Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Analisis Laporan Keuangan
Biaya – Volume - Laba
2
Analisis Biaya – Volume – Laba
Adalah analisis yang berkaitan dengan penentuan volume penjualan dan komposisi produk yang diperlukan untuk mencapai laba yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Analisis biaya-volume-laba ini merupakan alat analisis yang memberi manajemen informasi penting tentang hubungan biaya, laba, komposisi produk dan volume penjualan.
3
Analisis Biaya – Volume – Laba
Analisis biaya-volume-laba mencakup studi tentang saling hubungan diantara faktor-faktor berikut : Harga jual produk Volume atau tingkat aktivitas Biaya variabel per unit Total biaya tetap Komposisi produk yang dijual Analisis biaya-volume-laba merupakan faktor kunci dalam banyak keputusan seperti pemilihan lini produk, penentuan harja jual produk, strategi pemasaran, dan pemanfaatan fasilitas produktif, bahkan di dalam perusahaan analisis ini sangat membantu para manajer.
4
Analisis Impas Adalah teknik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan komposisi produk yang diperlukan hanya untuk menutup semua biaya yang terjadi selama periode tertentu. Titik impas adalah titik dimana total biaya sama dengan total penghasilan. Dengan demikian, pada titik impas tidak ada laba maupun rugi yang diterima oleh perusahaan.
5
Analisis Biaya – Volume – Laba dan Analisis Impas
Analisis impas dan biaya-volume-laba dapat didasarkan pada data historis, operasi masa lalau atau penjualan dan biaya yang diproyeksikan. Data untuk analisis impas dan biaya-volume-laba tidak dapat diperoleh langsung dari perhitungan laba-rugi dengan metode biaya penuh, karena pengaruh aktivitas terhadap biaya tidak dapat segera ditentukan. Masing-masing pos biaya harus dianalisis untuk menentukan komponen biaya tetap dan biaya variabel.
6
Asumsi dan Keterbatasan
Berikut ini adalah asumsi yang mendasari dan keterbatasan yang dimiliki analisis biaya-volume-laba dan analisis impas : Analisis ini berasumsi bahwa biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, secara cukup akurat dapat dipisahkan ke dalam elemen biaya variabel dan biaya tetap Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senantiasa tetap selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang yang telah diambil
7
Asumsi dan Keterbatasan
Analisis berasumsi bahwa biaya variabel berubah secara langsung dengan penjualan selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang diambil Analisis ini dibatasi pada situasi dimana kondisi ekonomi dan kondisi lainnya diasumsikan relatif stabil. Analisis impas dan biaya-volume-laba hanya merupakan pedoman untuk pengambilan keputusan.
8
Contribution Margin Dalam analisis impas dan biaya-volume-laba, laporan kaba-rugi disajikan dalam format contribution margin. Contribution income statement memiliki beberapa karekteristik yang menarik yang akan sangat bermanfaat bagi manajer dalam rangka melihat pengaruh perubahan harga jual, biaya dan volume aktivitas terhadap laba perusahaan.
9
Contribution Income Statement
PT CITRA ANINDA Contribution Income Statement Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2010 (dalam rupiah) Total Per Unit Penjualan (400 unit) 250 Biaya variabel 60.000 150 Contribution Margin 40.000 100 Total biaya tetap 35.000 Laba 5.000 Perbedaan cara pelaporan cara pelaporan ini tidak mengubah besarnya laba perusahaan . PT Citra Aninda menyajikan penjualan, biaya variabel dan contribution margin baik secara total maupun per unit. Penyajian ini sangat membantu analisis profitabilitas.
10
Contribution margin menggambarkan jumlah lebih penjualan di atas biaya variabel yang tersedia untuk dikontribusikan (menutup) biaya tetap dan laba selama periode tertentu. Dengan demikian, contribution margin mula-mula harus digunakan untuk menutup biaya tetap, baru kemudian (bila masih tersisa) dikontribusikan untuk laba. Apabila contribution margin tidak cukup untuk menutupi biaya tetap, berarti terjadi rugi.
11
Berikut contoh apabila PT Citra Aninda haya menjual 1 (satu) unit produk dan menderita kerugian
Total Per Unit Penjualan (1 unit) 250 Biaya variabel 150 Contribution Margin 100 Total biaya tetap 35.000 Laba (34.900) Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap.
12
Setiap tambahan 1 (satu) unit produk yang berhasil dijual oleh perusahaan selama periode tersebut, akan menambah contribution margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap. Apabila total unit produk yang dijual mampu menghasilkan contribution margin sebesar Rp ,-, maka semua biaya tetap akan mampu ditutup, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian (impas). Apabila kondisi impas telah tercapai, maka laba bersih akan meningkat sebesar contribution margin per unit untuk setiap tambahan unit terjual.
13
Dengan menggunakan konsep contribution margin, untuk mengetahui jumlah laba pada berbagai tingkat atau volume aktivitas, perusahaan tidak perlu menyusun laporan laba-rugi yang lengkap. Untuk menghitung besarnya laba, manajer hanya menentukan jumlah penjualan di atas penjualan impas dan dikalikan dengan contribution margin per unit.
14
Selain dinyatakan dalam satuan rupiah per unit, penjualan, biaya variabel dan contribution margin juga didanyatakan dalam satuan persentase (%) PT CITRA ANINDA Contribution Income Statement Untuk Tahun yang berakhir per 31 Desember 2010 (dalam rupiah) Total Per Unit (%) Penjualan (400 unit) 250 100% Biaya variabel 60.000 150 60% Contribution Margin 40.000 100 40% Total biaya tetap 35.000 Laba 5.000
15
Presentase contributin margin atas penjualan disebut Contribution margin ratio (C/M ratio) atau profit-volume ratio (P/V ratio). Ratio ini sangat berguna untuk menunjukkan bagaimana contribution margin akan dipengaruhi oleh perubahan total penjualan (dalam rupiah). Pada contoh di atas contribution margin sebesar 40% berarti bahwa setiap kenaikkan Rp.1 penjualan akan menaikkan contribution margin sebesar Rp. 0,0 (40%xRp.1).
16
Penentuan Impas Titik impas dapat ditentukan menggunakan dua pendekatan, yaitu : Pendekatan persamaan (linier) Pendekatan grafik
17
Pendekatan persamaan Analisis impas (break even) dan analisis biaya-volume-laba (CVP) didasarkan pada hubungan akuntansi berikut ini : Laba = Total penghasilan – (Total biaya variabel + Total biaya tetap) Persamaan ini juga dapat dinyatakan dengan cara lain sebagai berikut : Total Penghasilan = Total biaya variabel + Total biaya tetap + laba
18
Pendekatan persamaan Oleh karena total biaya tetap dan biaya variabel per unit diasumsikan tetap dalam kisaran aktivitas yang dianalisis, maka hubungan dasar akuntansi tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linier berikut ini : TR = FC + (V x TR) + L Dimana : TR = Total penghasilan (Total Revenue) FC = Total biaya tetap (Total Fixed Cost) V = Biaya variabel per Rp.1 penghasilan (total biaya dibagi total penghasilan) L = Laba
19
Pendekatan persamaan Dengan menggunakan persamaan linier tersebut, tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut : TR – (V x TR) = FC + L TR(1 – V) = FC + L TR = FC + L = Total biaya tetap + laba (1-V) = contribution margin per rupiah penjualan
20
Pendekatan persamaan Dengan demikian, untuk laba sama nol, yang berarti tercapai kondisi impas, maka titik impas dalam satuan rupiah dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut : TR (BE) = FC = Total biaya tetap (1-V) = contribution margin per rupiah penjualan Contribution margin per rupiah penjualan, yang sering dikenal dengan istilah C/M ratio adalah bagian dari setiap satu rupiah penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan memberikan laba. Di bawah titik impas, contribution margin ini hanya untuk menutup biaya tetap, sedangkan di atas titik impas, bagian dari penjualan ini dapat digunakan untuk memberikan kenaikkan laba.
21
Untuk memperjelas penentuan impas, berikut ini disajikan data yang diperoleh dari anggaran fleksibel PT Intan Putri Sejati untuk tahun 2010 Total penjualan pada kapasitas normal Rp Total biaya tetap Total biaya variabel pada kapasitas normal Harga Jual per unit 400 Biaya variabel per unit 240 Atas dasar data ini, maka titik impas (BE) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : TR (BE) = Rp = Rp = Rp 1 – (Rp / Rp ) ,4 TR (BE) = Rp 1 – (Rp.240 / Rp.400)
22
Dari contoh perhitungan dilihat bahwa titik impas ada pada tingkat penjualan Rp.4.000.000.
Apabila semua biaya tetap telah dapat ditutup, maka setiap tambahan satu rupiah penjualan merupakan laba. Apabila kita mempunyai target laba, maka untuk menentukan tingkat penjualan sesuai dengan target laba adalah dengan alternatif cara sebagai berikut : TR = Rp Rp = Rp 1 – (Rp.240/Rp400) Oleh karena setiap unit produk dijual dengan harga Rp.400, maka jumlah unit produk yang harus dijual pada kondisi impas sebanyak unit. (Rp /Rp.400) Sedangkan jumlah unit produk yang harus dijual untuk dapat mencapai target laba sebesar Rp adalah sebanyak unit. (Rp, /Rp.400)
23
Selain menggunakan pendekatan rupiah penjualan, analisis impas dan biaya-volume-laba juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan unit penjualan. Pada pendekatan unit produk, persamaan dasar diubah untuk memasukkan kuantitas produk, harga jual dan biaya variabel per unit, sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut : TR = FC + (V x TR) + L
24
Oleh karena total penjualan sama dengan harga jual per unit dikalikan dengan total unit yang dijual, dan karena total biaya variabel sama dengan biaya variabel per unit dikalikan dengan total unit yang dijual, maka persamaan tersebut menjadi sebagai berikut : P x Q = FC + (VC x Q) + L Dimana : P = Harga jual per unit (Price) Q = Kuantitas produk yang dijual (Quantity) FC = Total biaya tetap (Fixed Cost) VC = Biaya variabel per unit (Variable Cost) L = Laba
25
Pada persamaan linier yang baru ini, variabel yang tidak diketahui adalah Q, yaitu jumlah unit (kuantitas) produk yang dijual, yang dihitung dengan cara sebagai berikut : P x Q = FC + (VC x Q) + L (P x Q) – (VC x Q) = FC + L Q x (P – VC) = FC + L Q = FC + L = Total biaya tetap + Laba (P – V) = Contribution margin per unit Dengan menggunakan contoh di muka, tingkat penjualan dalam unit yang diperlukan untuk mencapai laba nol (impas) dan target laba Rp , masing-masing adalah dan unit, yang dihitung dengan cara : Q (BE) = FC = Rp = unit (P – V) = (Rp Rp.240) Q = FC + L = Rp Rp = unit (P – V) = (Rp.400 – Rp.240)
26
Jumlah Penghasilan dan Biaya
Pendekatan Grafik Jumlah Biaya 500 1000 1500 2000 Volume Biaya Variabel Biaya Tetap Titik Impas Jumlah Penghasilan Daerah Laba Daerah Rugi Jumlah Penghasilan dan Biaya
27
Analisis Impas dan Biaya-Volume-Laba untuk Pengambilan Keputusan
Meskipun memiliki keterbatasan, analisis biaya-volume-laba tetap menawarkan berbagai aplikasi baik untuk pengujian usulan tindakan, untuk mempertimbangkan alternatif atau tujuan pengambilan keputusan lainnya. Sebagai contoh, teknik analisis ini memungkinkan penentuan pengaruh perubahan biaya tetap atau variabel terhadap laba sebagai akibat dilakukannya pergantian mesin.
28
Analisis Impas dan Biaya-Volume-Laba untuk Pengambilan Keputusan
Dengan menggunakan analisis biaya-volume-laba, manajemen harus dapat memahami beberapa hal berikut ini : Perubahan pada biaya variabel per unit akan mengakibatkan perubahan contribution margin ratio dan titik impas. Perubahan pada harga jual per unit akan mengakibatkan perubahan contribution margin ratio dan titik impas. Perubahan pada biaya tetap akan mengubah titik impas, akan tetapi tidak mengubah contribution margin. Perubahan pada biaya tetap dan biaya variabel secara simultan dengan arah yang sama, akan mengakibatkan perubahan yang sangat tajam pada titik impas.
29
Total Per kamar/hari Penjualan Rp.306.000 Rp.40,00 Biaya variabel
Untuk memperjelas manfaat analisis impas dan biaya-volume-laba dalam pengambilan keputusan, digunakan contoh kasus hotel “Citra Yogya” yang memiliki 30 kamar, yang menyajikan laporan laba-rugi untuk tahun 2010 sebagai berikut : Total Per kamar/hari Penjualan Rp Rp.40,00 Biaya variabel 113.00 14,77 Contribution Margin 25,23 Total biaya tetap Laba 12.000
30
Berdasarkan informasi di atas, dapat dihitung biaya variabel dalam satuan persentase atas penjualan sebesar 37%, sehingga contribution margin ratio adalah 63% (100% dikurangi 37%). Ratio biaya variabel sebesar 37% tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut : Total biaya variabel x 100% Total penjualan Rp x 100% = 37% Rp Contribution margin sebesar 63% tersebut dapat juga dihitung secara langsung dengan cara membagi contribution margin dengan total penjualan (Rp /Rp )
31
Atas dasar data tersebut akan dapat dijawab beberapa pertanyaan berikut ini :
Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan mencapai kondisi impas? Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang ditargetkan? Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat menutup tambahan biaya tetap? Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat menutup perubahan biaya variabel? Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba yang diperoleh hotel? Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian? Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit? Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kamar yang dijual? Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya? Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?
32
Target Penjualan = Total biaya tetap + laba
Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan mencapai kondisi impas? Target Penjualan = Total biaya tetap + laba Contribution margin ratio Dengan demikian, untuk hotel “Citra Yogya” yang memiliki total biaya tetap Rp /tahun dan contribution ratio 63% harus mampu memperoleh total penjualan sebesar Rp ((Rp )/0,63)) agar dicapai kondisi impas.
33
Target Penjualan = Rp.181.000.000 – Rp.39.000.000
Pada tingkat penjualan (rupiah) berapakah hotel akan dapat mencapai laba yang ditargetkan? Apabila pengelola hotel “Citra Yogya” menginginkan target laba Rp untuk tahun 2010 (bukan tingkat laba sekarang sebesar Rp ), maka target penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut : Target Penjualan = Rp – Rp 0,63 = Rp dibulatkan menjadi Rp
34
Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat menutup tambahan biaya tetap?
Normalnya, apabila biaya tetap mengalami kenaikkan, sementara tidak terjadi perubahan pada tarif kamar, laba yang akan diperoleh hotel akan mengalami penurunan sebesar kenaikan biaya tetap tersebut. Untuk menjawab pertanyaan di atas, sebagai contoh bila pengelola hotel bermaksud menaikan biaya iklan sebesar Rp per tahun dan tetap ingin mempertahankan target laba sebesar Rp. Rp , maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut : = Rp Rp Rp 0,63 = Rp (dibulatkan menjadi Rp )
35
Berapa rupiahkah penjualan harus dinaikkan untuk dapat menutup tambahan biaya tetap?
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk menutup kenaikkan biaya iklan tersebut, hotel harus mampu mencapai penjualan sebesar Rp per tahun, yang berarti naik Rp dari tingkat penjualan saat ini. Penjualan Biaya variabel 37% x penjualan Biaya tetap Total biaya Laba 12.000
36
Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat menutup perubahan biaya variabel?
Perubahan pada biaya variabel akan menyebabkan perubahan besarnya contribution margin. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan biaya variabel, maka harus dihitung lebih dahulu contribution margin yang baru. Biaya variabel hotel “Citra Yogya” saat ini adalah 37%, yaitu antara total biaya variabel dan total penjualan. Apabila misalnya biaya variabel mengalami kenaikkan (sebagai akibat adanya kenaikkan biaya gaji) dari 37% menjadi 39%, maka contribution margin ratio yang bari menjadi 61% (100% - 39%)
37
Berapakah tambahan rupiah penjualan diperlukan untuk dapat menutup perubahan biaya variabel?
Apabila dengan contribution margin ratio sebesar 39% ini pengelola hotel masih tetap menginginkan target laba sebesar Rp (biaya tetap tidak berubah), maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah sebagai berikut : = Rp Rp 0,61 = Rp (dibulatkan menjadi Rp )
38
Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba yang diperoleh hotel? Perubahan yang terjadi pada berbagai variabel secara simultan juga dapat dipecahkan dengan mudah menggunakan persamaan impas ini. Sebagai contoh, selama tahun 2010 pengelola hotel merencanakan untuk menaikkan biaya iklan sebesar Rp , biaya gaji (yang mengakibatkan contribution margin ratio menjadi 61%) dan target laba menjadi Rp , maka tingkat penjualan yang harus diperoleh adalah sebagai berikut : = Rp Rp Rp 0,61 = Rp Dibulatkan menjadi Rp
39
Bagaimana pengaruh perubahan berbagai variabel yang terjadi secara simultan terhadap laba yang diperoleh hotel? Hasil ini bisa dibuktikan dengan perhitungan laba rugi sebagai berikut : Penjualan Biaya variabel 39% x penjualan Biaya tetap Total biaya Laba 20.000
40
Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian?
Informasi yang dikembangkan dari analisis impas dan biaya-volume-laba menawarkan tambahan data yang sangat berguna, yaitu margin of safety. Margin of Safety menunjukkan berapa penjualan ditargetkan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian. Margin of safety yang dinyatakan dalam persentase atas dasar penjualan disebut margin of safety ratio (M/S ratio), yang dihitung dengan formula sebagai berikut : M/S = Penjualan dianggarkan – Penjualan impas Penjualan dianggarkan (ditargetkan)
41
Berapakah maksimum tingkat penjualan ditargetkan boleh turun agar hotel tidak menderita kerugian?
Pada uraia sebelumnya diketahui bahwa penjualan impas untuk hotel “Citra Yogya” adalah Rp Apabila pengelola hotel menargetkan penjualan sebesar Rp , maka besarnya margin of safety ratio adalah sebagai berikut : M/S Ratio = Rp – Rp Rp = 20,28% dibulatkan menjadi 20% Dengan demikian, apabila hotel menargetkan penjualan sebesar Rp , maka agar tidak mengalami kerugian, maksimum penjualan boleh turun sebesar 20% (target penjualan tersebut harus dicapai minimum 80%)
42
Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?
Untuk hotel, perhitungan target penjualan dalam satuan unit (jumlah hari kamar yang dijual) akan lebih berguna, terutama untuk menentukan tingkat hunian (occupancy rate) kamar hotel. Sebagai contoh, hotel “Citra Yogya” yang memiliki 30 kamar, untuk tahun 2010 menargetkan laba sebesar Rp biaya tetap per tahun Rp (termasuk iklan). Tarif kamar yang dikenakan adalah Rp /hari dengan biaya variabel sebesar Rp (39% tarif kamar). Untuk mencapai target laba tersebut, maka jumlah kamar yang harus dijual (pertahun) adalah sebagai berikut : TP = Rp Rp = 8443 hari kamar (Rp – Rp )
43
Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?
Hasil ini bisa dibuktikan dengan perhitungan laba rugi sebagai berikut : Penjualan (8.443 x Rp.40) Biaya variabel 39% x penjualan Biaya tetap Total biaya Laba 20.000
44
Bagaimana cara mengonversi penjualan rupiah menjadi tingkat penjualan dalam unit?
Dengan diketahuinya tingkat penjualan dalam satuan unit (hari kamar), dapat dihitung tingkat hunian (occupancy rate) kamar hotel selama periode tertentu, misalnya satu tahun. Untuk mencapai target penjualan sebesar Rp pada contoh dimuka, hotel “Citra Yogya” harus mampu menjual hari kamar (Rp dibagi Rp ), yang apabila dinyatakan dalam tingkat hunian menjadi : Jumlah hari kamar terjual per tahun x 100% Jumlah hari kamar tersedia per tahun = hari kamar x 100% = 70% (30 x 365) hari kamar
45
Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kamar yang dijual? CM yang dinyatakan dalam rupiah (dan bukan dalam persentase) juga berguna untuk menentukan pengaruh perubahan tarif kamar. Sebagai contoh, hotel “Citra Yogya” yang memiliki total biaya tetap Rp , biaya variabel Rp /kamar/hari, dan menargetkan laba sebesar Rp , selama tahun 2010 bermaksud menurunkan tarif kamar sebesar 10%, dengan kata lain tarif rata-rat kamar menjadi Rp /kamar/hari.
46
Apabila tarif kamar mengalami perubahan, bagaimanakah perubahan ini akan mempengaruhi jumlah kamar yang dijual? Untuk dapat mempertahankan target laba sebesar Rp tersebut, hotel “Citra Yogya” harus mampu menjual kamar sebesar : = Rp Rp (Rp – Rp ) = Yang bila dinyatakan dalam tingkat hunian (occupancy rate) menjadi sebagai berikut : = hari kamar x 100% = 92% (30 x 365) hari kamar Dengan demikian, untuk mengkompensasi penurunan tarif kamar sebesar 10%, tingkat hunian hotel harus dinaikkan dari 77% menjadi 92%, yang berarti naik sebesar 15% atau rata-rata hotel harus mampu menjual tambahan kamar sebanyak 4,5 kamar per hari (15% x 30 kamar)
47
Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?
Titik penutupan usaha (Shut-down point/SDP) adalah titik potong antara garis total biaya dan garis total penghasilan. Titik penutupan ini berada disebelah kiri titik impas yang berarti di daerah rugi. Titik penutupan usaha merupakan batas kapan suatu usaha sebaiknya ditutup, yang dihitung dengan formula sebagai berikut : SDP = Total biaya tetap tunai CM ratio atau CM (Rp)
48
Kapan sebaiknya hotel menutup usahanya?
Apabila biaya tetap hotel “Citra Yogya” pada contoh di muka sebesar Rp tersebut, 60% diantaranya merupakan biaya tunai, maka titik penutupan usaha hotel ini adalah sebagai berikut : SDP = 60% x Rp (Rp – Rp ) = 4.450,82 hari atau dibulatkan menjadi hari kamar Jadi jika hotel “Citra Yogya” selama satu tahun mampu menjual minimum sebanyak hari kamar dari 30 kamar yang dimiliki, hotel masih bisa beroperasi, meskipun menderita kerugian. Akan tetapi, apabila ternyata kamar yang dijual kurang dari hari kamar per tahun. Maka sebaiknya hotel menutup usaha.
49
Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?
Apabila pajak dilibatkan dalam analisis impas, maka persamaan impas perlu disesuaikan dengan mengganti “laba yang ditargetkan” dengan “laba sebelum pajak. Maka formulanya menjadi sebagai berikut : TP = Total biaya tetap + laba sebelum pajak Contribution margin ratio
50
Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?
Maka apabila kita menginginkan target laba bersih setelah pajak sebesar Rp , dan tarif pajak sebesar 45%, kita harus menghitung dahulu besar laba sebelum pajak dengan formula berikut : LBS = Laba setelah Pajak (1 – tarif pajak) = Rp (1 – 0,45) = Rp dibulatkan menjadi Rp
51
Bagaimanakah pengaruh adanya pajak terhadap penentuan impas?
Dengan demikian, dengan total biaya tetap sebesar Rp dan CM ratio 63%, maka untuk mencapai laba setelah pajak Rp , maka total penjualan sebagai berikut : TP = Rp Rp 0,63 = Rp
52
Komposisi penjualan dan analisis impas
Apabila perusahaan menjual lebih dari satu jenis produk, maka analisis impas akan menjadi lebih kompleks. Alasannya, produk yang berbeda mempunyai harga jual, biaya variabel dan contribution margin yang berbeda pula. Konsekuensinya. Titik impas akan sangat bergantung pada komposisi produk yang dijual. Untuk memperjelas pengaruh komposisi terhadap penentuan impas, berikut ini disajikan sebuah contoh perusahaan yang menjual tiga jenis produk.
53
Komposisi penjualan dan analisis impas
Reguler Deluxe Super Harga jual per unit Rp.200 Rp.300 Rp.500 Biaya variabel per unit 120 150 200 CM/unit 80 300 CM ratio 40% 50% 60% Total biaya tetap per bulan adalah sebesar Rp Komposisi penjualan yang selama ini dicapai oleh perusahaan masing-masing adalah 60% untuk reguler, 30% untuk deluxe dan 10% untuk super.
54
Komposisi penjualan dan analisis impas
Sebelum menghitung titik impas, terlebih dahulu harus dihitung CM ratio rata-rata tertimbang dengan cara sebagai berikut : Produk CM Komposisi CM rata-rata Reguler Rp.80 60% Rp.48 Deluxe 150 30% 45 Super 300 10% 30 CM rata-rata tertimbang 123
55
Komposisi penjualan dan analisis impas
Titik impas perusahaan (dalam unit) dihitung dengan cara sebagai berikut : BEP = Total biaya tetap CM rata2 tertimbang = Rp Rp.123 = unit Komposisi penjualan untuk masing-masing produk pada kondisi impas adalah Reguler unit (60%) Deluxe unit (30%) Super unit (10%)
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.