Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK"— Transcript presentasi:

1 TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK
REVITALISASI TELUK BENOA BALI TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK DESEMBER 2014

2 Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi, dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainage. (PERPRES RI No,122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir  dan Pulau-Pulau Kecil).

3 Tujuan reklamasi di Teluk Benoa :
Sebagai bagian dari langkah revitalisasi lahan tidak produktif yang ada di teluk Benoa. Meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi. Batasan rencana zone reklamasi di teluk Benoa : Bukan pada alur pelayaran maupun ikan. Tidak pada kawasan konservasi zona inti. Tidak berada didalam zone DLKr & DLKp Pelabuhan Benoa.

4 Rencana penimbunan reklamasi teluk Benoa dan dampak-dampaknya :
Banjir : Tidak ada potensi banjir. Erosi & Sedimentasi : Tata letak & bentuk pulau-pulau reklamasi sudah diperhitungkan tidak menyebabkan adanya erosi & sedimentasi baru. Seismic & Tsunami : Salah satu pulau reklamasi direncanakan dalam bentuk timbunan reklamasi yang cukup tinggi beserta fasilitas penunjangnya, sebagai area tempat pelarian masyarakat menghindar dari gelombang tsunami. Keberadaan Mangrove : Pulau reklamasi terdekat berjarak 100 meter dari zone mangrove. Keberadaan ikan sebagai mata pencaharian nelayan : Lokasi reklamasi berada pada daerah dangkal sekitar 0.00 s/d mLWS dan bukan merupakan perairan nelayan untuk penangkapan ikan.

5 Aspek Geoteknik : Tanah dasar cukup baik dan stabil terhadap keberadaan timbunan reklamasi setinggi 7 s/d 8 meter dari seabed. Alur Pelayaran : Justru akan ada dredging dizone alur & kolam pelabuhan, sebagai akibat digunakannya material ex dredging untuk timbunan reklamasi. Ruang terbuka hijau : Dialokasikan 30% dari total luas lahan reklamasi untuk ruang terbuka hijau. Traffic didarat : Akan ada peningkatan jumlah & arus kendaraan. Akan diatasi dengan membuat elevated acces road yang terhubungkan dengan jalan tol tengah laut di teluk Benoa.

6 HASIL 10 TITIK BORING & SPT DI KAWASAN TELUK BENOA BALI (PT
HASIL 10 TITIK BORING & SPT DI KAWASAN TELUK BENOA BALI (PT. Anekabangun Rekatama Eng, 2012)

7 Hasil perhitungan settlement untuk tinggi final penimbunan 2,5 m pada seabed +0,50 mLWS akan terjadi settlement total sebesar 6,28 cm di zone 1 dan 10,21 cm di zone 2. Untuk tinggi final penimbunan 5 m pada seabed -2,00 mLWS dengan ketinggian muka air HHWL = 2,8 mLWS, akan terjadi settlement total sebesar 10,46 cm di zone 1 & 15,91 cm di zone 2. Bila tinggi timbunan 7 m, maka akan terjadi total settlement antara 17,26 cm s/d 18,57 cm di zone 1 dan 19,68 cm s/d 32,69 cm di zone 2.

8 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konsolidasi pada lokasi timbunan reklamasi di Teluk Benoa, dengan Uv = 90%, didapat t90 = 16 tahun (zone 1) dan 13 tahun (zone 2). Gambar Hubungan Derajat Konsolidasi (U-%) versus Waktu (t-tahun) Untuk Zone 1

9 STABILITAS TIMBUNAN TERHADAP KERUNTUHAN Keruntuhan Puncture
Gambar Keruntuhan puncture timbunan diatas tanah lunak.

10 Tinggi timbunan kritis (SF = 1) terhadap PUNCTURE pada variasi lebar
Tinggi timbunan kritis (SF = 1) terhadap PUNCTURE pada variasi lebar timbunan Zone 1 (lokasi yang terkritis) Untuk zone 1 dengan lebar timbunan 30 m sebagai misal, tinggi timbunan maximum terhadap keruntuhan puncture adalah 2,68 m dengan kondisi lapisan tanah dasar natural tanpa perbaikan tanah. Makin lebar dasar timbunannya, makin meningkat safety factornya terhadap keruntuhan puncture.

11 Keruntuhan Sliding Program Plaxis
Untuk mengetahui tinggi timbunan kritis maka dilakukan analisa kestabilan lereng terhadap sliding, dengan membuat variasi ketinggian timbunan 1m, 3 m, 5 m, 7 m, 9 m dan 11 m untuk kemiringan lereng 1: 1, 1: 1 ½ dan 1: 3, berdasarkan zone elevasi seabed + 0,00 s/d – 2,00 mLWS, – 2,00 s/d – 4,00 mLWS & – 4,00 s/d – 6,00 mLWS. Hasil perhitungan dengan program Plaxis dapat dilihat pada Tabel.

12 Hasil Perhitungan Zone 1
 Tabel 6.7 : Safety Factor terhadap sliding di zone 1, dengan variasi slope dan seabed. Hasil Perhitungan Zone 2  Tabel 6.8 : Safety Factor terhadap sliding di zone 2, dengan variasi slope dan seabed

13 Untuk zone 1, Hkritis terhadap sliding adalah 11 m bila slope 1 : 1.
Sedangkan dizone 2, tinggi timbunan maximum langsung adalah 7 m bila slope 1:1. Apabila dikehendaki lebih aman lagi, slope dibuat lebih landai 1 : 1½ .

14 Gambar : Bidang sliding timbunan dan panjang bidang longsor L
Jarak Terjauh bidang longsor (L) dari kaki talud Pengaruh tinggi timbunan terhadap panjang bidang longsor dari kaki talud (L) diasumsikan seperti pada Gambar 6.16. Gambar : Bidang sliding timbunan dan panjang bidang longsor L

15 Hasil Perhitungan Zone 1
 Tabel 6.9 : Panjang bidang longsor (L) dari kaki talud di zone 1. Hasil Perhitungan Zone 2  Tabel 6.10 : Panjang bidang longsor (L) dari kaki talud di zone 2.

16 Stabilitas terhadap dredging
Perhitungan stabilitas terhadap dredging atau pengerukan disini adalah untuk kontrol apakah dengan dilakukannya pengerukan seabed (dredging), timbunan reklamasi atau tanah dasar yang ada masih stabil atau longsor. Perhitungan dilakukan untuk elevasi dredging bervariasi sedalam : - 1 m, -2 m, - 3 m, - 4 m dan – 5 m (variabel) dengan slope pengerukan 1 : 1. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar.

17 Gambar Safety factor vs Kedalaman dredging (m) pada Zone 1 & Zone 2

18 Gambar 7.12 : Peta zonasi gempa diwilayah Indonesia (SNI 1726, 2012).

19 Zone yang berpotensi likuifaksi
Sebagian besar lapisan tanah terjadi liquefaction sebagai akibat acceleration seismic a = 1 g. Untuk zone yang berpotensi terjadi liquefaction, maka harus dilakukan soil improvement sebagai alternatif solusinya dengan tujuan lapisan lebih dipadatkan, lebih tidak jenuh air, mengurangi konsentrasi pasir dalam tanah, dan lainnya.

20 Gambar : Contoh type TSHD Tong Tu.
Beberapa contoh TSHD dapat dilihat pada Gambar 8.18 s/d 8.23. Gambar : Contoh type TSHD Tong Tu.

21 TIME SCHEDULE PENIMBUNAN REKLAMASI
Berikut rencana waktu pelaksanaan penimbunan reklamasi di Teluk Benoa Bali, yang membutuhkan waktu pelaksanaan fisik 34 bulan (Tabel 9.1). Tabel 9.1. : Time Schedule Penimbunan Reklamasi Teluk Benoa Bali


Download ppt "TINJAUAN ASPEK GEOTEKNIK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google