Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehJuli Syahrul Telah diubah "10 tahun yang lalu
1
Masalah Pemanasan Dunia Gambaran Umum
2
Sifat CO 2 CO 2 (gas asem arang) adalah gas yang dihasilkan dari organik yang terbakar. Warna jernih, tidak berbau. Manusia menghirup oksigen (O 2 ) dan mengeluar CO 2 dalam kehidupan sehari-hari. Konsentasi CO 2 dalam udara pernah tetap 280 ppm (atau 0.028%) s/d tahun 1800, tetapi setelah “revolusi industri”, mulai meningat cepat.
3
Sifat CO2 Konsentasi CO2 dalam udara adalah hasil keseimbangan antara emisi (pengeluaran) dan absorpsi (pengisapan). Faktor absorpsi adalah: (1) Kegiatan zat hijau yang terdapat dalam tumbu-tumbuhan, mengunakan energi matahari dan CO2 menghasilkan O2 dan bahan organik (makanan, lumput, kayu dsb.). (2) Karang dalam laut membuat batu karang (CaCO3) dari CO2 dan kalsium (semacam logam) dari air laut. Faktor emisi adalah: (1) Seluruh binatang dan manusia. (2) Industri dan mobil yang bakar batu bara, minyak, kayu dsb. (3) Kebakaran (4) Proses kemia produksi kapur
4
Peredaran Zat Arang Minyak tanah dan batu bara adalah hasil absorpsi pada zaman dulu, oleh tumbu-tumbuhan. Sejak 1800, ini mulai digali dan digunakan untuk industri. Kayu/pohon dari hutan juga digunakan sehingga jumlah hutan di seluruh dunia semakin berkurang. Sebelumnya, pengunaan bahan organik teratur atau masih sekala kecil, sehingga CO2 atau C (zat arang) beredar secara berlanjut. RUMAH HUTAN Proses Permukiman Berlanjut Kebakaran, terlalu tua Gunung Desa CO2 dalam udara tetap
5
Peredaran Zat Arang Peredaran Zat Arang ini tidak jauh berbeda dari hidup manusia yang makan beras. Proses Hidup Manusia Berlanjut Sawah Rumah CO2 dalam udara tetap MANUSIA PADI O 2 Beras
6
Dunia manusia secara berlanjut Sejak tahun 70an, sudah diperingatkan bahwa sumberdaya alam, terutama minyak tanah akan habis pada masa depan dan pembangunan ekonomi dunia akan terancam. Tetapi sebelum sumber habis, dampak negativ oleh bahan kemia yang terbuang pada lingkungan, sudah berkembang lebih cepat. Terutama pemanasan dunia melalui dampak rumah kaca oleh karena bertambahnya CO2 sudah mulai terlihat, secara makin jelas.
7
Dampak Rumah Kaca Suhu panas dunia adalah hasil keseimbangan antara panas yang datang dari mata hari dan panas yang terlepas ke ruang angkasa. Jika CO 2 bertambah dalam udara, maka tingkat panas yang terlepas berkurang, sehinga suhu bumi lebih panas.
8
Pemanasan dunia Pemanasan dunia mulai terukur sejak 1910. Sejak tahun 1960 s/d 2000, rata-rata sekitar 0.2-0.3 derajat naik.
9
Prakiraan pemanasan berlanjut Menurut simulasi 3d iklim seluruh dunia, jika emisi CO2 terus bertambah, maka pemanasan dunia akan makin cepat, terutama di daerah-daerah katub dan daratan. Kecepatan kenaikan panas derajat/tahun, jika CO2 dua kali padat
10
Dampak pemanasan dunia Akibat pemanasan dunia, es di daerah katub dan atas gunung mulai cair. Air laut juga menambah kubik. Sehingga, permukaan air laut mulai naik. Dalam jangka waktu 1900-2000, sekitar 10-20cm terukur. Tetapi dalam prakiraan, 2000-2100 kemungkinan sampai sebesar 90cm akan naik. Selain kenaika permukaan air laut, perobahan iklim (jumlah hujan, jalur angin besar dsb.) akan terjadi juga. Oleh karena itu, - tanah rendah tepi pantai/sungai akan hilang - banjir semakin serign dan tinggi - air garam masuk tanah/sawah - makin rawar/vulnerable terhadap bencana alam (tsunami dsb.)
11
Pendekatan secara umum ADAPTASI: sesuaikan dengan kondisi setempat yang berobah Relokasi, Reklamasi, Prasarana pantai, Bangunan bertingkat….. Masyarakat berpenghasilan rendah tinggal di tepi pantai. MITIGASI: mengurangi emisi Energi, Industri, Hutan, Transportasi, Permukiman…. Di negara berkembang, emisi masih sedikit, tapi akan cepat naik. Studi dampak kenaikan permukaan air laut (2000-2002) Studi bentuk perumahan perkotaan rendan emisi CO2 (2004-2006)
12
Studi Adaptasi (2000-2002)
14
Studi Mitigasi (2004-2006) Kekhawatiran: 1) Mobil cepat bertambah, bakar banyak gasoline 2) Pemakaian AC cepat bertambah, perlu banyak listerik 3) Batas umur rumah pendek (serign bongkar pasang) Harapan: 1) Banyak hijau di perkotaan (jalan, halaman, taman) 2) Tradisi rumah dan perabot pakai kayu (simpanan C) Kegiatan: 1) Ukuran emisi dari perumahan perkotaan yang sudah ada 2) Perencanaan alternative oleh professional, dengan kondisi baru 3) Diskusi dan pemilihan dengan non-professional Kerjasama: NILIM Jepang: Analysis citra satellite dan persiapan data makro PUSKIM Indonesia: Survai lapangan dan perencanaan alternativ
15
Hasil Analysis Citra Satellite Daerah Studi: Cirebon: -Dekat pantai, kena dampak SLR -Tanah rata -Suhu: panas, seperti rata-rata kota tropis Bandung: -Jauh dari pantai, bebas dampak SLR -Tanah tinggi dan miring -Suhu dingin
16
Kondisi di Cirebon Dekat laut Tanah rata Suhu panas 25-31 ℃ Citra satellite QuickBird
17
Analysis bentuk tanah 対象地域 直下視画像 Citra Satellite ALOS-PRISM
18
0 5.0 10.0km 段彩図 300 標高 (m) 400 200 0 100 500 Lokasi RW8/9 Pusat kota Kontur dari analysis Citra Satellite
19
0 5.0 10.0km 陰影図 Bentuk tanah 3D (DEM)
20
0 5.0 10.0km 直下視画像 Citra Satellite asli (ALOS-PRISM)
21
0 5.0 10.0km 段彩図・陰影図 合成 300 標高 (m) 400 200 0 100 500 Warna + Bentuk tanah
22
0 5.0 10.0km 陰影図・直下視画像 合成 Citra + Bentuk tanah
23
Condisi di Bandung Jauh dari pantai Tanam miring Suhu dingin 19-29 ℃
24
対象地域(広 域) Analysis daera sekitar Bandung 直下視画像
25
段彩図 1000 標高 (m) 0 2.5 5.0km 1200 800 700 600 Kontur dari analysis Citra Satellite
26
陰影図 0 2.5 5.0km Bentuk tanah 3D (DEM)
27
直下視画像 0 2.5 5.0km Citra satellite asli (ALOS- PRISM)
28
段彩図・陰影図 合成 1000 標高 (m) 0 2.5 5.0km 1200 800 700 600 Warna + Bentuk tanah
29
陰影図・直下視画像 合成 0 2.5 5.0km Citra + Bentuk tanah
30
Analisis daerah kota Bandung 1.使用データ 2006 年 8 月 7 日撮影 ALOS/PRISM データ 前方視 直下視 後方視 対象地域
31
(1)データインポート (2)基準点及びタイポイント設置 基準点座標の取得 ・ X,Y 座標 → 直下視の画像座標から取得 ・ Z 座標 → SRTM データ (Shuttle Radar Topography Mission) の標高値から取 得 (3)バンドル・ブロック調整 (4)自動ステレオマッチング ・ DEM データの間隔: 10m ■ 標定解析:バンドル・ブロック調整 ■DEM 抽出:自動ステレオマッチング 2. Tata Cara
32
既存地図( 1/25,000 地形図) 既存地図( 1/25,000 地形図) 直下視画像 760 800 840 820 780 標高 (m) PRISM 抽出結果 PRISM 抽出結果 断面① 0 0.5 1.0km 3. Hasil
33
・ Bentuk/tinggi tanah bisa diukur melalui analysis citra satellite ALOS-PRISM ・ Tinggal masalah: ① Bentuk kali kecil tidak terlihat ② Adanya titik khas ・ Dalam tata cara analysis, berbagai parameter (ukuran jendela pembandingan), atau proses filtering bisa diperbaiki. 4. Pembahasan
34
Emisi CO2 terkait permukiman 1. Pemakaian energi/bahan bakar dalam rumah (kegiatan domestik) 2. Transportasi 3. Bahan bangunan 4. Absorbsi CO2 oleh hijau
35
Listerik/bahan bakar domestik Di Jepang, sebagian besar dari pemakaian bahan bakar untuk memanaskan ruangan pada musim dingin. Juga musim panas, pemakaian listerik untuk AC mengakibatkan “heat island” (pulau panas) dalam kota- kota besar. Fungsi AC adalah melepaskan kepanasan dalam ruangan ke lingkungan luar. Pendekanan pokok adalah: -Pemakaian bahan dinding, jendela, pintu, dsb. yang mengurangi lugi pemanasan (isolasi panas). -Pengunaan solar bateri, untuk mengurangi pengunaan listerik pada hari siang (peak cut). -Tata ruang kota dengan ruang terbuka hijau yang memadai, mengurangi pantulan panas cahaya mata hari, untuk matikan pulau panas (hijau di pinggir jalan, halam terbuka, dan atas atap/dinding).
36
Alat rumah hemat energi Lampu hemat listerik sudah banyak terjual di Indonesia, meskipun harga awal lebih mahal. Baru-baru ini, harga listerik kegiatan domestik turun, hampir sama dengan gas kota (LNG), sudah lebih murah dari pada LPG. Di Indonesia, listerik masih mahal. Tetapi akan lebih efisien. Pasangan AC untuk ruangan dengan isolasi panas rendah, maka perlu banyak listerik. Mungkin perlu adanya: (1) Bentuk rumah pakai AC dengan isolasi panas cukup baik. (2) Bentuk rumah yang cukup nyaman, tanpa AC.
37
Transportasi Pemakaian mobil (motorization) adalah kondisi dasar tata ruang kota. (1)Kota Padat (Compact City) Berdasarkan lalu lintas jalan kaki, dan kendaraan umum (bis, kereta dsb.). Di Indonesia, kereta makin berkurang, diganti oleh mobil. Tetapi, angkutan kota (bis kecil) melayani kendaraan. Sistem ini bisa dikembangkan. (2)Kota Luas (Suburban City) Teknologi untuk mengurangi emisi dengan bahan bakar alkohol sudah mulai di Brazil. Mobil hemat energi, mobil listerik dsb. sedang dikembangkan, tetapi masih mahal. Di Jepang, sesudah perkembangan jumlah penduduk di kota daerah turun dan stabil, maka kota padat mulai terrasa lebih ramai dan efisien.
38
Bahan Bangunan Emisi CO2 dan bahan bangunan bersifat tidak langsung di lokasi permukiman. Tetapi pemilihan bahan untuk setiap rumah tetap terkait jumlah emisi CO2 dalam satu daerah / negara. Oleh karena itu, di Jepang konsep LCE (life cycle emission) dikembangkan. Dalam rangka ini, setiap jenis bahan bangunan dimonotir emisi sejak tahap produksi, transportasi, emasangan, sampai pembongkaran dan pembuangan terakhir. Semua jenis bahan bangunan terukur dan didaftar dalam satu database. Dalam kegiatan perencanaan, pemilihan jenis bahan rendahnya LCE diusul. Selain itu, bahan organik mengandung C (zat arang). Jadi, meskipun akhirnya mungkin terbakar, tetapi selama ada di permukiman, bisa terhitung sebagai simpanan C (hutan kedua).
39
Bahan Bangunan Dua arah Struktur Permanen: Jika batas umur sangat panjang, maka LCE/tahun sedikit, dan bersifat prasarana sosial Rumah Peredararan: Jika sistem peredaran C diciptakan, maka LCE/tahun sedikit. Jika jumlah pengumpulan C bertambah (hutan + kota), maka CO2 dalam udara akan berkurang.
40
Hijau Jumlah absorbsi CO2 oleh setiap pohon yang tumbuh di atas tanah, sulit diukur dengan peralatan. Tetapi, kegiatan zat hijau atas pohon seimbangn dengan luas canopy yang terlihat dari atas. Jumlah absorbsi pada umum sekitar 2.9 ton-C / ha canopy. Luas canopy bisa diukur melalui analysis citra satellite yang berwarna.
41
(1-1) Green coverage ratio 1 -Absorption of CO2 by urban greenery: 2.9 ton-C / ha tree cap / year -Measuring tree cap area from satellite image Land Surface Vegetation Non-vegetation Tree canopy Grass, crop, bush etc.
42
(1-1) Green coverage ratio 2 Target are : Bandung City, Sarijadi district (c.a.5ha)
43
(1-1) Green coverage ratio 3 Satellite image: IKONOS (010717)
44
(1-1) Green coverage ratio 4 Teacher data
45
(1-1) Green coverage ratio 5 Teacher data
46
(1-1) Green coverage ratio 6 Selecting vegetation area NDVI = ( Band4 – Band3 ) / ( Band4 + Band3 ) y = 255 * ( NDVI - Min) / ( Max - Min ) (integer value) Min = Avr - 2 σ 0 = - 0.118, Max = Avr + 3 σ 0 = -0.562 E(k) = ω 0 (k) log { σ 0 (k) / ω 0 (k) }+ ω 1 (k) log { σ 1 (k) / ω 1 (k) } choose k that minimize E( k ), where ω 0 =Σ k i=1 p i , ω 1 =Σ 255 i=k+1 p i μ 0 =Σ k i=1 i p i /ω 0 , μ 1 =Σ 255 i=k+1 i p i /ω i σ 0 2 (k)= Σ k i=1 (i - μ 0) 2 pi , σ 1 2 (k)= Σ 255 i=k+1 (i - μ 1) 2 pi result: k (threshold) = 93
47
(1-1) Green coverage ratio 7 Selecting vegetation: result image
48
(1-1) Green coverage ratio 8 Classification of vegitation area L k (x) = {(2 π ) n/2 ( | Σ k | ) 1/2 } -1 exp{(-1/2)(x - μ k ) t Σ k -1 (x - μ k )} (1) To judge a dot as “class k” where L k (x) is maximum (2) To classify as “ tree top ” if k is 1 (bright canopy)) or 2 (dark canopy)
49
(1-1) Green coverage ratio 9 Classification of vegitation area : result image
50
(1-1) Green coverage ratio 10 Classification of vegitation area : result image Total number of dots in the target area. Total number of dots classified as “ canopy ” in the area Green Coverage Ratio 52,0285,77111.1% Resolution = 1m, therefore, 1 dot = 1 sq-m
51
Kesimpulan Kita hidup dalam jaman yanga perlu menciptakan dan mengembangkan bentuk permukiman baru dengan kondisi baru. Masyarakat kuno atau tradisional dalam sejarah adalah salah satu bentuk hidup yang bisa berkelanjutan. Tetapi, kita sudah punya teknologi yang membantu kegiatan penelitian perencanaan dan pelaksanaan di permukiman dengan rendah emisi. Kalau kita tidak bisa dapat jalan baru, kembali ke jaman dulu saja.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.