sejumlah pertanyaan disembunyikan dalam satu pertanyaan. • Acuan pada autoritas yang tak berkualifikasi: Argumentator mengutip autoritas yang tak handal. • Acuan pada ketidaktahuan: Premis menyatakan bahwa tak suatu pun diketahui atau terbukti tetapi menarik kesimpulan. • Generalisasi terburu-buru: Kesimpulan ditarik dari sampel yang tidak lumrah. • Salah sebab: Kesimpulan ber-gantung pada hubungan kausal yang tidak ada atau kurang pas.

60 Ringkasan: Kesesatan Ambiguitas
• Penggabungan: Atribut ditransfer secara keliru dari bagian-bagian kepada keseluruhan. • Pembagian: Atribut ditransfer secara keliru dari keseluruhan kepada bagian-bagian. Ekuivokasi: Kesimpulan ber-gantung pada pergeseran arti sebuah kata atau frase. • Amfiboli: Kesimpulan ber-gantung pada tafsiran salah dari sebuah pernya-taan yang secara sintaktis ambigu.

61 Kesimpulan: Penutup bernilai
Diharapkan bahwa dengan bekal pengetahuan ini, kita menjadi lebih logis, rasional, kritis, nyaman dan aman ketika menghadapi medan proposisi di luar keempat tembok kelas kita.


Download ppt "Mengidentifikasikan Aneka Kesesatan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google