Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PIMPINAN PERSALINAN Ns Maidawilis S Kep.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PIMPINAN PERSALINAN Ns Maidawilis S Kep."— Transcript presentasi:

1 PIMPINAN PERSALINAN Ns Maidawilis S Kep

2 PIMPINAN PERSALINAN KALA I
Dilakukan pengawasan dan persiapan utk persalinan. Memberikan obat atau tindakan bila ada indikasi. Pada Kala I  kepala janin sdh msuk PAP dan ketuban belum pecah pasien boleh duduk atau jalan-jalan disekitar kamar bersalin dan berbaring bila terasa sakit karena his. Berbaring sebaiknya kesisi tempat punggung janin  Mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam. Bila kepala blm masuk PAP sebaiknya tidur terlentang krn bila ketuban pecah mungkin terjadi komplikasi Prolaps tali pusat, prolaps tangan, dll.

3 Pemeriksaan luar → menentukan letak janin dan turunnya kepala utk menilai kemajuan
Pemeriksaan dalam/ pervaginam untuk menilai : Vagina, apakah ada bgn yg menyempit. Keadaan serta pembukaan serviks Kapasitas panggul Ada atau tdknya penghalang (tumor) jln lahir. Sifat fluor albus dan adakah Batholinitis, urethritis, sistitis. Pecah tidaknya ketuban. Presentasi kepala janin. Turunnya kepala janin dlm ruang panggul. Penilaian besarnya kpl janin thd panggul. Apakah partus sudah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung.

4 VT hrs memperhatikan asepsis dan antisepsis utk mencegah infeksi.
Dilakukan atas dasar indikasi ibu dan indikasi janin atau bl ada tindakan, utk menilai kemajuan partus. Pd kala I dilarang mengedan.

5 KALA II Kala II mulai bl pembukaan servik lengkap. Permulaan kala II kepala janin sdh msk dlm ruang panggul, ketuban pecah sendiri atau dipecahkan. His akan timbul lbh sering dan merupakan tenaga pendorong janin. Pd kala II selain dgn his, hrs dipimpin meneran pd wkt his. Diluar his denyut jantung janin hrs sering dinilai.

6 Cara Mengedan : Posisi berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku. Kepala sedikit diangkat shg dagu mendekati dada dan dpt melihat perutnya. Sikap seperti di atas ttp badan dlm posisi miring kiri atau kanan, tergantung pd letak punggung anak. Posisi ini fisiologis dan dpt membantu putaran paksi dlm yg blm sempurna. Pada kala II  kepala pd dasar panggul, vulva membuka. Perineum dan anus tampak mulai meregang, anus pd mulanya bulat berubah berbentuk “D” dan tampak dinding dpn rektum. Perineum ditahan dgn tangan knn sebaiknya dgn kassa steril, bl tdk ditahan  robek perineum (Ruptura perinei).

7 Dianjurkan melakukan episiotomi pd primigravida dan pd perineum kaku
Dianjurkan melakukan episiotomi pd primigravida dan pd perineum kaku. Episiotomi dilakukan pd saat perineum tipis dan kepala tdk masuk kembali ke dlm vagina. Bila perineum tlh tipis dan menunjukkan akan tjd ruptura perinei, sebaiknya di episiotomi. Utk menghindarkan robekan perineum dpt dilakukan Perasat Ritgen  bl perinuem meregang dan tipis tangan kirii menahan dan menekan bag blkg kepala janin ke arah anus, dan tangan kanan menahan perineum  shg kepala lahir perlahan-lahan.

8 Stlh kepala lahir diperhatikan apakah tali pusat melilit leher janin
Stlh kepala lahir diperhatikan apakah tali pusat melilit leher janin. Lilitan dpt dilonggarkan dan bl sukar dpt dilepaskan dgn menjepit tali pusat dgn 2 cunam Kocher kemudian dipotong diantaranya dgn gunting yg tumpul ujungnya. Setelah kepala lahir  kepala mengadakan putaran paksi luar ke arah letak punggung janin. Usaha selanjutnya melahirkan bahu janin. Mula-mula lahirkan bahu depan dgn kedua telapak tangan pd samping kiri dan kanan kepala janin kepala janin ditarik perlahan ke arah anus shg lahir bahu depan, tarikan tdk boleh terlalu keras dan kasar  dpt merobek m.sternokleidomastoidues. Kepala janin kemudian diangkat ke arah simfisis utk melahirkan bahu belakang.

9 Stlh kedua bahu janin lahir  melahirkan badan janin, trokanter anterior dan disusul trokanter posterior. Dgn kedua tangan dibawah ketiak janin dan sebagaian di atas di punggung atas berturut-turut dilahirkan badan janin, trokanter anterior dan trokanter posterior. Stlh janin lahir, bayi sehat dan normal akan segera menarik napas dan langsung menangis keras. Kemudian bayi diletakkan dgn kepala ke bawah kira-kira membentuk sudut 30 derajat dgn bidang datar.

10 Lendir pd jalan napas dibersihkan atau diisap dgn pengisap lendir
Lendir pd jalan napas dibersihkan atau diisap dgn pengisap lendir. Tali pusat dipotong 5-10 cm dari umbilikus diantara 2 cunam Kocher. Bl kemungkinan akan melakukan exchange transfusion pd bayi  potong tali pusat 10-15cm. Ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat kuat. Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu  bila penuh  kandung kencing dikosongkan. Kandung kencing yg penuh dpt mengganggunya pelepasan plasenta dan atonia uteri  perdarahan post partum

11 Lepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus.
KALA III Kala III adalah kala uri.  Dimulai sejak lahir bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Lepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus. Pengeluaran plasenta dari dalam kavum uterus Setelah janin lahir  uterus terus berkontraksi  penciutan permukaan kavum uteri tempat implantasi plasenta  plasenta lepas dari tempat implantasi.

12 Pelepasan plasenta dapat terjadi :
Pelepasan plasenta dr tengah/ sentral Schultze ditandai makin panjang keluarnya tali pusat dr vagina tnp adanya perdarahan pervaginam. Pelepasan plasenta dari pinggir/marginal  Mathews-Duncan  ditandai adanya perdarahan pervaginam bl plasenta-plasenta mulai terlepas. Serentak dari tengah dan pinggir plasenta Perdarahan kala III tdk lebih 400 ml, bl lbh  patologis Stlh plasenta lahir otot-otot uterus sgr berkontraksi, pembuluh darah terjepit  perdarahan sgr berhenti. Pd keadaan normal menurut Caldeyro-Barcia  plasenta lahir spontan dlm 6 mnt stlh anak lahir lengkap.

13 macam perasat untuk 3 mengetahui plasenta telah lepas dari tempat implantasi :
1. PERASAT KUSTNER 2. PERASAT STRASSMANN 3. PERASAT KLEIN

14 1. Perasat Kustner  Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah di atas simpisisbl tali pusat msk kmbl ke dalam vaginaplasenta blm lepas dri dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk ke dalam kembali ke dalam vagina  plasenta sudah lepas dari dinding uterus. Bila sebagian plasenta lepas perdarahan banyak dapat terjadi. 2. Perasat Strassmann  Tangan kanan meregang tali pusat, tangan kiri mengetok fundus uteribila terasa getaran pd tali pusat plasenta blm lepas. Bl tidak merasa ada getaran  plasenta tlh lepas. 3. Perasat Klein  Wanita disuruh mengedan  tali pusat tampak turun ke bawah. Bila mengedan dihentikan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina plasenta belum lepas dari dinding uterus.

15 Kombinasi tiga perasat tersebut dijalankan setelah diawasi selama 5-15 menit. Bila plasenta telah lepas uterus akan berkontraksi baik dan terdorong ke atas kanan oleh vagina yang berisi plasenta. Dengan tekanan ringan pada fundus plasenta dengan mudah dapat dilahirkan. Perasat Crede  Memijat uterus seperti memeras jeruk supaya plasenta lepas dari dinding uterus. Perasat ini dipakai pada keadaan terpaksa misalnya pada perdarahan. Perdarahan ini dapat mengakibatkan → HPP

16 KALA IV  Satu jam setelah plasenta lahir lengkap.
Hal yang harus diperhatikan : Kontraksi uterus baik Tidak ada perdarahan dari vagina dan alat genital lainnya Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap Kandung kencing harus kosong Luka pada perineum terawat baik dan tidak ada hematoma Bayi dalam keadaan baik Ibu dalam keadaan baik→nadi dan tekanan darah normal, tidak ada keluhan sakit kepala

17 EPISIOTOMI Pada persalinan spontan  sering terjadi robekan perineum dengan pinggir luka yang tidak teratur yang akan menghambat penyembuhan. Oleh karena itu untuk melancarkan jalannya persalinan, pada perineum yang kaku, pada primigravida, serta persalinan pervaginam yang sulit dianjurkan untuk dilakukan  episiotomi Episiotomi dilakukan bila perineum telah menipis dan kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.

18 Insisi dilakukan dengan mengikutsertakan otot-otot dan sebaiknya menggunakan anestesi lokal 5 ml procain 1-2% disuntikkan di bawah kulit perineum terus kejaringan dibawahnya. Insisi dibuat dengan menggunakan gunting tajam pada garis tengah atau 1 cm dari garis tengah terus ke jurusan lateral. Dapat pula dilakukan insisi median, bila ada bahaya robekan terus ke belakang, insisi dibelokkan ke lateral. Jenis Episiotomi : 1. Episiotomi Mediana 2. Episiotomi Mediolateral 3. Episotomi Lateral

19 1. Episiotomi Mediana  Dikerjakan pada garis tengah.
Keuntungan Episiotomi Mediana : Tidak menimbulkan perdarahan banyak Penjahitan luka lebih mudah Sembuh per primum Bahayanya : Dapat menimbulkan ruptura perinei totalis, bila perawatan gagal dapat timbul inkontinensia alvi. Untuk menghindari robekan perineum dapat dilakukan Perasat Ritgen.

20 Jarang terjadi ruptura perinei totalis Kerugian :
2. Episiotomi Mediolateral  Dilakukan pada garis tengah yang dekat dengan muskulus sfingter ani dan diperluas ke sisi. Keuntungan : Jarang terjadi ruptura perinei totalis Kerugian : Perdarahan lebih banyak karena pleksus bulbokavernosus ikut terluka Penjahitan luka lebih sulit Penyembuhan secara anatomidan fisiologis kurang sempurna Dispareunia Nyeri pada hari pertama nifas

21 3. Episiotomi Lateral Dilakukan insisi 1-2 cm di atas komisura posterior ke arah lateral, jarang dilakukan. Jaringan yang diinsisi pada saat episiotomi : Kulit dan sub kutis Fascia dan muskulus bulbokavernosus Muskulus perinei transversus Fascia dan muskulus levator ani Luka episiotomi dapat dijahit sebelum atau setelah plasenta lahir. Hal ini tergantung banyaknya perdarahan yang berasal dari luka.

22 TERIMA KASIH


Download ppt "PIMPINAN PERSALINAN Ns Maidawilis S Kep."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google