Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN EKSISTENSI GAMELAN GENGGONG DI DESA BATUAN OLEH : I GUSTI NGURAH WIRA ADNYANA NPM : 3617/AM/IV/II ANGKATAN 67 B PROGRAM AKTA.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN EKSISTENSI GAMELAN GENGGONG DI DESA BATUAN OLEH : I GUSTI NGURAH WIRA ADNYANA NPM : 3617/AM/IV/II ANGKATAN 67 B PROGRAM AKTA."— Transcript presentasi:

1 TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN EKSISTENSI GAMELAN GENGGONG DI DESA BATUAN OLEH : I GUSTI NGURAH WIRA ADNYANA NPM : 3617/AM/IV/II ANGKATAN 67 B PROGRAM AKTA MENGAJAR IV FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2011

2 << >> EKSISTENSI GAMELAN GENGGONG DI DESA BATUAN
PENDAHULUAN PEMBAHASAN INSTRUMENTASI PENUTUP

3 << >> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Keanekaragaman seni dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah salah satu kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya dan merupakan warisan nenek moyang kita yang terdahulu. Sudah sepatutnya kita jaga serta melestarikan kekayaan ini agar tidak punah dan terpengaruh oleh arus globalisasi. Bali merupakan salah satu pulau yang terkenal dengan seni dan budayanya. Serta pulau yang kaya akan peninggalan sejarahnya. Di Bali terdapat berbagai macam peninggalan kesenian seperti Lontar tentang Gambelan Bali, Beragam jenis Gambelan kuno dan lain sebagainya. Genggong adalah merupakan peninggalan histories dari kegiatan berkesenian nenek moyang dimasa silam. Alat musuk ini ini merupakan salah satu contoh mengenai local genius Dari leluhur, sehingga mampu mengantarkan pada suatu jejak budaya yang keberadaannya masih eksis sampai saat ini. Peninggalan histories tersebut masih mampu menjebatani suatu masa ribuan tahun lalu dengan masa kini. Di Bali masa lampau dan masa sekarang adalah satu dan tidak biasa dipisahkan. Sampai saat Genggong ini memang masih bisa bertahan dari terpaan dari gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama, dan ini hanya dimungkinkan oleh adanya suatu vitalitas nilai universal yang terkandung didalamnya dan terjalin erat dengan masyarakat pendukungnya.

4 << >> Dalam jajaran karawiatan Bali Genggong merupakan suatu ensambel yang sangat unik. Namun demikian genggong pada umumnya masih asing ditelinga masyarakat Bali, hal ini mingkin disebabkan pertumbuhannya yang kurang merata. Di Bali Genggong hanya terdapat di beberapa desa saja seperti di Desa Batuan,Gianyar, Desa Munduk Bestala, Buleleng dan di Desa Bidakeling, Karangasem. Genggong, instrument yang lazim disebut jew’s harp ini dibuat dari pelepah enau yang digolongkan dalam kodifikasi aerophone. Di Bali Genggong dibentuk kedalam barungan yang terdiri dari 30 (tiga puluh) Genggong, dilengkapi dengan kendang, kajar, kempur, dipakai untuk mengiri tari godogan (katak) dan lagu-lagunya diambil dari lagu-lagu rakyat selain menirukan bunyi katak. ?

5 ASAL MULA, ORGANISASI DAN PERANAN GENGGONG
<< >> BAB II PEMBAHASAN ASAL MULA, ORGANISASI DAN PERANAN GENGGONG DI DESA BATUAN 2.1 Asal Mula Kalau ditelusuri mengenai asal usul genggong di Desa Batuan ini, maka tak seoarang informanpun dapat memberikan keterangan yang pasti mengenai asal usul instrument ini di Desa Batuan. Begitu pula data-data secara tertulis juga tidak dapat penulis temui. Namun untnglah beberapa orang pendukung tertua dari seniman pewari Genggong di Desa Batuan dapat memberikan informasi mengenai atau keterangan yang penulus butuhkan Dari keterangan informan yang dapat dikumpulkan dikatakan, bahwa Genggong yang ada di Desa Batuan sudah ada sejak dahulu (sekitar abad ke-19 an). Instrument yang dalam organologi dikenal dengan sebutan Jew’s harp ini memang hampir tersebar diseluruh nusantara. Sumba mengenalnya dengan Ngungga, di Timor alat ini disebut dengan Knobe Oh, di Nias dinamakan Duri Bewe, di Sumatra juga disebut Genggong, sedangkan di Jawa Barat dikenal dekenal dengan nama Rinding (Sumaryo,1975:22). Bahkan Genggong terdapat diseluruh Asia (Ensiklopedi Umum, 1977:363). Di DEsa Batuan munculnya Genggong dimulai oleh para Petani.

6 << >> . Pada zaman dahulu petani di Desa Batuan sehabis bekerja disawah beristirahat sambil minum tuak, pada umumnya petani yang suka minum tuak itu, biasanya mempunyai tempat-tempat berkumpul tertentu, misalnya di warung, di rumah pedagang tuak atau di bawah pohon besar yang rindang. Sambil minum tuak mereka ngobrol kesana-kamari tanpa tujuan, disamping sering mereka melakukan kegiatan yang dapat menghibur dirinya sendiriseperti bernyanyi “mececimpedan” dan sebagainya. Para petani di Desa Batuan banyak melakukan permaianan Genggong sebagai selingan. Permainan Genggong yang dimaksud adalah dengan meniup sebuah Pupug kecil dan tipis yang telah dibentuk sedemikian rupa. Hingga menimbulkan suara yang merdu dan dapat memberikan kepuasan pada rohani mereka. Dalam buku Kaja and Kelod Balinese in Transition disebutkan :”The Genggong Mentioned in the praceding section in a Balinese folk musical instrument made from bamboo or palm leaf. In the soud it is similar to the jew’s harp familiar in the west” (Bandem dkk.,1981:112). Yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut; Genggong yang dibicarakan pada bagian terdahulu adalah musik rakyat Bali dibuat dari bamboo atau falm-leaf. Suaranya serupa dengan alat musik jew,s atau alat musik orang barat.

7 << >> Buku Dance and Drama in Bali menyebutkan : “ Genggong is the Balinese version of the most primitive kind of musical instrument, which in one form another is probably familiar all over world. The principle is same as that of the jew’s harp, the Hawaian guitar……the Genggong is made from arecapalm or bamboo, and may or may not have resonator made from the husk of the flower or of anything else that comes to hard”(zoete dkk.,1973:249). Yang kurang lebih terjemahannya sebagai berikut : Genggong adalah salah satu alat musik primitif bali yang barangkali sangat terkenal di seluruh dunia. Dasarnya sama dengan model gitar di Hawai (jew,s harp ). Genggong dibuat dari batang pinang atau bamboo dan tidak dapat dibuat dari semacam serabut atau timah yang pada saat ini sangat berguna. Sedangkan buku penggalian data 8 buah kesenian tradisional ada menyebutkan Genggong ini dari segi bahasa dan dari segi namanya, seperti sebagai berikut : “Uraian dari segi bahasa : Genggong kalau diuraikan menurut suku katanya adalah terdiri dari geng dan gong meurut wargan aksara/wiadnyanan aksara maka genggong berasal dari geng dan gong, yang berarti ge = gae, gong (goh pala = pengangon), ng = ngaran sehingga penulis simpulkan bahwa genggong berarti gegaen dari pengangon ( suatu hasil karya dari pengangon) yang kira-kira sama dengan terciptanya Rare Angon yang bernama I Tapak ( Tapak Mada Bali).

8 << >> Uraian dari segi nama,,timbulnya genggong mungkin dari alat instrument tersebut waktu dihembus menimbulkan bunyi ngeng dan ngong, sehingga instrument itu dinamai Genggong” (Proyek pengembangan Kantor Wilayah Dep .P dan K Propinsi Bali ,1981/1982 : 114). Kalau kita tarik kesimpulan dari pengertian tersebut diatas jelaslah bahwa genggong adalah alat musik yang tergolong tua dan telah tersebar di seluruh dunia dengan bermacam bentuk dan versi. Khususnya di Desa Batuan, musik primitive ini dan mulai dikembangkan melalui pertemuan tidak resmi atau waktu-waktu terluang oleh petani Desa Batuan zaman dulu melalui acara minum tuak.

9 << >> BAB III INSTRUMENTASI 3.1 Instrumentasi
Genggong yang sudah diwariskan secara turun temurun di Desa Batuan pda dasarnya disebabkan lewat jalur pertemuan non formal, yaitu pada saat-saat istirahat. Musik primitive ini menurut Dr. I Made Bandem tergolong dalam instrument aerophone (Bandem, 1982/33 : 21). Genggong yang tergolong intstrumen aerophone ini, bentuknya ada tiga yaitu Genggong besar, Genggong menengah dan Genggong kecil. Genggong kecil sama dengan anak Genggong : dalam istilah di Desa Batuan sering disebut dengan “Enggung” karena suaranya menyerupai suara Enggung (kodok).

10 3.2 Teknik Bermain Genggong
Yang disebut teknik bermain Genggong disini adalah “bagaimana cara menabuh” alat itu sehingga menimbulkan bunyi sesuai dengan kondisi alat dan kehendak serta kemampuan pemainnya, mengingat instrument ini mempunyai cara permainan yang unik. Mereka para pemain Genggong di Desa Batuan belajar bermain Genggong tidak secara mengkhusus, tetapi lingkungan pengaruh senilah yang memudahkan mereka mewarisi nilai-nilai yang ada di sekelilingnya, seperti apa yang ditegaskan oleh Koendjaraningrat bahwa : para individu dari suatu masyarakat dari sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatya, sehingga konsep-konsep itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka (Koendjaraningrat, 1980 : 242). Di bawah ini cara atau teknik bermain Genggong menurut I Nyoman Artika sebagai berikut : 1. Buka mulut sesuai dengan lebar Genggong yang dimainkan. 2. Tempelkan Genggong pada mulut yang terbuka tadi secara horizontal Tangan kanan memainkan talinya, sementara tangankiri memegang alatnya. 3. Keluarkan nafas secara “ngangkihin” mainkan bentuk mulut maka lidah Genggong itu akan bergetar menimbulkan bunyi yang khas.

11 3.3 Barungan Genggong Pada dasarnya Genggong sebenarnya merupakan suatu alat musik yang berdiri sendiri, yaitu hanya terdiri dari beberapa Genggong saja, tetapi dalam perkembangannya lebih lanjut Genggong dilengkapi dengan alat-alat lain hingga berbentuk suatu kesatuan set gambelan dan Genggong yang dapat mengiring suatu tarian. Jumlah instrument Genggong yang dijadikan barungan gambelan genggong secara umum di Bali belum ada keseragaman. Pada masing-masing tempat mengalami perbeadaan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan serta keperluan dari instrument tersebut. Pada mulanya barungan gambelan Genggong di Desa Batuan sebelumnya cukup sederhana dibandingkan dengan sekarang, yaitu terdiri dari : 1. Genggong 4-8 buah 2. Sepasang kendang angklung 3. Sebuah kelentit (guntang kecil) 4. Sebuah kempur (guntang besar) 5. Sebuah sulung kecil 6. Sebuah kecek (dari botol bir)

12 Setelah mengalami beberapa fase perkembangan, gambelan Genggong di Desa Batuan pada umumnya, khususnya pada sekaa Gengngong Batur Sari di Bawah pimpinan I Nyoman Artika, sekarang instrumennya terdiri dari : 1. Genggong 4-8 buah 2. Beberapa seruling kecil dan menengah 3. Kelentit (guntang kecil) 4. Kempur (guntang besar) 5. Sebuah kelenang 6. Sebuah Kelenong 7. Sepasang cengceng 8. Sepasang kendang “nyalah” (ukuran menengah)

13 3.4 Nama-Nama Gending Gending-gending yang sering dimainkan oleh sekaa Genggong Batur Sari, antara lain : 1. Gegindeman 2. Tabuh Telu 3. Tabuh Angklung Dentiyis 4. Tangis 5. Tabuh Angklung Kuta 6. Dongkang Menek Biyu 7. Sekar Sandat 8. Sekar Sungsang 9. Sekar Gendot 10. Elag Elog 11. Janger 12. Konokan Ngoyong 13. Konokan Mejalan 14 Glagah Puun Gending-gending yang dikemukakan diatas alah gending-gending yang masih aktif dimainkan oleh sekaa Genggong Batur Sari. Sebenarnya masih banyak gending-gending Genggong yang terdapat di Desa Batuan.tetapi sudah banyak yang dilupakan.

14 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Genggong telah ada di Desa Batuan sejak lama, sekitar awal abad ke -19 an. Musik ini di Desa Batuan berkembang lewat waktu-waktu istirahat oleh para petani di Desa Batuan zaman dulu yaitu disertai dengan minum tuak juga bermain Genggong. Genggong dijadikan sebagai pengiring tari secara tidak sengaja. Tahun 1935 Ida Bagus Putu Renteh berimprovisasi menirukan irama Genggong mengekspresikan gerak-gerak katak. Sejak itu Genggong dipakai Mengiringi tari godogan namun tanpa cerita. Atas prakarsa Jero Mangku Desa Batuan barulah kemudian Genggong dipakai mengiringi tari dengan memetik beberapa babak cerita Godogan. Tarianya diciptakan oleh I Nyoman Kakul (almarhum). Sampai saat ini di Batuan terdapat 3 sekaa Genggong. Sekaa Genggong Batur Sari dipimpin oleh I Nyoman Artika, Sekaa Genggong Catur Sari dipimpin oleh I Made Jimat dan Sekaa Genggong Catur Sari dipimpin Oleh I Dewa Made Jaya.

15 Genggong adalah alat musik yang tergolong aerophone yang terbuat dari pelepah enau.dalam sebuah barungan Genggong instrument ini merupakan instrument yang bertugas membawa lagu dan berlaras Selendro seperti pada Gambelan Angklung. Genggong di Desa Batuan mempunyai peranan melestarikan salah satu karawitan Bali, mempererat kehidupan kekeluargaan dan menunjang pariwisata.

16 SEKIAN DAN TERIMA KASIH OM SHANTI, SHANTI, SHANTI OM


Download ppt "TUGAS MEDIA PEMBELAJARAN EKSISTENSI GAMELAN GENGGONG DI DESA BATUAN OLEH : I GUSTI NGURAH WIRA ADNYANA NPM : 3617/AM/IV/II ANGKATAN 67 B PROGRAM AKTA."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google